Cermati Rekomendasi Saham Emiten Properti Kawasan Industri yang Layak Dilirik

Kinerja emiten kawasan industri diproyeksikan semakin prospektif memasuki kuartal IV tahun 2025, didukung sentimen kuat dari investasi ekosistem electric vehicle (EV). Di tengah optimisme sektor ini, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mencuat sebagai primadona, menunjukkan performa yang signifikan berkat pengembangan kawasan Subang Smartpolitan yang kian menarik minat investasi dari berbagai tenant. Momentum positif ini semakin diperkuat dengan beroperasinya Jalan Tol Subang-Patimban dan Pelabuhan Patimban yang meningkatkan konektivitas dan daya tarik lokasi.

Arvin Lienardi, Analis Bahana Sekuritas Indonesia, menyoroti bahwa kinerja impresif SSIA juga ditopang oleh rencana pembukaan pabrik BYD di kawasan industri Subang. Selain itu, masuknya investasi besar dari Grup Djarum senilai Rp 3 triliun serta akuisisi 6,05% saham SSIA oleh Grup Barito melalui PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), semakin mempertegas reputasi kuat SSIA di mata investor. Dengan berbagai katalis tersebut, saham SSIA telah melonjak 1,96% dalam sebulan terakhir dan mencatat kenaikan luar biasa sebesar 54,65% sejak awal tahun (year to date/YTD).

Muhammad Wafi, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), menjelaskan bahwa pergerakan saham SSIA yang melesat secara YTD adalah hasil kombinasi dua sentimen kuat: kehadiran BYD di Subang Smartpolitan dan ekspektasi sinergi proyek energi hijau Grup Barito di kawasan yang sama. Menurut Wafi, pasar melihat SSIA memiliki katalis konkret dan visibilitas pendapatan yang kuat untuk tahun 2026 ke depan, menjadikannya pilihan menarik bagi para investor.

Kendati demikian, tidak semua emiten di industri serupa menikmati keuntungan yang sama. Saham PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) terpantau turun 0,74% dalam sebulan dan terkoreksi 9,40% secara YTD. Senada, saham PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) juga melemah 7,07% dalam sebulan dan terkoreksi 1,08% YTD. Performa KIJA dan DMAS yang relatif tertinggal ini disebabkan oleh pipeline penjualan lahan baru mereka yang belum seagresif SSIA, ditambah dengan faktor valuasi yang sudah lebih tinggi sebelumnya. Wafi menegaskan bahwa perbedaan performa ini bukan sekadar euforia, melainkan soal kejelasan narasi; SSIA punya cerita besar yang sedang ‘on progress’.

Wafi memproyeksikan prospek emiten kawasan industri secara keseluruhan masih positif di semester II 2025 dan sepanjang tahun 2026. Hal ini didorong oleh momentum reindustrialisasi dan investasi asing langsung (FDI) dari Asia Timur, khususnya di sektor EV, energi surya, dan pusat data. Di antara para pesaingnya, SSIA dinilai tetap paling unggul karena lahan di Subang semakin diminati oleh tenant dari sektor otomotif dan energi baru. Sementara itu, DMAS masih diuntungkan oleh basis kuatnya di Bekasi dan Karawang, meski kecepatan pendapatan pra-penjualan (marketing sales) mungkin melambat di semester II. Untuk KIJA, pemulihan memerlukan waktu, namun katalis potensial dapat datang dari pengembangan Kawasan Industri Kendal dan potensi masuknya tenant baru berbasis logistik. Rotasi “jawara” di industri ini masih sangat mungkin terjadi, namun SSIA tetap menjadi kandidat utama hingga pipeline BYD dan Grup Barito benar-benar terealisasi.

Menyikapi prospek ini, Wafi merekomendasikan hold untuk SSIA dengan target harga Rp 1.950 per saham. Sementara itu, rekomendasi trading buy disematkan untuk DMAS dan KIJA, masing-masing dengan target harga Rp 140 per saham dan Rp 220 per saham. Arvin Lienardi lebih optimistis, merekomendasikan beli untuk SSIA dengan target harga Rp 2.500 per saham. Ia memprediksi pendapatan hotel SSIA dapat tumbuh hingga dua digit, mencapai 129% secara tahunan (YoY) pada tahun 2026 dan berkontribusi sekitar 15% dari total pendapatan tahun depan. Sementara itu, segmen konstruksi diharapkan berkontribusi sebesar 51% terhadap pendapatan SSIA pada periode 2026-2027. Kerjasama dengan Grup Barito ditandai dengan kontrak senilai Rp 50 miliar dengan anak usaha SSIA, PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), untuk membangun infrastruktur di Griya Idola Patimban Industrial Park, memperkuat fondasi pertumbuhan perusahaan.

Di sisi lain, Herditya Wicaksana, Analis MNC Sekuritas, melihat pergerakan saham KIJA berada pada level support Rp 179 per saham dan resistance Rp 186 per saham. Namun, Herditya merekomendasikan wait and see untuk saham KIJA, menunjukkan kehati-hatian terhadap pergerakannya dalam waktu dekat.