PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) berhasil membukukan kinerja moncer yang mengejutkan di sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2025. Di bawah kendali manajemen baru, laba ANJT tercatat melonjak ribuan persen hingga kuartal III-2025, menandakan awal yang prospektif di era kepemimpinan baru.
Perseroan sukses mengantongi laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk, atau laba bersih, sebesar US$ 24,28 juta per September 2025. Angka ini meroket 1.520,39% secara tahunan (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar US$ 1,49 juta. Peningkatan signifikan ini menjadi sorotan utama dalam laporan keuangan ANJT.
Lonjakan laba bersih tersebut diawali dengan kenaikan pendapatan ANJT yang substansial. Tercatat, pendapatan ANJT mencapai US$ 187,78 juta per kuartal III 2025, naik 11,5% YoY dari US$ 168,41 juta. Sektor minyak sawit mentah (CPO) menjadi penyumbang terbesar dengan nilai US$ 155,91 juta. Disusul oleh segmen inti sawit yang berkontribusi US$ 25,01 juta, edamame US$ 3,69 juta, cangkang sawit US$ 1,17 juta, dan tandan buah segar (TBS) US$ 1,05 juta. Kontribusi lainnya datang dari segmen tepung sagu sebesar US$ 591,31 ribu, sertifikat RSPO US$ 6,52 ribu, serta lain-lain sebesar US$ 18,01 ribu, menunjukkan diversifikasi sumber pendapatan perseroan.
Kinerja operasional yang efisien juga tercermin dari peningkatan laba bruto yang melonjak 89,11% YoY menjadi US$ 50,18 juta per kuartal III 2025, dari US$ 26,53 juta di periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya produksi secara efektif.
Direktur Utama ANJT, Suhendro, menyatakan optimisme manajemen bahwa estimasi produktivitas perseroan di akhir tahun 2025 akan lebih tinggi dibandingkan tahun 2023 dan 2024. Sebagai gambaran, ANJT telah mengolah CPO sebanyak 128.695 ton per kuartal II 2025, naik 5,7% YoY. Meskipun data produksi per kuartal III belum dirilis karena fokus manajemen baru pada proses transisi pasca akuisisi, Suhendro yakin bahwa estimasi oil extraction rate (OER) dapat mencapai lebih dari 20,6% di akhir 2025.
Suhendro menambahkan, kinerja keuangan ANJT pasca akuisisi menunjukkan proses peralihan yang berjalan mulus dan tidak berdampak pada operasional kebun. Pihaknya berkomitmen untuk terus tumbuh dengan strategi yang lebih baik guna mengoptimalkan operasional dan memanfaatkan peluang pasar, serta akan lebih fokus pada industri kelapa sawit sebagai bisnis utama.
Terkait belanja modal atau capital expenditure (capex), ANJT baru menyerap sebesar 28,6% dari total anggaran tahun 2025 yang mencapai US$ 29,74 juta. Suhendro menjelaskan bahwa rendahnya realisasi capex ini disebabkan oleh kajian ulang beberapa poin oleh manajemen baru. Penyerapan anggaran kini diprioritaskan untuk pengembangan area perkebunan yang belum produktif (immature), peningkatan infrastruktur, dan perumahan karyawan.
Menanggapi kinerja impresif ini, Equity Analyst Korea Investment & Sekuritas, Muhammad Wafi, menilai peningkatan kinerja ANJT didorong oleh average selling price (ASP) perseroan yang masih di atas ekspektasi, ditambah dengan peningkatan volume produksi. Selain itu, efisiensi operasional dan penurunan beban keuangan turut membantu mendorong margin laba bersih naik signifikan.
Senada, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, memandang prospek kinerja ANJT ke depan masih akan positif, terutama ditopang oleh harga CPO dunia yang kuat. Dengan kondisi ini, ANJT perlu terus meningkatkan produksinya agar net profit margin bisa lebih optimal. Wafi juga menambahkan bahwa kinerja ANJT akan tetap solid jika tren harga CPO bertahan. Sentimen positif bersumber dari prospek permintaan biofuel domestik dan pemulihan ekspor. Namun, risiko tetap ada, seperti cuaca ekstrem El Nino dan fluktuasi harga pupuk global.
Masuknya pengendali baru juga menjadi katalis jangka menengah, terutama jika mereka membawa strategi efisiensi dan ekspansi perkebunan baru yang lebih agresif. Seperti diketahui, ANJT tahun ini memiliki pengendali baru, yaitu First Resources Limited (FRL). Perusahaan ini telah merampungkan penawaran tender wajib (mandatory tender offer/MTO) terhadap saham ANJT setelah resmi menjadi Pemegang Saham Pengendali (PSP) yang baru.
Dalam pelaksanaan MTO pada 3 Oktober 2025 lalu, First Resources Limited membeli 159.236.789 saham ANJT dengan harga pelaksanaan Rp 1.813 per saham, total transaksi mencapai Rp 288,69 miliar. Pasca transaksi ini, kepemilikan saham ANJT oleh First Resources secara langsung meningkat dari 3.057.981.688 saham (91,17%) menjadi 3.217.218.477 saham (95,92%). FRL juga memiliki saham ANJT secara tidak langsung melalui kepemilikan pada PT Ciliandra Perkasa, yang tercatat sebagai pemegang 82.837.946 saham ANJT.
Wafi menilai valuasi saham ANJT saat ini masih terbilang murah, dengan price to book value (PBV) kurang dari 0,8x. Namun, momentum kenaikan harga saham ANJT membutuhkan konfirmasi dari realisasi margin di kuartal IV. Berdasarkan analisisnya, Wafi merekomendasikan hold untuk saham ANJT dengan target harga Rp 2.500 per saham.