
Ifonti.com JAKARTA. Potensi penurunan target produksi batubara nasional mulai menjadi sorotan utama bagi para pelaku industri, termasuk raksasa pertambangan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Sebagai emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PTBA secara sigap menyusun strategi komprehensif untuk mengantisipasi gejolak pasar batubara yang diperkirakan masih menantang hingga tahun 2026.
Kekhawatiran ini muncul menyusul sinyal kuat dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait revisi ke bawah target produksi batubara nasional pada tahun 2026. Proyeksi menunjukkan volume produksi komoditas ekspor andalan Indonesia tersebut berpotensi berada di bawah 700 juta ton. Penurunan ini didorong oleh tren pelemahan permintaan global serta capaian produksi yang melambat sepanjang tahun ini.
Menanggapi arah kebijakan ini, Corporate Secretary Division Head PTBA, Eko Prayitno, menjelaskan bahwa penurunan target produksi batubara nasional oleh pemerintah secara fundamental sejalan dengan upaya menjaga keseimbangan pasar dan merespons dinamika transisi energi global. Lebih lanjut, ia menekankan bahwa kebijakan ini juga mencerminkan kesadaran akan urgensi konservasi cadangan serta pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Oleh karena itu, PTBA, sebagai salah satu produsen batubara terbesar di Indonesia, berkomitmen penuh untuk mendukung dan mematuhi kebijakan pemerintah.
Eko menegaskan, PTBA akan secara cermat menyesuaikan rencana produksinya, dengan mempertimbangkan alokasi Domestic Market Obligation (DMO) serta mengeksplorasi peluang ekspor yang optimal. Meskipun belum dapat membeberkan proyeksi spesifik untuk produksi batubara PTBA pada tahun 2026, Eko menjelaskan bahwa angka tersebut akan sangat bergantung pada kebijakan alokasi kuota produksi dari pemerintah dan dinamika pasar global yang terus berubah.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, PTBA akan terus mengedepankan efisiensi biaya dan optimasi operasional sebagai kunci untuk mencapai target perusahaan dan mempertahankan profitabilitas. Secara teknis, proyeksi detail untuk 2026 akan difinalisasi berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahunan yang telah disetujui. Setelah persetujuan diperoleh, PTBA berjanji untuk menyampaikan informasi tersebut secara transparan kepada publik, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di pasar modal.
Potensi berkurangnya target produksi batubara nasional tentu dapat memengaruhi besaran belanja modal (capital expenditure/capex) bagi perusahaan batubara. Namun, PTBA menegaskan bahwa keputusan investasi untuk pembelian peralatan tambang baru tidak semata-mata didasari oleh volume produksi satu tahun. Sebaliknya, keputusan tersebut merupakan bagian integral dari rencana jangka panjang perusahaan. Setiap keputusan capex akan melalui evaluasi kelayakan yang komprehensif demi memastikan efisiensi dan keberlanjutan operasional.
Untuk mengantisipasi potensi penurunan produksi dan fluktuasi harga batubara, PTBA telah menyiapkan strategi multipilar yang kokoh. Strategi ini mencakup optimasi biaya menyeluruh, peningkatan efisiensi operasional secara berkesinambungan, serta perencanaan penambangan yang lebih selektif guna menjaga harga pokok produksi (HPP) tetap kompetitif. Tidak hanya itu, PTBA juga berfokus pada pengembangan infrastruktur dan rantai pasok logistik untuk mencapai biaya angkutan yang lebih efisien.
Mengenai prospek harga batubara termal, PTBA memperkirakan volatilitas masih akan mewarnai tahun 2026. Fluktuasi ini dipengaruhi oleh beragam faktor, mulai dari kondisi cuaca ekstrem, gejolak makroekonomi dan geopolitik, hingga dinamika transisi energi global. Kendati demikian, Eko menambahkan bahwa potensi perbaikan harga batubara di tahun 2026 tetap terbuka, terutama jika terjadi lonjakan permintaan dari negara-negara yang masih sangat bergantung pada batubara atau jika muncul kendala pasokan dari produsen utama.
Sebagai informasi tambahan, manajemen PTBA menargetkan volume produksi batubara sebanyak 50,05 juta ton pada tahun 2025. Sementara itu, volume penjualan dan volume angkutan masing-masing diproyeksikan mencapai 50,09 juta ton dan 43,25 juta ton. Capaian hingga kuartal III-2025 menunjukkan performa positif, dengan volume produksi batubara PTBA meningkat 9% year on year (yoy) menjadi 35,90 juta ton, dan volume penjualan tumbuh 8% yoy mencapai 33,70 juta ton pada periode yang sama.
Ringkasan
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tengah menyusun strategi komprehensif untuk mengantisipasi potensi penurunan target produksi batubara nasional pada tahun 2026. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk menjaga keseimbangan pasar dan merespons transisi energi global, serta urgensi konservasi cadangan batubara. PTBA akan menyesuaikan rencana produksi dengan mempertimbangkan DMO dan peluang ekspor, sambil terus mematuhi kebijakan pemerintah.
PTBA akan fokus pada efisiensi biaya, optimasi operasional, dan perencanaan penambangan selektif untuk menjaga profitabilitas di tengah fluktuasi harga batubara. Strategi multipilar disiapkan untuk menghadapi tantangan, termasuk pengembangan infrastruktur dan rantai pasok logistik. Meskipun harga batubara diprediksi volatil, potensi perbaikan harga masih terbuka jika terjadi lonjakan permintaan atau kendala pasokan.