Jangan Jual Saham Karena Takut! Pelajari Tips Buffett Saat Krisis

Ifonti.com — Ketika pasar saham dilanda gejolak tajam dan nilai aset berjatuhan, reaksi emosional kerap mendominasi keputusan para investor.

Kepanikan sering kali mendorong mereka untuk buru-buru menjual aset, membiarkan ketakutan menguasai akal sehat dalam mengelola keuangan. Namun, Warren Buffett, sosok legendaris dan salah satu investor paling sukses di dunia, justru mengadopsi pendekatan yang sama sekali berbeda.

Bagi Buffett, setiap krisis adalah sebuah kesempatan emas yang tersembunyi, di mana ia senantiasa berpegang teguh pada prinsip investasi jangka panjangnya. Artikel ini akan mengulas sejumlah pedoman penting yang harus dilakukan dan dihindari, menurut pandangan Buffett, yang dirangkum secara mendalam dari Investopedia.

1. Tetap Tenang dan Hindari Menjual Karena Panik

Buffett kerap menegaskan bahwa pasar saham, pada dasarnya, “dirancang untuk memindahkan kekayaan dari mereka yang aktif kepada mereka yang sabar.” Dalam kondisi panik di pasar saham, tindakan menjual saham sering kali berarti menjual pada harga terendah, sebuah keputusan yang membuat investor kehilangan potensi keuntungan saat pasar mulai pulih. Oleh karena itu, kesabaran adalah kunci utama bagi setiap investor ketika menghadapi volatilitas pasar yang bergejolak.

2. Jadilah Takut Saat Orang Lain Serakah, dan Serakah Saat Orang Lain Takut

Ini adalah salah satu kutipan paling ikonik dari Buffett. Ketika sentimen ketakutan mendominasi dan banyak investor panik menjual saham mereka, Buffett justru melihatnya sebagai peluang untuk membeli pada “diskon besar.” Sebagai contoh nyata, selama krisis keuangan tahun 2008, ia berani menginvestasikan sekitar US$5 miliar ke Goldman Sachs ketika harga saham bank tersebut anjlok drastis. Strategi Buffett yang berani ini kemudian membuahkan keuntungan melimpah setelah kondisi pasar kembali membaik, sebuah langkah jenius yang dijelaskan oleh Investopedia.

3. Fokus pada Fundamental Bisnis

Bagi Buffett, penurunan harga saham di pasar tidak selalu mencerminkan kemerosotan nilai intrinsik suatu perusahaan. Ia memiliki sebuah “tes” sederhana: apakah penurunan harga saham sebesar 30 persen akan mengubah pola konsumsi masyarakat terhadap produk atau layanan perusahaan tersebut? Jika jawabannya tidak, itu berarti nilai fundamental bisnis perusahaan tetap solid, terlepas dari gejolak pasar. Buffett meyakini bahwa harga saham dapat dipengaruhi oleh sentimen jangka pendek, tetapi nilai sejati sebuah bisnis yang kuat tidak mudah goyah.

4. Jangan Coba Menebak Arah Pasar

Warren Buffett sangat memperingatkan agar tidak mencoba memprediksi naik turunnya pasar saham, karena hal itu hanyalah permainan spekulasi semata. Ia lebih memilih untuk mempertahankan investasi jangka panjangnya daripada terus-menerus keluar-masuk pasar berdasarkan emosi. Laporannya menunjukkan bahwa Buffett bahkan memegang saham Coca-Cola selama lebih dari tiga dekade, sebuah bukti konkret dari konsistensi prinsip investasinya yang teguh.

5. Siapkan Cadangan Tunai untuk Kesempatan

Menurut pandangan Buffett, uang tunai bukanlah aset yang menganggur, melainkan “amunisi finansial” yang sangat penting. Amunisi ini dapat digunakan untuk membeli saham berkualitas ketika harganya sedang jatuh atau “murah”. Perusahaan investasinya, Berkshire Hathaway, dikenal luas karena selalu mempertahankan jumlah cadangan tunai yang besar. Ini adalah strategi Buffett untuk selalu siap sedia memanfaatkan setiap peluang investasi yang muncul saat pasar sedang lesu, sebuah kunci keunggulannya dalam jangka panjang, seperti yang disampaikan oleh Investopedia.

Dengan mengadopsi pola pikir investasi jangka panjang ala Warren Buffett, investor tidak hanya akan mampu bertahan di tengah badai gejolak pasar, tetapi juga berpotensi besar untuk meraih keuntungan substansial dari ketakutan dan kepanikan yang melanda orang lain.