
Ifonti.com NEW YORK. Pasar Wall Street ditutup anjlok tajam pada akhir perdagangan Kamis (13/11/2025), terseret oleh penurunan signifikan saham Nvidia dan emiten kecerdasan buatan (AI) terkemuka lainnya. Pelemahan ini terjadi seiring dengan investor yang mulai mengurangi ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga, di tengah meningkatnya kekhawatiran inflasi dan adanya perbedaan pandangan di antara para bankir sentral mengenai prospek kesehatan ekonomi AS.
Mengutip laporan Reuters, ketiga indeks utama Wall Street mencatat kinerja negatif. Indeks S&P 500 merosot 1,66% hingga mencapai level 6.737,49. Penurunan lebih dalam terlihat pada Nasdaq yang anjlok 2,29% ke level 22.870,36, sedangkan Dow Jones Industrial Average ikut melemah 1,65% menjadi 47.457,22.
Pelemahan pasar ini meluas ke hampir seluruh sektor, di mana sembilan dari 11 indeks sektor S&P 500 mencatatkan koreksi. Sektor konsumen diskresioner menjadi yang paling terpuruk dengan penurunan 2,73%, diikuti oleh sektor teknologi informasi yang juga terkoreksi signifikan sebesar 2,37%.
Perdagangan hari itu menandai penurunan persentase harian tertajam bagi ketiga indeks saham utama AS dalam lebih dari sebulan terakhir. Aktivitas perdagangan di bursa AS sendiri terbilang tinggi, dengan volume mencapai 20,8 miliar saham, sedikit di atas rata-rata 20 hari perdagangan terakhir yang sebesar 20,3 miliar saham.
Kekhawatiran investor juga sempat dipicu oleh penutupan pemerintahan AS selama 43 hari yang baru saja berakhir, yang tak hanya mengganggu aliran data ekonomi tetapi juga menciptakan ketidakpastian. Setelahnya, dalam beberapa hari terakhir, semakin banyak pembuat kebijakan dari Federal Reserve (The Fed) yang mengindikasikan keraguan mereka terhadap pemotongan suku bunga lebih lanjut. Hal ini secara signifikan memangkas probabilitas penurunan biaya pinjaman pada bulan Desember di pasar keuangan menjadi hampir seimbang.
Para pejabat The Fed dalam pernyataan terbaru mereka menggarisbawahi kekhawatiran tentang laju inflasi yang persisten, serta mencatat adanya tanda-tanda stabilitas relatif di pasar tenaga kerja, meskipun telah dilakukan dua kali pemangkasan suku bunga AS tahun ini. Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa, Oklahoma, menjelaskan dilema tersebut, “Pertanyaan mendasarnya adalah, apakah inflasi tarif bersifat sementara dan hanya terjadi sekali? Dan entah benar atau tidak, itulah mengapa beberapa gubernur Fed tidak ingin melakukan pemotongan.” Ia menambahkan bahwa keputusan apapun merupakan “taruhan yang berisiko, terlepas dari apakah mereka melakukan pemotongan atau tidak.”
Di sisi lain, kekhawatiran juga merembet ke sektor teknologi, khususnya saham-saham perusahaan AI. Beberapa emiten yang selama ini menjadi bintang dengan kinerja terbaik di pasar saham AS dalam beberapa tahun terakhir, justru mengalami anjlok signifikan. Hal ini dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap valuasi yang terlalu tinggi, yang sebelumnya didorong oleh optimisme berlebihan terhadap potensi kecerdasan buatan (AI). Tercatat, saham Nvidia anjlok 3,6%, saham Tesla merosot 6,6%, dan saham Broadcom kehilangan 4,3% dari nilainya.
Menanggapi situasi ini, Peter Cardillo, Kepala Ekonom Pasar di Spartan Capital Securities di New York, menyoroti adanya “banyak ketidakpastian tentang kondisi ekonomi.” Ia melanjutkan, “Yang sedang kita alami adalah sedikit koreksi di pasar di sektor AI dan kita melihat rotasi pasar,” mengindikasikan bahwa investor mungkin sedang mengalihkan modal dari aset-aset berisiko tinggi. Situasi ini mencerminkan sentimen pasar yang berhati-hati dan gejolak yang mungkin akan terus berlanjut di tengah ketidakpastian kebijakan moneter dan valuasi pasar.