Rupiah Tertekan: Analis Prediksi Pelemahan Berlanjut Hari Ini

JAKARTA. Nilai tukar rupiah kembali meredup di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), tertekan kuat oleh kombinasi sentimen ekonomi baik dari dalam maupun luar negeri. Pelemahan ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap arah kebijakan moneter global dan kondisi domestik.

Data terkini menunjukkan bahwa di pasar spot, rupiah melemah 0,19% secara harian, bertengger di level Rp 16.708 per dolar AS. Sementara itu, berdasarkan kurs referensi Jisdor Bank Indonesia (BI), mata uang Garuda juga terkoreksi 0,36% secara harian, menempatkannya pada posisi Rp 16.724 per dolar AS.

Menurut analisis Ibrahim Assuaibi, seorang pengamat mata uang dan komoditas, salah satu pendorong utama pelemahan rupiah adalah sentimen seputar suku bunga Bank Sentral AS, The Fed. Ketua The Fed, Jerome Powell, sebelumnya mengisyaratkan bahwa bank sentral tersebut belum sepenuhnya berkomitmen terhadap pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut, bahkan menyatakan bahwa keputusan di bulan Desember bukanlah suatu kepastian. Pernyataan ini sontak mengurangi ekspektasi pasar akan penurunan suku bunga dalam waktu dekat.

Perbedaan pandangan di antara para pembuat kebijakan The Fed semakin memperkeruh suasana; sebagian menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap inflasi, sementara yang lain menyoroti perlambatan momentum di pasar tenaga kerja. “Perpecahan pendapat ini memperkuat keraguan tentang seberapa cepat The Fed akan melanjutkan pemotongan suku bunga, yang pada gilirannya akan menjaga dolar tetap kuat,” jelas Ibrahim pada Selasa (4/11/2025).

Tak hanya itu, tekanan dari luar negeri juga datang dari penutupan (shutdown) pemerintah Amerika Serikat yang masih berlanjut. Memasuki hari ke-33 tanpa tanda-tanda perbaikan, kebuntuan ini dikhawatirkan akan melampaui rekor sebelumnya yang berlangsung selama tiga puluh lima hari, menambah ketidakpastian di pasar global.

Beralih ke faktor domestik, Ibrahim Assuaibi juga menyoroti tingkat inflasi sebagai sentimen penting yang memengaruhi pergerakan rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa inflasi bulan Oktober 2025 mencapai 0,28% secara bulanan (month to month/MtM), menunjukkan kenaikan dari posisi September 2025 yang tercatat 0,21%.

Secara tahunan (year on year/YoY), Indonesia mencatatkan inflasi sebesar 2,86% per Oktober 2025, juga lebih tinggi dibandingkan September 2025 yang sebesar 2,65% YoY. Sementara itu, secara tahun kalender atau year to date, inflasi telah mencapai angka 2,10%.

Dengan mempertimbangkan berbagai sentimen tersebut, Ibrahim memperkirakan bahwa pada perdagangan Rabu (5/11/2025), rupiah akan bergerak fluktuatif, namun cenderung ditutup melemah. Ia memproyeksikan rentang pergerakan rupiah akan berada di kisaran Rp 16.700 hingga Rp 16.750 per dolar AS.

Ringkasan

Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar AS, dipengaruhi oleh sentimen global dan domestik. Pelemahan ini terjadi di pasar spot dan kurs referensi Jisdor Bank Indonesia, mencerminkan kekhawatiran pasar terkait kebijakan moneter global dan kondisi ekonomi dalam negeri. Sentimen utama yang memicu pelemahan adalah isu suku bunga The Fed dan penutupan pemerintahan AS yang berkepanjangan.

Faktor domestik juga berperan, terutama tingkat inflasi yang dilaporkan oleh BPS mengalami kenaikan pada bulan Oktober 2025. Analis memprediksi rupiah akan terus berfluktuasi dan cenderung melemah pada perdagangan berikutnya, dengan proyeksi pergerakan di kisaran Rp 16.700 hingga Rp 16.750 per dolar AS.