4 Cara Lindungi Investasi Saham dari Volatilitas akibat Fake News

Pergerakan pasar saham memang didorong oleh pertumbuhan laba perusahaan dalam jangka panjang. Namun, di arena jangka pendek, emosi ketakutan (fear) dan keserakahan (greed) seringkali menjadi motor utamanya. Fenomena ini diprediksi akan semakin mencolok pada tahun 2025, saat kebijakan tarif yang tidak menentu dari pemerintahan Trump berpotensi memicu gejolak pasar yang liar dan tak terduga.

Salah satu pemicu utama volatilitas yang meresahkan adalah banjirnya berita palsu (fake news) terkait detail kebijakan tarif yang membanjiri media keuangan. Akibatnya, para investor kerap terombang-ambing antara kepanikan dan optimisme, menanggapi setiap berita utama yang beredar. Kondisi ini menyebabkan harga saham berfluktuasi drastis, naik dan turun secara ekstrem, bahkan menyulitkan investor paling berpengalaman sekalipun untuk menghadapinya.

Demi menjaga portofolio investasi tetap aman di tengah badai informasi palsu, berikut adalah beberapa langkah cerdas yang dapat diterapkan untuk menghadapi gejolak pasar, sebagaimana diulas oleh GOBankingRates.

1. Pegang Teguh Rencana Investasi Jangka Panjang

Saham sebaiknya dipandang sebagai instrumen vital untuk mencapai tujuan finansial jangka panjang, bukan sekadar sarana untuk meraup keuntungan instan. Banyak ahli keuangan menyarankan agar investor mempertahankan kepemilikan saham mereka setidaknya selama lima tahun. Alasannya sangat jelas: fluktuasi jangka pendek atau periode pasar yang lesu (bear market) dapat mengikis nilai portofolio secara signifikan dalam hitungan bulan, bahkan bertahun-tahun.

Dengan berpegang pada perspektif jangka panjang, investor dapat terhindar dari keputusan emosional yang sering muncul saat harga saham anjlok. Gejolak harga yang tampak dramatis dan menakutkan hari ini, bila diamati dalam grafik pergerakan pasar selama satu dekade, seringkali hanya akan terlihat seperti riak kecil. Oleh karena itu, disiplin, kesabaran, dan konsistensi menjadi fondasi utama dalam meraih hasil optimal dari investasi saham.

2. Manfaatkan Momentum untuk Menambah Modal (Buy the Dip)

Ketika pasar mengalami penurunan tajam akibat rumor atau berita palsu, hindari kepanikan berlebihan. Justru, kondisi ini bisa menjadi peluang emas untuk mengakumulasi saham atau ETF berkualitas tinggi dengan harga yang jauh lebih murah. Banyak investor ulung secara strategis memanfaatkan momen ini untuk memperkuat portofolio mereka, karena aset yang sebelumnya mahal kini dapat diperoleh dengan valuasi yang lebih menarik.

Bagi investor jangka panjang, strategi “buy the dip” tidak hanya berpotensi meningkatkan keuntungan saat pasar kembali pulih, tetapi juga efektif menurunkan rata-rata harga beli saham dalam portofolio. Ini akan memperbesar peluang profit di masa depan. Namun, penting untuk memastikan strategi ini dilakukan secara selektif, hanya pada perusahaan dengan fundamental yang kuat, agar investasi tetap resilien di tengah gejolak pasar.

3. Gunakan Lonjakan Emosi untuk Jual Saham (Take Profit)

Selain membeli saat harga turun, volatilitas yang dipicu oleh euforia berlebihan di pasar juga dapat dimanfaatkan sebagai strategi keluar yang cerdas. Jika ada saham yang memang sudah Anda rencanakan untuk dilepas, maka lonjakan harga akibat berita palsu bisa menjadi momen yang sangat tepat untuk merealisasikan penjualan. Dengan demikian, Anda bisa mengamankan harga jual yang lebih tinggi dari kondisi normal.

Perlu ditekankan, strategi ini bukan ajakan untuk terjun ke dalam day trading atau spekulasi jangka pendek yang penuh risiko. Sebaliknya, ini merupakan bentuk pengelolaan portofolio yang bijak, yaitu menjual aset ketika pasar sedang memberikan “bonus harga” yang tidak terduga. Dengan memanfaatkan momentum tersebut, Anda dapat mengunci keuntungan sekaligus mengurangi eksposur pada saham yang mungkin sudah tidak selaras dengan tujuan investasi jangka panjang Anda.

4. Batasi Konsumsi Berita Keuangan

Terlalu sering mengikuti berita keuangan sepanjang hari justru seringkali memicu kecemasan pada investor. Berita utama yang terus-menerus bisa membuat Anda merasa tertinggal dari peluang (FOMO) atau sebaliknya, panik karena pasar tampak ambruk. Keterpaparan informasi yang berlebihan, apalagi di tengah maraknya fake news, dapat mendorong keputusan emosional yang merugikan.

Daripada terpaku menatap layar sepanjang waktu, lebih bijak untuk menetapkan jadwal rutin meninjau portofolio, misalnya per kuartal atau setahun sekali. Pendekatan ini membantu Anda terhindar dari impuls-impuls sesaat yang seringkali berujung pada kerugian. Apalagi dengan munculnya perdagangan berbasis AI yang dapat memindahkan miliaran dolar hanya dalam hitungan detik, dampaknya pada kepanikan pasar semakin besar.

Sebagai investor individu, Anda memang tidak dapat mengendalikan pasar. Namun, Anda sepenuhnya dapat mengontrol reaksi Anda. Dengan menjaga perspektif jangka panjang, memanfaatkan peluang saat pasar bergerak ekstrem, dan menghindari keputusan yang didorong emosi, Anda tidak hanya dapat melindungi investasi Anda tetapi juga berpeluang meraih hasil yang lebih optimal di masa depan.

4 Kesalahan Fatal Investor Pemula saat Berinvestasi Saham Strategi Investasi Saham Agresif vs Defensif: Mana Pilihanmu? 4 Tanda Kamu Siap Terjun ke Dunia Investasi Saham, Jangan Asal Masuk!