JAKARTA – Sektor minyak dan gas (migas) kembali menjadi sorotan investor dengan kinerja emiten yang menunjukkan dinamika beragam sepanjang kuartal III – 2025. Fluktuasi harga minyak dan gas dunia terus menjadi pendorong utama yang menentukan arah kinerja saham di sektor strategis ini ke depan. Menjawab kebutuhan investor akan panduan, sejumlah analis terkemuka telah merilis rekomendasi terkini untuk beberapa emiten migas pilihan. Berikut adalah ulasan mendalam mengenai prospek dan rekomendasi saham sektor migas untuk perdagangan Senin, 10 November 2025.
1. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)
MEDC menunjukkan fundamental keuangan yang kokoh hingga kuartal III – 2025, dengan likuiditas dan rasio leverage yang sehat. Perseroan mencatat posisi kas sebesar USD755 juta dan rasio Utang Bersih/EBITDA di level 2,0x. Kedisiplinan dalam manajemen modal terlihat dari penarikan kembali obligasi senilai US$ 522 juta, penerbitan obligasi domestik Rp1 triliun, serta program pembelian kembali 432,6 juta saham berdasarkan mandat RUPS dan Surat OJK S-17/D.04/2025. Komitmen terhadap pemegang saham juga diperkuat dengan pengumuman dividen interim sebesar US$ 42 juta untuk tahun 2025, melonjak 66% secara tahunan (YoY), menjadikan total dividen tahun ini mencapai US$ 80 juta.
Belanja modal MEDC mencapai US$ 297 juta per kuartal III – 2025, difokuskan pada ekspansi hulu di Blok Oman 60 dan Blok B Laut Natuna Selatan, serta penyelesaian proyek strategis seperti Panas Bumi Ijen dan PLTS Bali Timur. Prospek ke depan, peningkatan produksi berkelanjutan dari Natuna, Koridor, dan Oman diharapkan mampu menjaga stabilitas produksi hingga 2026. Ini juga akan mengimbangi tantangan sementara di Amman, yang pendapatannya diproyeksikan pulih bertahap pasca penyelesaian peningkatan produksi smelter pada semester I-2026 dan dimulainya kembali ekspor. Dengan potensi pertumbuhan ini, Richard Jonathan Halim dari Ciptadana Sekuritas Asia merekomendasikan BUY untuk saham MEDC dengan target harga Rp 1.800, berdasarkan riset tertanggal 6 November 2025.
2. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
PGAS berhasil membukukan pendapatan sebesar US$ 985 juta pada kuartal III – 2025, meningkat tipis 0,8% YoY. Angka ini mendorong pendapatan kumulatif perseroan sepanjang Januari hingga September 2025 mencapai US$ 2,9 miliar. Kenaikan kinerja ini utamanya ditopang oleh segmen niaga gas bumi dan jasa regasifikasi LNG, yang sukses mengimbangi moderasi kontribusi dari segmen hulu (upstream). Segmen Niaga Gas, sebagai tulang punggung dengan kontribusi sekitar 69% dari total pendapatan, mencatat pertumbuhan moderat US$ 2,02 miliar atau naik 8,5% YoY, sementara jasa regasifikasi menunjukkan pertumbuhan solid 24,2% YoY, didorong oleh peningkatan permintaan LNG domestik dan optimalisasi terminal yang tinggi.
Per September 2025, struktur pelanggan PGAS tetap didominasi oleh sektor power (27%), chemical (17%), dan ceramic (10%), yang secara kolektif menyumbang lebih dari 50% total volume niaga. Prospek PGAS ke depan akan sangat bergantung pada keberlanjutan pertumbuhan volume transmisi dan kuatnya permintaan LNG domestik. Namun, tekanan margin dari aktivitas niaga dan trading LNG berpotensi terus berlanjut hingga tahun 2025. Mengamati kondisi ini, Andhika Audrey dari Panin Sekuritas memberikan rekomendasi HOLD untuk saham PGAS, dengan target harga Rp 1.900, sebagaimana tercantum dalam risetnya pada 3 November 2025.
3. PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG)
ENRG menunjukkan performa operasional yang menjanjikan, dengan rata-rata produksi minyak yang tumbuh 6% YoY mencapai 8.381 barel per hari. Di sisi lain, harga jual gas juga mengalami kenaikan 7% YoY menjadi US$ 6,79 per mcf. Kinerja produksi minyak didorong oleh kontribusi solid dari Blok Siak dan Kampar di Riau, sementara tambahan produksi gas dari Blok Sengkang di Sulawesi Selatan turut menstabilkan performa gas perseroan.
Untuk masa depan, ENRG akan terus menitikberatkan pada optimalisasi aset-aset utama yang sudah berproduksi guna memaksimalkan nilai perusahaan. Selain itu, perseroan berkomitmen untuk melanjutkan kegiatan eksplorasi secara selektif dan secara aktif mengejar peluang pertumbuhan melalui potensi akuisisi serta kemitraan strategis. Tim pengembangan bisnis ENRG secara berkelanjutan memperkuat portofolio perusahaan melalui akuisisi yang terarah dan kolaborasi strategis. Ini adalah bagian integral dari upaya perseroan untuk memperluas cakupan operasi, menjamin keberlanjutan jangka panjang, serta memberikan imbal hasil yang konsisten bagi para pemegang saham. Berdasarkan analisis Achmad Yaki dari BCA Sekuritas, rekomendasi untuk saham ENRG adalah BUY ON WEAKNESS dengan target harga Rp 985.
4. PT Elnusa Tbk (ELSA)
ELSA, perusahaan jasa energi terintegrasi, melaporkan pencapaian pendapatan sebesar Rp 10,5 triliun per September 2025, menunjukkan pertumbuhan solid 9% secara tahunan (YoY). Kinerja pendapatan ELSA hingga kuartal III – 2025 ini merupakan cerminan kontribusi sinergis dari seluruh lini bisnis yang saling terintegrasi, secara aktif mendukung pertumbuhan berkelanjutan perseroan.
Dalam rangka penguatan posisi dan inovasi, ELSA gencar fokus pada pengembangan lini bisnis baru. Melalui divisi Pipeline Integrity Management, perseroan telah berhasil mengembangkan layanan In-Line Inspection Services dan Foam Pig Product. Komitmen terhadap inovasi juga tercermin dalam bidang Well Production Improvement, di mana ELSA menghadirkan solusi mutakhir seperti Pertasolvent, Hydraulic Dilation Water Pumping, dan Automatic Well Performance Analyzer, yang esensial untuk mendukung peningkatan produksi migas nasional. Inovasi ini diperluas ke area Well Optimization melalui pengembangan Ecolift Hydraulic Pumping Unit, serta keterlibatan strategis dalam proyek Carbon Capture Utilization & Storage (CCUS), sebagai bagian dari kontribusi perseroan terhadap transisi energi rendah karbon. Berdasarkan potensi yang kuat ini, Indy Naila dari Edvisor Profina Visindo memberikan rekomendasi BUY untuk saham ELSA dengan target harga Rp 575.