MTEL Terbang! Rekomendasi Saham Mitratel, Untung dari Bisnis Menara?

Ifonti.com – JAKARTA. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), atau yang lebih dikenal dengan Mitratel, menunjukkan performa yang solid pada semester I-2025. Bisnis penyewaan menara telekomunikasi diprediksi masih akan menjadi mesin utama yang mendorong kinerja MTEL hingga akhir tahun.

Pada paruh pertama tahun 2025, Mitratel berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 4,59 triliun, meningkat 2,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy). Laba bersih perusahaan juga mengalami pertumbuhan positif, naik 2,8% yoy menjadi Rp 1,09 triliun.

Leonardo Lijuwardi, Analis NH Korindo Sekuritas, menyoroti bahwa MTEL tetap menjadi penguasa pasar menara telekomunikasi terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara, dengan total 39.782 menara.

Selain bisnis menara, segmen serat optik juga tampil sebagai mesin pertumbuhan yang signifikan. Hal ini mampu mengkompensasi pertumbuhan yang cenderung stagnan di segmen menara, sekaligus memberikan kontribusi yang semakin besar terhadap pendapatan keseluruhan perusahaan.

“Pertumbuhan pendapatan MTEL memang mengalami sedikit kontraksi, namun bisnis utama penyewaan menara tetap menjadi fondasi yang kuat dengan peningkatan sebesar 2,8% yoy, mencapai Rp 3,81 triliun pada semester pertama 2025,” ungkap Leonardo dalam risetnya yang diterbitkan pada 8 September 2025.

Adapun segmen non-sewa, yang meliputi reseller menara dan bisnis terkait menara, mengalami penurunan. Hal ini sejalan dengan strategi MTEL untuk lebih fokus pada bisnis dengan margin yang lebih tinggi. Pendapatan dari reseller menara tercatat turun 10,1% yoy menjadi Rp 240 miliar, sementara bisnis terkait menara turun 14,5% yoy menjadi Rp 260 miliar di semester I-2025.

Leonardo menambahkan bahwa serat optik terus menjadi pendorong utama pertumbuhan perusahaan. Inisiatif Fiber-to-the-Tower (FTTT) menjadi kunci dalam memenuhi permintaan operator seluler akan konektivitas yang lebih baik. Hasilnya, pendapatan dari segmen serat optik melonjak 28,1% yoy menjadi Rp 287 miliar di semester I-2025.

“Kami memproyeksikan bahwa serat optik akan berkontribusi sebesar 6,2% dari total pendapatan tahun fiskal 2025, didukung oleh ekspansi jaringan yang berkelanjutan,” tulis Leonardo.

Dari sisi kontribusi operator, Telkomsel, sebagai penyewa terbesar, mengalami pertumbuhan 7,4% yoy menjadi Rp 2,53 triliun pada semester I-2025. XL Axiata Tbk (EXCL) (sebelumnya XLSmart Telecom Sejahtera Tbk) melonjak 17,3% yoy pasca-merger menjadi Rp 632 miliar. Sementara itu, Indosat Tbk (ISAT) naik 8,9% YoY menjadi Rp 958 miliar. Telkomsel sendiri menyumbang 55% dari total pendapatan MTEL.

“Jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis seperti TOWR dan TBIG, dampak pasca-merger dari EXCL–FREN terhadap MTEL relatif terbatas,” terang Leonardo.

Dari sisi aset operasional, MTEL saat ini memiliki 39.782 menara pada semester I-2025, dengan jumlah penyewa yang meningkat 3,9% yoy menjadi 60.907. Jaringan fiber optik mencapai 54.447 km hingga semester I-2025, dengan target ekspansi sebesar 10.000 km untuk tahun fiskal 2025.

Rekomendasi Saham

Gani, Equity Research Analyst OCBC Sekuritas, memproyeksikan bahwa kinerja MTEL pada kuartal IV-2025 akan tumbuh terbatas, hanya sekitar low single digit. Ia menilai bahwa potensi pertumbuhan industri menara telekomunikasi di kuartal IV belum akan terlalu tinggi karena adanya konsolidasi tenant setelah merger EXCL dan Fren.

“Sentimen yang perlu diperhatikan untuk mencermati kinerja MTEL hingga akhir tahun antara lain adalah suku bunga dan perkembangan strategi dari masing-masing operator,” ujar Gani kepada Kontan, Selasa (14/10/2025).

Leonardo merekomendasikan untuk melakukan pembelian (buy) saham MTEL dengan target harga Rp 700 per saham. Menurutnya, meskipun segmen penyewaan menara mengalami pertumbuhan yang terbatas pasca konsolidasi merger operator seluler, MTEL masih memiliki peluang untuk mencapai pertumbuhan di atas rata-rata industri melalui segmen fiber optiknya.

Selain itu, neraca keuangan yang sehat dan tingkat leverage yang lebih rendah dibandingkan dengan para pesaingnya memungkinkan MTEL untuk mengambil peluang ekspansi anorganik.

Kekuatan portofolio MTEL terletak pada menaranya yang tersebar luas di luar Jawa, sehingga kurang terekspos dampak merger EXCL-FREN. “Risiko bagi MTEL meliputi melemahnya pertumbuhan penyewaan serta pertumbuhan yang lebih lemah dari perkiraan di segmen fiber,” jelas Leonardo.

Ringkasan

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) mencatatkan kinerja positif pada semester I-2025 dengan pendapatan Rp 4,59 triliun dan laba bersih Rp 1,09 triliun. Bisnis utama penyewaan menara tetap menjadi kontributor utama, didukung oleh pertumbuhan signifikan dari segmen serat optik yang mengkompensasi stagnasi di segmen menara. Mitratel tetap menjadi penguasa pasar menara telekomunikasi terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara dengan 39.782 menara.

Analis merekomendasikan pembelian (buy) saham MTEL dengan target harga Rp 700 per saham, melihat potensi pertumbuhan dari segmen fiber optik dan neraca keuangan yang sehat. Meskipun segmen penyewaan menara mengalami pertumbuhan terbatas pasca merger operator seluler, MTEL memiliki peluang ekspansi anorganik dan portofolio menara yang tersebar luas di luar Jawa mengurangi dampak merger EXCL-FREN.