Pasar saham melonjak, harta 50 orang terkaya Indonesia tembus Rp 5.093,7 T

Meski pasar saham Indonesia bergejolak karena sentimen di dalam dan luar negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih bisa merangkak naik bahkan ke level tertingginya bulan ini. IHSG terpantau naik dari posisi awal Januari 2025 di level 7.300 hingga 7.350 ke 8.660 pada Desember (year to date/YTD) atau naik 18,2 persen dan naik dari 7.400 pada Desember 2025 ke 8.660 pada Desember 2025 atau naik 17 persen jika dilihat secara tahunan.

Menguatnya IHSG ini ikut mendongkrak total kekayaan 50 orang terkaya di Indonesia hingga mencapai rekor USD 306 miliar atau setara Rp 5.093,7 triliun (kurs Rp 16.646 per USD), naik dari USD 263 miliar pada tahun sebelumnya. Forbes merilis daftar beberapa di antaranya. Siapa saja mereka?

Budi dan Michael Hartono

Dua Hartono ini masih menempati peringkat pertama orang terkaya di Indonesia, posisi yang mereka pegang lebih dari sepuluh tahun. Meski demikian, kekayaan gabungan keduanya tercatat menyusut USD 6,5 miliar menjadi USD 43,8 miliar, penurunan terbesar secara nominal tahun ini. Pelemahan ini sejalan dengan turunnya saham Bank Central Asia, aset utama mereka yang terkoreksi 15 persen dibandingkan tahun lalu di tengah kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian kebijakan moneter dan fiskal.

Prajogo Pangestu

Posisi kedua tetap ditempati oleh konglomerat petrokimia dan energi Prajogo Pangestu. Kekayaannya meningkat 23 persen menjadi USD 39,8 miliar, ditopang langkah korporasi anak usaha Chandra Asri Pacific, Chandra Daya Investasi, yang berhasil menghimpun lebih dari USD 140 juta lewat penawaran umum perdana saham pada Juli.

Keluarga Widjaja

Secara umum, sekitar separuh nama dalam daftar orang terkaya mencatatkan kenaikan harta. Kenaikan terbesar secara nilai dicatat keluarga Widjaja, yang naik satu peringkat ke posisi ketiga dengan kekayaan USD 28,3 miliar, bertambah sekitar USD 9,4 miliar.

Saham Dian Swastatika Sentosa (DSSA), perusahaan andalan mereka di sektor infrastruktur dan energi, melesat lebih dari dua kali lipat seiring ekspansi ke energi terbarukan. Pada Juni lalu, perusahaan ini meresmikan pabrik panel surya terbesar di Indonesia dengan kapasitas tahunan hingga 1 gigawatt, melalui kerja sama dengan PLN Indonesia Power Renewables dan Trina Solar dari China.

Low Tuck Kwong

Low Tuck Kwong yang tahun lalu berada di peringkat ketiga harus turun ke posisi keempat. Kekayaannya berkurang USD 2,1 miliar menjadi USD 24,9 miliar, seiring tekanan pada saham Bayan Resources. Kinerja emiten batubara tersebut tertekan oleh melemahnya harga batubara dan naiknya biaya operasional, sehingga laba bersihnya turun 16 persen menjadi USD 534 juta dalam sembilan bulan hingga September.

Otto Toto Sugiri dan Marina Budiman

Lonjakan kebutuhan pusat data ikut mengerek saham DCI Indonesia Tbk (DCII). Dampaknya, dua pendirinya, Otto Toto Sugiri dan Marina Budiman, untuk pertama kalinya masuk ke jajaran sepuluh besar orang terkaya. Keduanya menjadi pencatat kenaikan persentase terbesar tahun ini, masing-masing berada di peringkat keenam dengan kekayaan USD 11,3 miliar dan peringkat kedelapan dengan USD 8,2 miliar. Pendiri ketiga, Han Arming Hanafia, juga melonjak 38 peringkat ke posisi ke-12 dengan kekayaan USD 5,3 miliar.

Eddy Kusnadi Sariaatmadja

Daftar tahun ini juga diwarnai kembalinya dua nama lama, salah satunya pengusaha media Eddy Kusnadi Sariaatmadja. Saham Elang Mahkota Teknologi atau Emtek miliknya hampir melonjak tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu. Kenaikan ini didorong ekspektasi pasar terhadap rencana IPO Super Bank Indonesia (SUPA) pada Desember 2025, di mana Emtek menguasai sekitar sepertiga saham.

Hartati Murdaya (Pendatang Baru)

Adapun pendatang baru dalam daftar orang terkaya tahun ini adalah Hartati Murdaya, Direktur Utama Central Cipta Murdaya. Ia menggantikan mendiang suaminya, Murdaya Poo, yang wafat pada April lalu di usia 84 tahun.

Kuncoro Wibowo (Terdepak)

Di sisi lain, dua nama harus keluar dari daftar, termasuk Kuncoro Wibowo, setelah saham jaringan toko perangkat kerasnya, Aspirasi Hidup Indonesia, anjlok lebih dari 40 persen akibat penurunan kinerja. Ambang batas kekayaan bersih untuk masuk dalam daftar tahun ini pun turun menjadi USD 920 juta, dari USD 1,05 miliar pada tahun lalu.

Untuk memperkuat daya tarik pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga berencana menaikkan secara bertahap porsi minimum saham beredar atau free float emiten menjadi 25 persen, dari sebelumnya 7,5 persen.