Ifonti.com, JAKARTA. Jumat, 8 Agustus 2025, rupiah ditutup melemah tipis sebesar 0,04% terhadap dolar Amerika Serikat (AS), berada di level Rp 16.293 per dolar AS. Pergerakan ini sedikit kontradiktif mengingat penguatan rupiah yang cukup signifikan sepanjang pekan ini, mencapai 1,35%.
Pergerakan ini sejalan dengan tren pelemahan sebagian besar mata uang Asia terhadap dolar AS. Dolar Taiwan mengalami pelemahan terdalam dengan penurunan 0,26%, diikuti won Korea (0,24%), yen Jepang (0,11%), peso Filipina (0,10%), ringgit Malaysia (0,09%), dan dolar Singapura (0,02%). Yuan China juga ikut melemah, albeit tipis, sebesar 0,01%. Rupiah sendiri mengalami pelemahan 0,04% dalam konteks regional ini.
Sebaliknya, dolar Hong Kong stagnan. Sementara itu, rupee India dan baht Thailand menunjukkan penguatan, masing-masing naik 0,02% dan 0,01% terhadap dolar AS. Perbedaan pergerakan mata uang ini mencerminkan dinamika ekonomi dan sentimen pasar yang beragam di masing-masing negara.
Rupiah Dibuka Melemah ke Rp 16.321 Per Dolar AS Jumat (8/8), Usai 4 Hari Menguat
Menariknya, meskipun rupiah ditutup melemah, indeks dolar AS sendiri mengalami penurunan. Indeks yang mengukur nilai dolar AS terhadap mata uang utama dunia ini turun dari 98,40 menjadi 98,13. Penurunan indeks dolar ini mengindikasikan pelemahan nilai dolar AS secara umum, namun pergerakan rupiah tetap dipengaruhi oleh faktor-faktor domestik dan regional.
Ringkasan
Pada Jumat, 8 Agustus 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 0,04% di angka Rp 16.293 per dolar AS. Meskipun terjadi pelemahan ini, pergerakan tersebut berlawanan dengan penguatan rupiah yang cukup signifikan sepanjang pekan sebelumnya (1,35%). Pelemahan rupiah sejalan dengan tren sebagian besar mata uang Asia lainnya terhadap dolar AS.
Meskipun indeks dolar AS mengalami penurunan, dari 98,40 menjadi 98,13, rupiah tetap melemah. Beberapa mata uang Asia lainnya seperti dolar Taiwan dan won Korea mengalami pelemahan yang lebih signifikan. Sebaliknya, rupee India dan baht Thailand justru menguat. Perbedaan pergerakan ini menunjukkan beragamnya dinamika ekonomi dan sentimen pasar di masing-masing negara.