Rupiah Melemah Sepekan Terakhir, Pasar Cermati Prospek Pemangkasan BI Rate

Ifonti.com – JAKARTA. Nilai tukar rupiah masih diproyeksi masih dalam tekanan walau Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 19 November 2025.

Sekedar mengingatkan, rupiah di pasar spot menguat 0,26% secara harian ke Rp 16.708 per dolar AS pada Rabu (19/11/2025). 

Sedangkan Berdasarkan Jisdor Bank Indonesia (BI) rupiah juga menguat 0,16% secara harian ke posisi Rp 16.732 per dolar AS.

Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana mengatakan, tekanan bagi rupiah berpotensi kembali berlanjut karena tetap adanya peluang pemangkasan suku bunga BI.

Wall Street Ditutup Menguat Usai Sesi yang Bergejolak Jelang Laporan Kinerja Nvidia

“Jika (pemangkasan BI Rate) dilakukan, tentunya interest rate differential atau beda BI rate dengan Fed Rate kan makin kecil ya, berarti sekitar tinggal 50 basis point. Saya pikir akan jadi hal yang kurang baik juga pada saat ada volatilitas global yang sedang meningkat,” jelas Fikri kepada Kontan, Rabu (19/11/2025).

Lebih lanjut Fikri bilang, langkah BI mempertahankan suku bunga di level ini bisa pergerakan rupiah masih akan stabil.

Fikri menyebut, potensi pemangkasan suku bunga acuan BI masih akan terbuka hingga tahun depan. Katanya, yang harus dicermati adalah bagaimana inflasi akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan.

“Harapannya inflasi masih akan tetap terjaga agar nanti penurunan BI rate juga relatif lebih firm,” bidiknya.

Selain itu, sentimen pemangkasan BI Rate juga dapat dicermati dari bagaimana bank sentral lainnya mengambil langkah kebijakan, terutama bank sentral negara-negara maju.

“Kalau mereka juga masih pro-growth, mereka masih akan menurunkan suku bunga acuan mereka. Saya pikir BI juga bisa menurunkan suku bunga dalam artian harapan terhadap risiko volatilitas rupiah akan makin kecil,” lanjutnya.

Kendati Bitcoin Melemah, Altcoin Season Tak Kunjung Tiba

Dengan asumsi Fed Rate dapat turun lebih dulu pada tanggal 10 Desember nanti, diikuti BI yang berpotensi menurunkan suku bunga acuan pada tanggal 20-an Desember, dia memproyeksi rupiah pada akhir tahun akan dapat terapresiasi menjadi sebesar Rp 16.513 per dolar AS.

Sementara pada tahun 2026 rupiah akan masih volatile, tapi cenderung stabil karena banyak katalis seperti momen keagamaan, banyaknya impor, dan harapan inflasi yang lebih terjaga. Dengan begitu, Fikri memproyeksi rupiah akan berada di kisaran Rp 16.040 per dolar AS.