
Ifonti.com JAKARTA. Kenaikan harga emas dunia menjadi berkah tersendiri bagi perusahaan-perusahaan tambang emas di Indonesia. Bagaimana tidak, kinerja keuangan para emiten emas ini meroket tajam hingga kuartal III-2025.
Ambil contoh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), yang mencatatkan lonjakan penjualan sebesar 67% secara year on year (yoy) menjadi Rp 72,03 triliun pada kuartal III-2025.
Kontribusi emas terhadap total penjualan ANTM sangat signifikan, mencapai sekitar 81% dalam sembilan bulan pertama tahun 2025. Penjualan emas ANTM melesat 64% yoy menjadi Rp 58,67 triliun, didorong oleh peningkatan volume penjualan sebesar 20% yoy menjadi 1,10 juta ons troi.
Kinerja cemerlang ini berimbas positif pada laba bersih ANTM, yang melonjak drastis hingga 197% yoy menjadi Rp 6,61 triliun pada kuartal III-2025.
Multi Bintang (MLBI) Rilis Dividen Interim Rp 400,33 Miliar, Cek Jadwalnya
Tak hanya ANTM, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) juga merasakan manisnya kenaikan harga emas. Pendapatan BRMS meningkat 69% yoy menjadi US$ 183,59 juta, sementara laba bersihnya melambung 129% yoy menjadi US$ 37,62 juta pada kuartal III-2025.
PT Archi Indonesia Tbk (ARCI), emiten emas lainnya, turut mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 52,66% yoy menjadi US$ 328,70 juta hingga akhir kuartal III-2025. Lebih menggembirakan lagi, ARCI berhasil membalikkan kerugian bersih sebesar US$ 3,90 juta pada kuartal III-2024 menjadi laba bersih US$ 70,48 juta pada periode yang sama tahun berikutnya.
PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) pun tak ketinggalan. Pendapatan HRTA melonjak 89,6% yoy menjadi Rp 25,19 triliun hingga kuartal III-2025. Laba bersih HRTA juga menanjak 90,7% yoy menjadi Rp 575,76 miliar.
Direktur Utama Hartadinata Abadi, Sandra Sunanto, mengungkapkan bahwa kinerja positif ini mencerminkan fundamental yang kuat dan ketahanan bisnis HRTA di tengah dinamika pasar global.
“Kami terus memperkuat ekosistem emas nasional melalui inovasi produk dan perluasan jaringan distribusi yang terintegrasi, termasuk sinergi di sektor keuangan syariah dan digitalisasi rantai pasok emas,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (14/11/2025).
Selain fokus pada kinerja keuangan, HRTA juga aktif mengembangkan bisnis melalui diversifikasi kanal penjualan dan kemitraan strategis. Produk-produk di bawah merek HRTA Gold, seperti EMASKU dan ARDORE, diklaim terus menunjukkan pertumbuhan penjualan yang konsisten seiring dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap investasi emas dan perhiasan bernilai tinggi.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai bahwa kinerja keuangan positif yang dicapai oleh emiten-emiten produsen emas ini memang sesuai dengan ekspektasi para pelaku pasar. Hal ini tercermin dari kenaikan harga saham emiten tersebut, bahkan sebelum musim laporan keuangan kuartal ketiga tiba.
IHSG Melemah 0,86% di Pekan Ini, Simak Sentimen yang Menyeretnya
“Kenaikan harga emas dunia tentu menjadi sentimen positif bagi emiten emas, baik dari sisi kinerja keuangan maupun harga sahamnya,” ujar Nafan, Jumat (14/11/2025).
Sebagai gambaran, harga saham ANTM telah terbang 99,34% year to date (ytd) atau sejak awal tahun hingga mencapai level Rp 3.040 per saham pada perdagangan Jumat (14/11/2025).
Pada periode yang sama, harga saham BRMS meroket 181,79% ytd ke level Rp 975 per saham, harga saham ARCI melonjak 410,08% ytd ke level Rp 1.265 per saham, serta harga saham HRTA melambung 285,59% ytd ke level Rp 1.365 per saham.
Nafan menambahkan bahwa peluang emiten emas untuk kembali mencetak pertumbuhan kinerja *top line* dan *bottom line* yang positif masih sangat terbuka. Hal ini didorong oleh tren *bullish* harga emas dunia akibat tingginya permintaan dan pasokan global yang terbatas.
Namun demikian, pihak emiten perlu mewaspadai sentimen seperti keterbatasan pasokan. Meskipun sentimen ini mengangkat harga emas, secara operasional justru akan menyulitkan emiten produsen emas batangan atau perhiasan karena menipisnya bahan baku akan membuat produksi emas menjadi tersendat.
ANTM telah mengalami dampak dari gangguan operasional di Tambang Grasberg milik Freeport Indonesia.
“Emiten tetap harus mengoptimalkan penjualan setiap produk karena ada benefit dari *net selling price*, meski pasokan sedang terbatas,” imbuh Nafan.
Secara terpisah, Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas, Fath Aliansyah Budiman, menyebutkan bahwa mayoritas emiten produsen emas telah memaksimalkan penjualannya selama tahun 2025 berjalan. Alhasil, peluang bagi emiten tersebut untuk melanjutkan pertumbuhan positif sampai akhir tahun sangat terbuka lebar selama harga emas berada dalam fase *bullish*.
ANTM Chart by TradingView
Di sisi lain, Fath mengingatkan investor bahwa pergerakan saham-saham emiten emas masih sangat bergantung pada dinamika pergerakan harga komoditas logam mulia tersebut. Oleh karena itu, keputusan investasi perlu dilakukan secara hati-hati dan selektif.
“(Saham emiten emas) Akan jauh lebih menarik untuk yang mau investasi jangka panjang apabila harga emasnya sudah terkoreksi cukup besar,” jelas Fath, Jumat (14/11/2025).
Dari sekian banyak emiten emas, Fath melihat ANTM sebagai emiten yang berpeluang mencetak kinerja terbaik dan layak dipertimbangkan oleh investor.
Sementara itu, Nafan merekomendasikan akumulasi beli saham ANTM dan BRMS dengan target harga masing-masing di level Rp 330 per saham dan Rp 1.275 per saham.
Ringkasan
Kenaikan harga emas dunia pada kuartal III-2025 membawa berkah bagi emiten tambang emas di Indonesia. Beberapa perusahaan seperti ANTM, BRMS, ARCI, dan HRTA mencatatkan lonjakan pendapatan dan laba bersih yang signifikan. Kinerja positif ini didorong oleh peningkatan volume penjualan dan harga jual emas, yang tercermin dari kenaikan harga saham emiten-emiten tersebut.
Analis menilai prospek emiten emas masih cerah didorong oleh tren bullish harga emas dunia. Meskipun demikian, emiten perlu mewaspadai keterbatasan pasokan yang dapat menghambat produksi. Investor disarankan untuk berhati-hati dan selektif dalam berinvestasi saham emiten emas, dengan mempertimbangkan dinamika harga emas dan potensi koreksi.