Ledakan SMAN 72 Jakarta: Mensos Turun Tangan, Polisi Buru Motif!

Menteri Sosial Syaifullah Yusuf, atau yang akrab disapa Gus Ipul, menunjukkan kepedulian pemerintah dengan mengunjungi korban ledakan di SMAN 72 Jakarta. Kunjungan berlangsung di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih, Jakarta Pusat, pada Minggu (9/11) pukul 12.47 WIB. Mengenakan baju koko putih dan peci hitam, Gus Ipul tiba dengan mobil dinas hitam bernomor B 1877ZZR, menandai keseriusan pemerintah dalam penanganan insiden tragis ini.

Setibanya di rumah sakit, Gus Ipul langsung disambut oleh pihak RSIJ Cempaka Putih dan segera menuju pintu masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD). Di tengah kerumunan wartawan yang telah menanti, ia sempat menyapa singkat, “Nanti ya, saya masuk ke dalam dulu,” sebelum bergegas melihat kondisi para korban.

Update terkini mengenai penanganan korban menunjukkan bahwa dari total 96 orang yang mendapatkan perawatan medis akibat ledakan di SMAN 72 pada Jumat (7/11) lalu, sebanyak 67 korban telah diperbolehkan pulang. Mereka meninggalkan rumah sakit pada Sabtu (8/11) malam, sekitar pukul 22.00 WIB, dan kembali ke rumah masing-masing setelah kondisi mereka membaik.

Meski demikian, sebanyak 29 korban lainnya masih memerlukan perawatan intensif di berbagai rumah sakit di kawasan Cempaka Putih. Tercatat, RSIJ Cempaka Putih masih merawat 14 pasien, sementara RS Yarsi juga menangani 14 pasien yang memerlukan observasi dan penanganan medis lanjutan.

Kronologi Ledakan

Jumat (7/11) akan selamanya menjadi hari kelam bagi para pelajar, guru, dan seluruh sivitas akademika SMAN 72 Jakarta yang terletak di Kelurahan Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara. Hari itu, aktivitas sekolah berjalan normal hingga memasuki waktu pelaksanaan salat Jumat yang rutin digelar di masjid sekolah. Para pelajar, guru, pengelola kantin, hingga penjaga sekolah berbondong-bondong menunaikan ibadah salat Jumat di lokasi yang kemudian menjadi saksi bisu tragedi.

Ibadah awalnya berlangsung khidmat, mulai dari kumandang azan hingga khatib membacakan khutbah Jumat. Seluruh jamaah mengikuti salat dengan serius, baik di dalam bangunan masjid maupun di area selasar. Beberapa pelajar yang terlambat terlihat masih berwudu di luar. Namun, setelah pembacaan doa dan menjelang kumandang iqomah, suasana damai itu tiba-tiba berubah drastis menjadi histeris dan mencekam.

Suara “Duaaaaar!” yang memekakkan telinga menggoncang seisi bangunan. Ledakan diduga berasal dari tengah masjid, diikuti oleh ledakan kedua di dekat pintu. Seorang pelajar SMA 72 bernama Sela memberikan kesaksian, “Kami melihat ada tiga benda (seperti bom rakitan) karena ada kaleng dengan sumbu dan yang meledak hanya dua.”

Menurut Sela, insiden ledakan ini diduga dilakukan oleh oknum pelajar sekolah tersebut, dengan dugaan motif balas dendam karena kerap menjadi korban perundungan (bullying). Sela, yang saat kejadian berada di selasar, merasakan ledakan tersebut mengganggu penglihatan dan pendengarannya, serta menyebabkan luka pada beberapa siswa. Dalam kepanikan, ia berbalik untuk membantu teman-temannya yang terdampak langsung. Guru, siswa lain, dan warga sekitar dengan sigap berupaya mengevakuasi korban dan memberikan pertolongan pertama. Puluhan orang yang terdampak kemudian dilarikan ke sejumlah rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis secepatnya.

Insiden serius ini segera menarik perhatian aparat. Polda Metro Jaya langsung menerjunkan Tim Penjinak Bom (Jibom) dan Tim Penjinak Bahan Peledak (Jihandak, kini identik dengan Unit KBR Detasemen Gegana) ke lokasi kejadian. Petugas segera melakukan penanganan, identifikasi, dan investigasi mendalam, termasuk olah tempat kejadian perkara dan pemeriksaan saksi-saksi guna mengungkap secara runut peristiwa tragis ini.

Wakil Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, Lodewijk Freidrich Paulus, juga langsung mendatangi lokasi. Setelah meninjau, ia menjelaskan kepada wartawan bahwa ledakan terjadi sekitar pukul 12.15 WIB saat salat Jumat berlangsung. Menanggapi video yang beredar mengenai adanya pistol di lokasi, ia memastikan bahwa itu hanyalah pistol mainan dan menegaskan bahwa insiden ini bukan merupakan aksi terorisme. Ia meminta semua pihak untuk tidak terburu-buru berasumsi dan membiarkan aparat bekerja untuk menemukan fakta sebenarnya.

Di sisi lain, Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, memberikan jaminan penting bagi para korban. Ia memastikan bahwa seluruh biaya rumah sakit untuk korban ledakan di SMAN 72 Jakarta akan sepenuhnya ditanggung oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, di rumah sakit mana pun mereka dirawat. “Semua akan menjadi tanggung jawab kami,” tegas Pramono, menunjukkan komitmen Pemprov dalam penanganan krisis ini. Setelah jumpa pers, Gubernur Pramono yang didampingi Wali Kota Jakarta Utara Hendra Hidayat, langsung meninjau lokasi kejadian pada pukul 17.00 WIB untuk melihat kondisi sekolah secara langsung.

Pada Jumat malam, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, didampingi Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, menggelar jumpa pers. Kapolri mengumumkan bahwa seorang terduga pelaku peledakan SMAN 72 Jakarta telah berhasil diidentifikasi dan diamankan oleh Kepolisian. Namun, pelaku tersebut masih menjalani operasi di rumah sakit akibat ledakan, sehingga belum dapat diinterogasi hingga kondisinya memungkinkan.

Listyo merinci bahwa saat ini total ada dua orang yang menjalani operasi akibat ledakan di SMAN 72, yang berlokasi di dalam Kompleks Perumahan TNI AL Kelapa Gading. Salah satu dari mereka adalah terduga pelaku. “Untuk terduga pelaku, saat ini sudah kita dapatkan. Anggota (Polri) sedang melakukan pendalaman terkait dengan identitas pelaku, kemudian juga lingkungan pelaku, termasuk rumah dan hal-hal lain yang saat ini sedang kita dalami,” jelas Kapolri. Beliau juga memastikan bahwa tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. Dari hasil pemeriksaan lokasi, polisi menemukan senjata mainan dan sejumlah tulisan, yang kini menjadi bagian penting dalam pendalaman motif pelaku merakit dan melaksanakan aksinya.

Ringkasan

Menteri Sosial Gus Ipul mengunjungi korban ledakan di SMAN 72 Jakarta yang dirawat di RSIJ Cempaka Putih. Dari 96 korban yang dirawat, 67 telah diperbolehkan pulang, sementara 29 masih memerlukan perawatan intensif di beberapa rumah sakit. Pemprov DKI Jakarta menjamin seluruh biaya rumah sakit korban akan ditanggung.

Ledakan terjadi saat salat Jumat dan diduga berasal dari bom rakitan. Polisi telah mengidentifikasi dan mengamankan seorang terduga pelaku yang juga menjadi korban luka dan sedang menjalani operasi. Motif pelaku diduga karena balas dendam akibat perundungan. Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini, dan polisi menemukan senjata mainan serta tulisan di lokasi kejadian.