BI prediksi pembayaran digital makin masif hingga 2027, begini strateginya

Ifonti.com – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) optimis terhadap prospek pertumbuhan pesat pembayaran digital di masa depan. Untuk mendukung tren positif ini, BI terus berupaya memperluas dan memperkuat ekosistem sistem pembayaran secara keseluruhan.

Laporan Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2025 mencatat lonjakan signifikan dalam transaksi pembayaran digital. Pada tahun 2024, volume transaksi mencapai 36,6 miliar dengan nilai total Rp 70.890,4 triliun. Angka ini menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan, dengan volume meningkat sebesar 40,7% secara tahunan (year-on-year/YoY) dan nilai transaksi tumbuh 19,3% YoY.

Meskipun demikian, BI memperkirakan laju pertumbuhan pada tahun 2025 akan sedikit melambat. Proyeksi menunjukkan volume transaksi mencapai 49,2 miliar, tumbuh 34,1% YoY, dengan nilai transaksi mencapai Rp 78.563,1 triliun, atau tumbuh 10,8% YoY.

Ubah Nama, OJK Beri Izin Usaha PT Radita Hutama Internusa Adjuster

Namun, optimisme kembali membayangi proyeksi untuk dua tahun mendatang. Pada tahun 2026, pertumbuhan volume transaksi diperkirakan akan meningkat menjadi 30,0% YoY, mencapai 63,9 miliar transaksi. Sementara itu, nilai transaksi diprediksi tumbuh 12,4% YoY, mencapai Rp 88.310,7 triliun.

Tren menarik terlihat pada tahun 2027. Meskipun pertumbuhan volume transaksi diperkirakan sedikit melambat menjadi 23,9% YoY dengan total 79,2 miliar transaksi, pertumbuhan nilai transaksi justru diproyeksikan melonjak lebih tinggi menjadi 14,8% YoY, mencapai Rp 101.410,3 triliun.

BI melihat bahwa peningkatan akses dan preferensi masyarakat terhadap layanan pembayaran digital terus meningkat, didorong oleh kebutuhan akan transaksi yang lebih cepat, mudah, dan terjangkau.

Guna memfasilitasi kemudahan tersebut dan memperkuat struktur industri sistem pembayaran, BI terus memperluas implementasi Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP). Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan interkoneksi layanan digital antara bank dan perusahaan fintech.

Setelah sukses mengimplementasikan SNAP untuk first movers dan second movers pada periode 2022–2023, BI bersama dengan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) mendorong perluasan integrasi SNAP ke segmen UMKM dan lembaga nirlaba pada tahun 2025.

Adopsi SNAP juga menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, dengan tingkat interkoneksi layanan pembayaran yang telah mencapai sekitar 96% dari total volume transaksi.

Untuk menjaga kesehatan, efisiensi, dan stabilitas industri penyelenggara jasa pembayaran (PJP/PSP), BI memperkuat fungsi pengawasan sistem pembayaran. Hal ini mencakup peningkatan kompetensi SDM, manajemen risiko, serta keandalan teknologi.

Hasil pengawasan ini menjadi dasar penilaian kesehatan PSP, yang selanjutnya memengaruhi partisipasi mereka dalam sistem BI-FAST, proses perizinan, serta pengembangan layanan pembayaran bagi masyarakat.

BI Proyeksi Pertumbuhan Transaksi Ritel BI-Fast Melambat hingga 2027

Ringkasan

Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan masif pembayaran digital hingga 2027. Pada tahun 2024, terjadi lonjakan signifikan dengan volume transaksi mencapai 36,6 miliar dan nilai Rp 70.890,4 triliun, meskipun diproyeksikan melambat di tahun 2025. Optimisme kembali muncul untuk tahun 2026 dan 2027, dengan prediksi peningkatan nilai transaksi yang signifikan.

Untuk mendukung tren ini, BI terus memperluas implementasi Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) untuk meningkatkan interkoneksi antar lembaga keuangan dan fintech, terutama menyasar UMKM dan lembaga nirlaba. Selain itu, BI memperkuat pengawasan sistem pembayaran untuk menjaga kesehatan dan stabilitas industri, termasuk peningkatan kompetensi SDM dan manajemen risiko.