Ifonti.com, JAKARTA — Raksasa kopi global asal Amerika Serikat, Starbucks Corp., mengambil langkah strategis besar dengan menjual 60% saham mayoritas bisnisnya di China kepada perusahaan investasi terkemuka, Boyu Capital. Kesepakatan senilai US$4 miliar ini ditujukan untuk mempercepat pemulihan dan mengakselerasi ekspansi Starbucks di pasar kopi terbesar kedua di dunia yang sangat kompetitif.
Laporan Bloomberg pada Rabu (5/11/2025) mengungkapkan, sumber-sumber yang dekat dengan proses penawaran mengonfirmasi bahwa Boyu Capital berhasil mengungguli sejumlah pesaing. Keunggulan Boyu terletak pada pemahaman mendalamnya terhadap dinamika pasar China serta komitmen kuat untuk mempertahankan tim manajemen lokal. Faktor ini krusial dalam memastikan kesinambungan dan efektivitas strategi pemulihan Starbucks China ke depan.
Sejak pertama kali memasuki pasar China pada tahun 1999, Starbucks telah menikmati pertumbuhan pesat, membuka ribuan gerai di seluruh penjuru negeri. Namun, momentum kejayaan tersebut mulai meredup dengan munculnya pesaing lokal agresif seperti Luckin Coffee Inc. yang menawarkan produk lebih terjangkau, praktis, dan sangat disesuaikan dengan selera konsumen setempat, mengubah lanskap pasar kopi China secara signifikan.
Pengumuman penjualan saham ini, yang menjadi sorotan utama pada Senin (3/11/2025), menetapkan valuasi bisnis Starbucks di China sebesar US$4 miliar. Kemenangan Boyu Capital dalam proses penawaran yang telah dimulai sejak Mei 2025 ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap potensi jangka panjang Starbucks di China, terutama dengan jaminan Boyu untuk mempertahankan kepemimpinan merek tersebut di wilayah vital ini.
Terkait kesepakatan tersebut, Starbucks memilih untuk tidak memberikan komentar lebih lanjut di luar pernyataan resmi. Sementara itu, Boyu Capital juga belum menanggapi permintaan komentar, mencerminkan sifat strategis dan kerahasiaan transaksi di balik layar.
Di bawah arahan Molly Liu, yang ditunjuk sebagai CEO Starbucks China oleh CEO global Brian Niccol pada September 2024, perusahaan telah meluncurkan berbagai inisiatif inovatif. Ini termasuk pengembangan produk yang lebih sesuai dengan selera lokal, kolaborasi kreatif dengan waralaba film populer seperti Zootopia, dan band Taiwan Mayday, serta penyesuaian harga pada sejumlah produk demi menarik kembali basis konsumen yang luas.
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, masuknya Boyu Capital sebagai pemegang saham mayoritas diyakini akan memberikan tekanan tambahan dan harapan baru bagi Starbucks China untuk semakin memperkuat dan merebut kembali pangsa pasarnya yang sempat tergerus.
Mark Tanner, Managing Director konsultan China Skinny di Shanghai, memprediksi bahwa “Investor baru kemungkinan akan mendorong tim manajemen untuk mengadopsi strategi yang lebih lokal dan mempertimbangkan penurunan harga produk.” Pandangan ini mengindikasikan pergeseran fokus yang lebih agresif terhadap adaptasi pasar.
Dalam proses penawaran sebelumnya, beberapa calon investor sempat mengusulkan agar Starbucks mendekatkan diri pada model bisnis pesaing lokal. Namun, manajemen menolak tegas ide tersebut, khawatir langkah itu akan memicu perang harga yang merugikan dan berpotensi merusak citra premium merek Starbucks yang telah terbangun kokoh.
Jason Yu, Managing Director CTR Market Research di Shanghai, menyoroti bahwa komitmen Boyu Capital terhadap stabilitas operasional serta keahliannya yang mendalam di pasar lokal dapat membuka jalan bagi berbagai peluang kolaborasi baru. Ini termasuk inovasi di bidang teknologi, pembentukan kemitraan strategis, dan pengembangan strategi pemasaran yang lebih efektif.
Didirikan pada tahun 2011, Boyu Capital memiliki rekam jejak yang kuat dengan portofolio investasi yang mencakup sektor real estate komersial dan manajemen properti. Pada Mei 2025, Boyu sukses mengakuisisi mayoritas saham operator mal mewah SKP dan juga mengendalikan Jinke Smart Services Group. Latar belakang ini menunjukkan kapasitas Boyu untuk memberikan dukungan infrastruktur dan pengetahuan pasar yang berharga bagi ekspansi Starbucks.
Menyambut kemitraan ini, Brian Niccol menegaskan, “Pengetahuan dan pengalaman lokal Boyu akan menjadi aset tak ternilai dalam mempercepat pertumbuhan kami di China, khususnya dalam agenda ekspansi Starbucks ke kota-kota kecil dan wilayah baru yang belum terjamah.”
Niccol sendiri sebelumnya telah mengungkapkan ambisi besar, melihat potensi bisnis Starbucks di China masih sangat luas. Dengan target ekspansi hingga 20.000 gerai—peningkatan signifikan dari sekitar 7.800 gerai saat ini—penjualan saham mayoritas ini merupakan langkah fundamental untuk merealisasikan visi jangka panjang Starbucks di jantung pasar Asia.