7 saham milik Prajogo Pangestu yang mendominasi BEI

Prajogo Pangestu merupakan salah satu pengusaha besar Indonesia yang memiliki pengaruh kuat di pasar modal lewat berbagai lini usaha. Melalui Barito Pacific Group, ia mengendalikan sejumlah emiten strategis di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mencakup petrokimia, energi bersih, hingga pertambangan.

Portofolio saham milik Prajogo Pangestu menjadi pusat perhatian investor karena kapitalisasinya besar dan pergerakannya dinamis. Ketertarikan tersebut diperkuat oleh rekam jejaknya yang konsisten dalam memperluas diversifikasi bisnis.

Artikel ini merangkum tujuh emiten utama di bawah kendalinya yang memberikan kontribusi besar bagi grup. Informasi ini dapat membantu investor memahami arah strategi bisnis serta potensi sektor terkait di masa mendatang.

1. Barito Pacific Tbk menopang fondasi utama bisnis Grup Prajogo

Barito Pacific Tbk (BRPT) adalah perusahaan yang menjadi fondasi utama dari kelompok usaha Prajogo. Perusahaan ini masuk BEI pada 1993 dengan menawarkan 85 juta lembar saham dalam IPO perdananya.

BRPT kemudian berkembang menjadi induk yang membawahi berbagai lini bisnis penting seperti petrokimia, energi, dan industri turunannya. Kehadiran BRPT menjadikan pijakan pertama Prajogo dalam memperluas jejaknya di pasar modal Indonesia.

Harga saham BRPT saat ini berada di kisaran Rp2.000-an per lembar. Nilai tersebut memang lebih rendah dibanding harga IPO, namun peran strategis BRPT tetap tidak tergantikan dalam ekosistem bisnisnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan juga melakukan right issue pada 2007 dan 2018 untuk memperkuat modal dan ekspansi usaha. Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen BRPT dalam membangun fondasi bisnis jangka panjang.

2. Chandra Asri Petrokimia Tbk mencatat pertumbuhan kuat di sektor petrokimia

Chandra Asri Petrokimia Tbk (TPIA) adalah emiten yang sangat mencolok dalam portofolio saham milik Prajogo Pangestu. Perusahaan ini melantai di bursa pada 2008 dengan harga IPO Rp2.200 per lembar dan kini berkembang menjadi perusahaan petrokimia terbesar di Indonesia.

Dengan fokus pada produksi olefin dan polimer, TPIA memegang peranan penting bagi industri manufaktur nasional. Perkembangan ini membuat posisi TPIA semakin kokoh sebagai pemain besar di tingkat regional.

Harga saham TPIA kini berada di kisaran Rp9.800, yang mencerminkan pertumbuhan signifikan dalam dua dekade terakhir. Kinerja perusahaan terus menguat berkat ekspansi kapasitas produksi yang berkelanjutan.

TPIA juga memperluas jaringan kemitraan untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing di pasar global. Tidak heran jika investor jangka panjang menjadikan saham ini sebagai salah satu portofolio unggulan.

3. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk menarik perhatian lewat lonjakan IPO

PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) menjadi salah satu saham yang paling mencuri perhatian sejak IPO pada 8 Maret 2023. Ditawarkan pada harga Rp220 per lembar, CUAN langsung mencatat enam kali auto-reject atas (ARA) dalam satu hari perdagangan.

Fenomena ini terjadi karena minat investor yang sangat tinggi terhadap sektor pertambangan batu bara. Selain itu, kepemilikan Prajogo yang mencapai 84,97 persen membuat saham ini dianggap memiliki prospek jangka panjang yang kuat.

Setelah melakukan stock split, harga CUAN kini berada di kisaran Rp1.600-an. Kenaikan ini mencerminkan optimisme pasar terhadap pertumbuhan perusahaan dalam beberapa tahun mendatang.

CUAN juga aktif melakukan ekspansi untuk memperkuat kapasitas produksi dan diversifikasi area tambang. Hal ini membuat saham CUAN menjadi salah satu aset agresif dalam portofolio Prajogo.

4. Barito Renewables Energy Tbk memimpin perluasan bisnis energi hijau

Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi simbol ekspansi Prajogo menuju sektor energi baru terbarukan. IPO pada Oktober 2023 dengan harga Rp780 per saham menjadi salah satu yang paling sukses pada tahun tersebut.

Dalam lima hari pertama perdagangan, BREN mencatat auto-reject atas berturut-turut, menunjukkan antusiasme luar biasa dari investor. Performa tersebut semakin memperkuat citra BREN sebagai pemain masa depan dalam energi bersih.

Saat ini, harga saham BREN berada di kisaran Rp7.700, menandakan pertumbuhan yang sangat cepat dalam waktu singkat. Perusahaan ini mengoperasikan sejumlah proyek energi hijau yang mendukung transisi energi nasional.

Diversifikasi ini menjadi langkah strategis bagi Prajogo dalam memperkuat posisi bisnisnya di era energi rendah karbon. Dengan permintaan global yang terus meningkat, prospek BREN dinilai sangat menjanjikan.

5. Chandra Daya Investasi Tbk Investasi menjadi saham anyar dengan kinerja ekstrem

Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) adalah emiten baru yang bergabung dalam portofolio saham milik Prajogo Pangestu pada 2025. Dengan harga IPO Rp190 per lembar, CDIA berhasil menghimpun dana Rp2,37 triliun yang menjadi modal ekspansi besar-besaran.

Saham ini kemudian mencatat lonjakan lebih dari 700 persen year-to-date, meski volatilitasnya sangat tinggi. Kenaikan ekstrem tersebut membuat CDIA menarik perhatian para investor berisiko tinggi.

Valuasi CDIA tergolong premium dengan price to earnings ratio mencapai 401 kali dan price to book value 18,56 kali. Di sisi lain, fundamental perusahaan juga menunjukkan pertumbuhan laba bersih yang signifikan pada 2024, mencapai Rp484 miliar.

Kondisi ini memberikan gambaran bahwa meski berisiko, CDIA tetap memiliki potensi pertumbuhan yang tidak bisa diabaikan. Investor konservatif tetap disarankan berhati-hati karena indikator teknikal menunjukkan kondisi overbought.

6. PT Petrosea Tbk memperkuat portofolio sektor pertambangan Prajogo

PT Petrosea Tbk (PTRO) adalah salah satu perusahaan pertambangan yang telah lama melantai di BEI, yakni sejak 1990. Dengan harga IPO Rp9.500, PTRO menjadi salah satu emiten yang memiliki sejarah panjang di pasar modal Indonesia.

Perusahaan ini masuk ke ekosistem grup Prajogo setelah diakuisisi melalui CUAN, yang menandai konsolidasi strategis dalam sektor batu bara. Aksi korporasi tersebut memperkuat posisi Prajogo di bisnis pertambangan nasional.

Saat ini, harga saham PTRO berada di kisaran Rp3.900. Meski lebih rendah dari harga awal IPO, PTRO tetap memiliki peran penting dalam memperluas cakupan operasional pertambangan grup.

Perusahaan juga menjalankan proyek infrastruktur tambang yang menjadi bagian dari rantai pasok energi. Dengan pengalaman panjang, PTRO menjadi aset penting dalam strategi diversifikasi sektor energi.

7. PT Gozco Plantations Tbk menambah variasi sektor lewat industri perkebunan

PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) hadir sebagai emiten yang menambah variasi sektor dalam portofolio bisnis Prajogo. Perusahaan ini bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan memiliki peran penting dalam pasokan bahan baku industri minyak nabati.

Prajogo memiliki sekitar 7,84 persen saham GZCO secara tidak langsung, yang menunjukkan pendekatannya dalam memperluas portofolio ke sektor agribisnis. Hal ini memberikan diversifikasi tambahan di luar energi dan petrokimia.

Harga saham GZCO berada di kisaran Rp96 per lembar. Walaupun tergolong kecil, saham ini tetap memiliki potensi stabilitas karena bisnis perkebunan dikenal lebih tahan terhadap fluktuasi jangka pendek.

Keberadaan GZCO juga memperkuat posisi grup dalam memanfaatkan peluang komoditas berbasis kelapa sawit. Dengan portofolio yang semakin luas, Prajogo memiliki fondasi bisnis yang lebih seimbang di berbagai sektor.

Portofolio saham milik Prajogo Pangestu menunjukkan betapa kuatnya strategi diversifikasi yang ia bangun. Mulai dari petrokimia, energi terbarukan, pertambangan, hingga perkebunan, berbagai sektor ini membantu meminimalkan risiko dan memperkuat struktur bisnis secara keseluruhan. Dengan pendekatan yang matang, saham-saham tersebut tidak hanya menjadi aset bernilai bagi Prajogo, tetapi juga peluang investasi bagi publik.

7 Saham Prajogo Pangestu, CUAN hingga BRPT Pabrik Milik Prajogo Pangestu di Cilegon Ditutup Sementara Sumber Kekayaan Prajogo Pangestu, Hartanya Tembus Rp1.134 Triliun