Pejabat The Fed Adriana Kugler Mundur Imbas Skandal Trading Saham

JAKARTA – Investigasi mendalam telah mengungkap serangkaian pelanggaran kode etik, khususnya terkait trading saham, yang melibatkan Adriana Kugler, anggota Dewan Gubernur Federal Reserve (The Fed) sebelum pengunduran dirinya yang dijadwalkan efektif pada Agustus 2025. Temuan ini memicu gejolak di internal bank sentral Amerika Serikat dan mempertanyakan integritas para pejabatnya.

Kabar mengenai dugaan pelanggaran ini pertama kali mencuat melalui serangkaian dokumen yang dirilis oleh Office of Government Ethics (OGE) pada akhir pekan lalu, membuka tabir di balik keputusan mundurnya Kugler.

Menurut laporan Bloomberg pada Senin (17/11/2025), menjelang pengunduran dirinya, Kugler diketahui tengah berupaya keras untuk menyelesaikan berbagai persoalan terkait kepemilikan aset keuangannya yang kompleks.

Namun, upaya Kugler tersebut terganjal setelah Ketua Bank Sentral AS, Jerome Powell, menolak permintaan pengecualian (waiver) yang sangat dibutuhkannya. Permintaan ini diajukan menjelang pertemuan kebijakan moneter penting pada 29–30 Juli, di mana Kugler absen. Beberapa hari berselang, ia kemudian secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya.

Laporan keuangan terbaru Kugler yang dirilis OGE lebih lanjut mengungkap adanya aktivitas perdagangan saham individual yang signifikan sepanjang tahun 2024. Ironisnya, sebagian dari transaksi ini terjadi selama masa blackout period, periode terlarang bagi pejabat The Fed untuk bertransaksi, jelas melanggar aturan etika ketat bank sentral.

Sebagai respons atas temuan ini, pejabat etika The Fed telah merujuk kasus tersebut ke kantor Inspektur Jenderal (IG) sejak awal tahun, seperti yang tercatat dalam formulir terkait. Bahkan, kantor etika The Fed menolak untuk mengesahkan laporan keuangan yang diajukan Kugler sekitar sebulan setelah pengunduran dirinya. Juru bicara IG mengonfirmasi bahwa penyelidikan atas kasus ini masih terus berlangsung.

Pengunduran diri Kugler ini secara tak terduga memberikan celah bagi mantan Presiden Donald Trump untuk lebih cepat mengisi kursi kosong di Dewan Gubernur The Fed. Ini terjadi di tengah tekanan kuat dari Trump agar bank sentral secara agresif menurunkan suku bunga, sebuah kebijakan yang kerap menjadi sorotan politik.

Posisi strategis tersebut kemudian diisi oleh Stephen Miran, penasihat setia Trump, yang memutuskan untuk mengambil cuti tanpa bayaran dari jabatannya sebagai Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih. Miran dikenal vokal dalam menyerukan pemangkasan suku bunga yang agresif dan cepat, sejalan dengan desakan Trump.

Adriana Kugler, yang sebelumnya ditunjuk oleh Presiden Joe Biden pada September 2023, hingga kini menolak untuk memberikan komentar terkait seluruh polemik ini.

Lebih rinci, Kugler mengumumkan pengunduran dirinya pada 1 Agustus dan resmi efektif mundur pada 8 Agustus, tanpa memberikan alasan jelas kepada publik. Pengunduran diri ini terjadi hampir enam bulan sebelum masa jabatannya berakhir, menyusul ketidakhadirannya dalam pertemuan The Fed pada bulan Juli yang saat itu secara resmi disebut The Fed sebagai akibat dari urusan pribadi.

Terungkap pula, menjelang pertemuan penting tersebut, Kugler sempat mengajukan permohonan izin untuk melakukan transaksi keuangan. Tujuannya adalah untuk menyelesaikan kepemilikan finansial yang dinilai tidak sesuai dengan aturan internal The Fed. Namun, tidak ada keterangan yang jelas mengenai aset spesifik mana yang menjadi inti persoalan tersebut.

Menurut sumber dari pejabat The Fed, permintaan Kugler mencakup pengecualian terhadap aturan ketat yang mengharuskan pejabat tinggi memperoleh izin sebelum melakukan transaksi, serta larangan perdagangan selama masa blackout period. Namun, Jerome Powell secara tegas menolak permintaan pengecualian tersebut.

Pelanggaran Perdagangan
Kasus ini ternyata bukan kali pertama Kugler tersangkut pelanggaran aturan etik The Fed. Dalam laporan keuangannya pada tahun sebelumnya, ia telah mengakui adanya pelanggaran yang disebabkan oleh sejumlah transaksi saham yang dilakukan oleh suaminya.

Saat itu, Kugler menjelaskan bahwa suaminya melakukan pembelian saham-saham tersebut tanpa sepengetahuannya. Setelah transaksi-transaksi itu dibatalkan dan sahamnya dijual, Kugler dinyatakan kembali mematuhi regulasi yang berlaku.

Namun, dokumen terbaru OGE justru menunjukkan kembali adanya aktivitas perdagangan saham individual sepanjang tahun 2024, yang secara jelas dilarang bagi pejabat The Fed maupun anggota keluarga dekat mereka. Daftar saham yang diperdagangkan mencakup Materialise NV, Southwest Airlines, Cava Group, Apple Inc., dan Caterpillar.

Beberapa transaksi krusial juga terbukti terjadi pada masa blackout period. Sebagai contoh, tercatat pembelian saham Cava pada 13 Maret 2024, hanya beberapa hari sebelum pertemuan The Fed pada 19–20 Maret. Ada pula penjualan saham Southwest pada 29 April 2024, sehari menjelang pertemuan The Fed berikutnya pada 30 April–1 Mei. Laporan itu bahkan mencantumkan sejumlah transaksi reksa dana yang juga jatuh pada masa larangan tersebut.

Sebuah catatan kaki yang terlampir terkait penjualan saham Materialise NV pada 2 Januari 2024 berbunyi: “Sesuai pengungkapan tanggal 15 September 2024, sebagian aktivitas perdagangan dilakukan oleh pasangan Dr. Kugler tanpa sepengetahuan Dr. Kugler dan pasangannya tidak berniat melanggar aturan apa pun.” Penjelasan ini kembali menggarisbawahi pola yang sama seperti pelanggaran sebelumnya.

Laporan Keuangan
Pengungkapan keuangan yang kontroversial ini mencakup aktivitas sepanjang tahun kalender 2024 hingga 2025, tepatnya hingga masa pengunduran diri Kugler. Sebagai bagian dari kewajiban, pejabat tinggi The Fed memang diwajibkan untuk melaporkan pengungkapan keuangan setiap tahun, serta melaporkan transaksi berkala dan setelah mereka mundur dari jabatan.

Juru bicara kantor Inspektur Jenderal (IG) The Fed telah mengonfirmasi bahwa mereka secara resmi menerima rujukan kasus ini dari bagian etika Dewan Gubernur.

“Kami telah membuka penyelidikan,” ujar juru bicara tersebut. “Sebagaimana prosedur standar kami, kami tidak dapat memberikan komentar lebih lanjut hingga seluruh proses penyelidikan ini selesai sepenuhnya.”

Peristiwa ini mengingatkan kembali pada langkah Ketua The Fed Jerome Powell yang pada tahun 2022 memperketat aturan perdagangan dan investasi bagi para pembuat kebijakan serta staf senior. Pengetatan ini dilakukan menyusul temuan aktivitas perdagangan yang tidak biasa pada tahun 2020 oleh beberapa pejabat The Fed lainnya, yang kala itu sempat menimbulkan skandal.

Dua pejabat tinggi lainnya, Presiden The Fed Boston Eric Rosengren dan Presiden The Fed Dallas Robert Kaplan, bahkan telah mengundurkan diri setelah kontroversi serupa pada masa itu, dengan Rosengren mengutip alasan kesehatan. Meskipun penyelidikan internal tidak menemukan pelanggaran hukum secara spesifik, mereka tetap mendapat teguran keras karena dianggap telah merusak kepercayaan publik terhadap integritas dan independensi The Fed.

Aturan baru yang diperkenalkan Powell tersebut secara signifikan meningkatkan kewajiban pengungkapan keuangan dan secara khusus dirancang untuk memperkuat kepercayaan publik terhadap independensi bank sentral AS.

Menyikapi skandal terbaru ini, Senator Elizabeth Warren dari Partai Demokrat, yang telah lama menjadi pendukung vokal untuk aturan etika yang lebih ketat, menyatakan bahwa temuan ini jelas menunjukkan urgensi legislasi bipartisan. Tujuannya adalah untuk menjadikan The Fed lebih transparan dan akuntabel di mata publik.

Senada, Ketua Komite Perbankan Senat, Tim Scott, turut menambahkan bahwa serangkaian skandal yang terus berulang ini mengindikasikan bahwa The Fed masih belum memiliki pengaman yang memadai serta budaya akuntabilitas yang sepenuhnya diharapkan oleh publik.

“Ketua The Fed berikutnya harus mengambil langkah konkret untuk memulihkan integritas, memperkuat transparansi, dan mengakhiri pola pejabat yang seolah-olah bermain dengan aturan mereka sendiri,” tegas Scott.