IHSG Diproyeksi Menguat pada Selasa (18/11/2025), Cek Rekomendasi Saham dari Analis

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat signifikan sebesar 0,55% ke level 8.416,88 pada akhir perdagangan Senin (17/11/2025). Penguatan impresif ini terutama didorong oleh lonjakan harga saham-saham berkapitalisasi besar (big caps) serta deretan blue chips dari sektor perbankan yang kembali mencatat kenaikan signifikan. Momentum positif ini diproyeksikan akan berlanjut pada perdagangan Selasa (18/11/2025), memberikan harapan bagi para investor di pasar modal.

Menurut Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, penguatan IHSG pada Senin (17/11/2025) sebagian besar merupakan hasil kontribusi dari saham-saham penggerak indeks utama. “Saham-saham big caps yang menjadi motor penggerak antara lain BBCA yang naik 1,78%, DSSA melonjak 6,58%, TPIA menguat 1,43%, dan BBRI sebesar 1,03%. Tak hanya itu, BMRI juga naik 1,47%, TLKM 1,69%, serta CUAN 2,33%. Kenaikan pada saham-saham dengan kapitalisasi pasar besar ini dan blue chips perbankan menjadi index mover utama,” jelas Liza kepada Kontan, Senin (17/11/2025), menggarisbawahi peran dominan sektor finansial.

Dari sisi eksternal, Liza menyoroti dinamika ekonomi global yang masih mencerminkan dampak dari kebijakan di Amerika Serikat. Meskipun pemerintah AS telah berhasil keluar dari fase government shutdown, ketersediaan data ekonomi penting tidak akan langsung pulih. Hal ini disebabkan terhentinya proses pengumpulan data selama penutupan. “Angka nonfarm payroll September kemungkinan besar tidak akan dirilis, dan baru data Oktober yang dapat diakses. Informasi ini krusial bagi Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan arah kebijakan suku bunga. Peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember pun kini telah turun ke sekitar 50%,” paparnya, mengindikasikan ketidakpastian yang masih membayangi pasar global.

Di ranah domestik, perhatian investor tertuju pada hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang dijadwalkan pada Rabu (19/11/2025). Liza menilai bahwa BI memiliki kesempatan terakhir untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Langkah ini dinilai penting untuk mendorong belanja masyarakat dan mengejar target pertumbuhan ekonomi nasional. “Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III-2025 hanya sedikit di atas 5%, masih jauh dari harapan. Dengan kondisi likuiditas global yang longgar dan volatilitas regional yang rendah, ini merupakan momentum yang tepat bagi BI untuk mengambil tindakan,” tegasnya, memperlihatkan urgensi kebijakan tersebut.

Secara analisis teknikal, Liza mengindikasikan bahwa IHSG masih berada dalam tren bullish yang kuat. Level support solid terletak di 8.350, sementara area resistance terdekat adalah titik tertinggi sepanjang masa (all time high) IHSG di 8.478. “Jika IHSG berhasil menembus level tersebut, kami sangat optimistis indeks bisa mencapai 8.600 bahkan sebelum akhir tahun. Saham-saham perbankan berpotensi kembali melanjutkan tren kenaikan signifikan, terutama jika BI benar-benar merealisasikan pemangkasan suku bunga,” ujar Liza, memberikan pandangan positif terhadap prospek pasar modal domestik.

Menambahkan perspektif, Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, juga menekankan pentingnya sentimen global. Meskipun pemerintahan AS telah kembali beroperasi, kekhawatiran fiskal tetap tinggi dan ketiadaan sejumlah data ekonomi masih menjadi perhatian. “Outlook suku bunga AS yang berpotensi ditahan akan menyebabkan volatilitas masih membayangi pasar. Di sisi domestik, fokus utama adalah RDG BI, mengingat nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp 16.700,” jelas Indy, menyoroti faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG.

Indy memperkirakan IHSG akan bergerak dalam rentang 8.354-8.500 pada perdagangan Selasa (18/11/2025). Ia merekomendasikan strategi akumulasi bertahap untuk beberapa saham pilihan, yakni ICBP dengan target Rp 10.000, KLBF Rp 1.500, dan AMRT Rp 2.400, menawarkan panduan praktis bagi investor.

Senada dengan pandangan sebelumnya, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, juga melihat IHSG dalam fase uptrend. Hal ini didasarkan pada pergerakan MA20 dan MA60 yang membentuk positive crossover, mengindikasikan momentum positif. “Arah pasar mulai berfokus pada RDG BI yang akan berlangsung pertengahan pekan ini. Dari sisi global, meskipun AS telah resmi keluar dari shutdown terpanjang sepanjang sejarah, dampaknya terhadap data ekonomi masih akan terasa,” ujar Nafan, menegaskan kembali sentimen utama yang akan menggerakkan pasar.

Secara teknikal, Nafan memproyeksikan IHSG masih berpeluang menguat. Ia menetapkan level support di 8.355 dan 8.310, serta level resistance di 8.448 dan 8.506. Untuk strategi investasi, ia menyarankan investor untuk melakukan akumulasi pada saham-saham berfundamental kuat, menerapkan strategi buy on dip, dan selalu disiplin dalam manajemen risiko, memberikan nasihat berharga untuk menghadapi fluktuasi pasar.

Dengan kombinasi penguatan saham-saham big caps, ekspektasi pemangkasan suku bunga BI, dan tren teknikal yang solid, peluang kenaikan IHSG pada perdagangan Selasa (18/11/2025) dinilai masih cukup terbuka lebar. Meskipun demikian, sentimen global yang belum sepenuhnya stabil dan ketidakpastian data ekonomi AS tetap menjadi faktor yang perlu dicermati secara saksama oleh para investor, menjaga optimisme tetap diiringi kehati-hatian.