Ifonti.com JAKARTA. PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI), emiten yang bergerak di sektor menara dan telekomunikasi, berhasil membukukan kinerja keuangan yang sangat impresif sepanjang kuartal III-2025. Perusahaan menunjukkan pertumbuhan signifikan pada laba bersih dan pendapatan, menandai periode yang kuat bagi operasionalnya.
Berdasarkan publikasi di Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (16/10/2025), BALI melaporkan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 138,72 miliar. Angka ini melonjak tajam, mencapai 32,16% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp 104,96 miliar pada kuartal III-2024.
Sejalan dengan peningkatan profitabilitas tersebut, pendapatan BALI juga mencatatkan pertumbuhan yang solid, naik 22,15% YoY menjadi Rp 922,01 miliar. Angka ini jauh melampaui pendapatan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 754,76 miliar. Kenaikan signifikan ini terutama didorong oleh performa cemerlang pada pos komunikasi data, internet, televisi kabel, dan jasa VSAT RTGS, yang berhasil meraup Rp 500,80 miliar pada kuartal III tahun ini, meningkat drastis dari Rp 332,32 miliar setahun sebelumnya.
Meskipun demikian, pendapatan dari segmen menara dan jaringan telekomunikasi sedikit terkoreksi, turun menjadi Rp 421,21 miliar dari sebelumnya Rp 422,44 miliar. Di sisi lain, beban pokok pendapatan BALI turut mengalami peningkatan, mencapai Rp 445,87 miliar, dibandingkan Rp 339,57 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Meskipun demikian, efisiensi operasional dan pertumbuhan pendapatan yang kuat tetap mendorong laba kotor perusahaan naik menjadi Rp 476,13 miliar, dari Rp 415,18 miliar pada kuartal III-2024.
Dari tinjauan neraca, posisi keuangan BALI menunjukkan beberapa dinamika. Saldo kas dan bank perusahaan pada akhir kuartal III-2025 tercatat sebesar Rp 322,90 miliar, sedikit berkurang dari posisi setahun lalu yang sebesar Rp 367,33 miliar. Namun, total aset BALI terpantau menguat menjadi Rp 6,33 triliun, meningkat dari Rp 6,07 triliun per 31 Desember 2024. Di sisi lain, jumlah liabilitas perusahaan membengkak menjadi Rp 3,80 triliun dari Rp 3,49 triliun, sementara ekuitasnya sedikit menipis, dari Rp 2,58 triliun menjadi Rp 2,52 triliun.