
Ifonti.com , PAINAN — Di tengah bayangan bencana banjir bandang yang sempat melanda, semangat para petani di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, kembali bersemi. Menjelang pergantian tahun, gairah untuk kembali menggarap sawah meningkat seiring pulihnya kondisi irigasi yang vital bagi pertanian mereka. Optimisme ini mendorong banyak nagari untuk memulai masa tanam padi kedua mereka di tahun 2025, menandai awal pemulihan signifikan.
Salah satu daerah yang menunjukkan ketahanan luar biasa adalah Nagari Sungai Gayo Lumpo, Kecamatan IV Jurai. Setelah aliran air ke sawah terhambat oleh timbunan pasir dan batu akibat banjir, kekuatan gotong-royong masyarakat menjadi kunci. Para petani secara mandiri membersihkan bagian hulu irigasi, memastikan air kembali mengalir deras ke lahan pertanian. Upaya kolektif ini diperkuat oleh dukungan krusial dari berbagai pihak, termasuk Bank Indonesia (BI). BI sebelumnya telah menyalurkan bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) serta pendampingan intensif kepada kelompok-kelompok tani di wilayah tersebut, menjadi pilar penting dalam kesiapan mereka menghadapi musim tanam ini.
Siweh, Ketua Kelompok Tani Sungai Gayo I, berbagi pengalamannya. Ia mengungkapkan bahwa tahun 2025 ini, petani di sana hanya mampu menanam padi sebanyak dua kali, lebih sedikit dari kebiasaan sebelumnya yang bisa mencapai tiga kali dalam setahun. “Tahun 2025 ini kami hanya bisa menanam padi dua kali dalam satu tahun, dan bulan November 2025 ini turun ke sawah untuk kedua kalinya. Biasanya bisa tiga kali setahun,” ujarnya kepada tim Jelajah Pangan Sumbar 2025, menyoroti tantangan yang masih harus dihadapi.
Petani berusia 75 tahun itu mengenang kondisi irigasi Sungai Gayo Lumpo yang dulunya sangat prima sebelum dihantam banjir bandang, yang kemudian menyisakan sumbatan pasir dan batu. “Beruntung petani di desa ini kompak gotong-royong di bagian hulu air, sehingga kini air mulai mengalir kembali ke irigasi sawah,” katanya, menyoroti pentingnya kebersamaan dalam mengatasi hambatan alam.
Dengan dimulainya masa tanam pada November 2025, panen raya diperkirakan akan berlangsung sebelum bulan suci Ramadan 2026. Siweh menjelaskan dampak ekonomi yang dihasilkan: “Di satu desa ini saja ada ratusan hektare sawahnya. Jadi kalau musim panen, Desa Sungai Gayo Lumpo terlihat hidup perekonomian masyarakatnya.” Kelompok taninya, sebagai salah satu binaan Bank Indonesia, menjadi contoh nyata bagaimana dukungan eksternal dapat mempercepat pemulihan dan pertumbuhan ekonomi lokal.
Varietas padi yang mendominasi penanaman adalah IR 41 hingga Sokan, yang memiliki masa panen antara tiga hingga empat bulan. Perhitungan ini menempatkan periode panen bertepatan dengan momen istimewa Ramadan dan Idul Fitri, membawa harapan akan ketersediaan pasokan beras segar di saat permintaan meningkat. Uniknya, Siweh juga mencatat perubahan lain pasca-banjir: “Selama ini padi yang ditanam tumbuh bagus, serangan hama serangga minim. Hanya hama tikus saja yang dulu sering menakutkan petani. Tapi sejak banjir bandang, tidak ada lagi sawah diserang tikus,” sebuah fenomena menarik yang sedikit mengurangi kekhawatiran petani.
Dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak, terutama Bank Indonesia, terbukti sangat membantu para petani dalam menguatkan setiap tahapan budidaya. Ini mencakup perbaikan infrastruktur pertanian hingga penyediaan alsintan esensial seperti becak motor, mesin bajak sawah, dan alat penyemprot hama. Siweh menambahkan, “Bantuan-bantuan seperti itu sangat bermanfaat. Dengan mesin bajak sawah, lahan bisa dibajak secara gratis karena alat itu milik kelompok tani,” menunjukkan dampak langsung terhadap efisiensi dan pengurangan biaya produksi petani.
Meski demikian, harapan besar masih disematkan kepada pemerintah untuk peningkatan perhatian terhadap perbaikan irigasi yang terdampak bencana. “Kami ingin perhatian pemerintah untuk memperbaiki irigasi yang terdampak bencana ini. Sehingga masa tanam bisa meningkat lagi, tidak hanya dua kali setahun, tapi bisa tiga sampai empat kali,” ungkap Siweh, menyuarakan aspirasi agar produktivitas lahan dapat kembali optimal dan bahkan melampaui kondisi sebelumnya.
Dalam skala provinsi, luas panen padi Sumatra Barat pada tahun 2024 tercatat 295.279 hektare, mengalami penurunan tipis 1,76% dibandingkan tahun 2023. Meskipun demikian, Kabupaten Pesisir Selatan tetap menjadi salah satu kontributor produksi terbesar di Sumbar, bersanding dengan Solok, Tanah Datar, Padang Pariangan, Pasaman Barat, dan Agam. Keunggulan sistem irigasi yang baik, ditambah potensi dataran rendah hingga menengah, menjadikan banyak wilayah di Sumatra Barat konsisten sebagai lumbung padi nasional.
M. Abdul Majid, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar, menyoroti peran strategis komoditas pangan terhadap stabilitas ekonomi. Ia menjelaskan bahwa komoditas pangan vital seperti cabai merah, bawang merah, dan padi masih memberikan andil dominan terhadap inflasi Sumbar, baik secara bulanan (mtm) maupun tahunan (yoy). Oleh karena itu, BI secara aktif memperkuat pemantauan di berbagai sentra pangan, termasuk Solok, Tanah Datar, Pesisir Selatan, dan Agam, untuk mengantisipasi gejolak harga.
Melalui pemantauan lapangan, BI menemukan adanya keluhan dari petani mengenai pergeseran jadwal tanam dan panen. “Kami menemui petani di berbagai daerah dan menemukan adanya keluhan mengenai pergeseran masa tanam dan panen akibat cuaca yang tidak terduga, sehingga berdampak pada pasokan,” ujar Majid, menjelaskan bagaimana faktor cuaca ekstrem dapat memengaruhi rantai pasok pangan.
Sebagai respons, BI mendorong pemerintah daerah untuk memperbarui dan memvalidasi data wilayah panen secara berkala. “Tujuannya supaya pemda punya pedoman untuk menambah pasokan dari luar daerah jika dibutuhkan,” jelas Majid, menekankan pentingnya data akurat sebagai dasar pengambilan kebijakan untuk memastikan kecukupan pasokan.
Langkah proaktif ini menjadi krusial, khususnya menjelang periode peningkatan permintaan pangan seperti momen Natal dan Tahun Baru, serta Ramadan 2026. “Makanya perlu memastikan pasokan dan ketersediaan aman di pasar,” tegasnya, menegaskan komitmen BI dalam menjaga ketahanan pangan dan stabilitas harga demi kesejahteraan masyarakat Sumatra Barat.