REPO BI: Surat Utang SMF Jadi Jurus Ampuh Likuiditas Bank?

PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF, yang merupakan Special Mission Vehicle (SMV) dari Kementerian Keuangan, baru saja mencetak sejarah. Surat Utang SMF kini resmi menjadi surat utang pertama yang memenuhi syarat sebagai *underlying* dalam transaksi Repurchase Agreement (REPO) Bank Indonesia (BI). Pengakuan ini diresmikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 10 November 2025.

Direktur Utama SMF, Ananta Wiyogo, menyampaikan bahwa kehadiran instrumen REPO berbasis surat utang SMF ini akan memberikan angin segar bagi perbankan. Pasalnya, opsi likuiditas menjadi lebih luas, yang pada gilirannya akan memperkuat fungsi intermediasi dan mendorong penyaluran pembiayaan perumahan.

“Dengan status baru ini, perbankan dan lembaga keuangan dapat memanfaatkan obligasi SMF sebagai jaminan dalam transaksi REPO dengan Bank Indonesia. Ini tentu saja akan memperkuat profil likuiditas mereka dan memberikan opsi keluar yang lebih baik bagi para investor,” jelas Ananta dalam acara yang digelar di Jakarta Pusat, Kamis (20/11/2025).

Ananta menambahkan, penetapan surat utang SMF sebagai *underlying* REPO BI merupakan wujud nyata sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan fiskal, menurutnya, menyediakan kerangka pembiayaan yang berkelanjutan. Sementara itu, Bank Indonesia dari sisi moneter berperan dalam memperkuat ekosistem likuiditas melalui perluasan instrumen operasi moneter.

“Sinergi yang kuat ini sangat penting untuk mendukung sektor-sektor produktif, termasuk sektor perumahan, yang memiliki efek berganda (multiplier effect) yang signifikan terhadap perekonomian nasional,” imbuhnya.

Kinerja SMF Terus Meningkat

Sebagai informasi tambahan, hingga September 2025, SMF telah menerbitkan surat utang sebanyak 73 kali dengan nilai mencapai Rp 74,87 triliun. Jumlah ini termasuk penerbitan dalam rangka *leverage* Penyertaan Modal Negara (PMN) yang diterima SMF untuk Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Kinerja SMF 2025: Aset Tumbuh, Laba Bersih Capai Rp 432 Miliar

Respon Positif dari Bank Indonesia

Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa transaksi REPO berbasis surat utang SMF sebagai *underlying* telah mencapai Rp 299 miliar sejak pertama kali ditransaksikan pada 10 November 2025. Transaksi REPO dengan obligasi SMF ini memiliki tenor satu minggu. Meskipun BI tidak merinci besaran kuponnya, mereka memastikan bahwa tingkatnya berada di bawah *special rate* perbankan. SMF Salurkan KPR FLPP Senilai Rp 29,92 Triliun per Kuartal III-2025

“Saat ini, sudah ada sembilan bank yang melakukan transaksi REPO SMF dengan Bank Indonesia. Totalnya sudah mencapai Rp 299 miliar,” ungkap Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, di Jakarta Pusat, Kamis (20/11/2025).

Destry menjelaskan bahwa perluasan *underlying* dengan surat utang SMF memberikan keuntungan bagi para pemegang obligasi SMF yang membutuhkan likuiditas tanpa harus menjual surat utang mereka. Bagi SMF sendiri, kemampuan obligasinya untuk direpokan ke BI akan meningkatkan kepercayaan investor dan memperkuat permintaan pasar.

Pertumbuhan Transaksi REPO di Indonesia

Dalam beberapa tahun terakhir, transaksi REPO di pasar uang Indonesia memang menunjukkan tren pertumbuhan yang menggembirakan. Data dari BI per 14 November 2025 menunjukkan bahwa transaksi REPO telah meningkat pesat dari Rp 509 miliar pada tahun 2020 menjadi Rp 17,6 triliun pada tahun 2025. Sarana Multigriya Finansial (SMF) Catat Rasio BOPO 81,85% per Semester I-2025

Ringkasan

Surat Utang SMF resmi menjadi surat utang pertama yang memenuhi syarat sebagai underlying dalam transaksi Repurchase Agreement (REPO) Bank Indonesia (BI) sejak 10 November 2025. Hal ini memberikan opsi likuiditas yang lebih luas bagi perbankan, memperkuat fungsi intermediasi, dan mendorong penyaluran pembiayaan perumahan.

BI mencatat transaksi REPO berbasis surat utang SMF telah mencapai Rp 299 miliar sejak pertama kali ditransaksikan, melibatkan sembilan bank dengan tenor satu minggu. Langkah ini memberikan keuntungan bagi pemegang obligasi SMF dan meningkatkan kepercayaan investor, seiring dengan pertumbuhan transaksi REPO di pasar uang Indonesia yang meningkat pesat menjadi Rp 17,6 triliun pada tahun 2025.