Saham big banks mayoritas ditutup melemah jelang akhir pekan, simak rekomendasinya

Ifonti.com JAKARTA. Saham sejumlah bank besar mayoritas ditutup melemah jelang akhir pekan, atau pada penutupan perdagangan Jumat (19/12).

Dilihat dari Stockbit, saham PT Bank Central Asia (BBCA) misalnya ditutup di level Rp 8.050 per saham atau turun 1,53%. Walau demikian, selama sepekan terakhir sahamnya menguat tipis 0,63%.

Selanjutnya, saham PT Bank Negara Indonesia (BBNI) turun 0,91% pada penutupan perdagangan hari ini, ke level Rp 4.340 per saham. Sahamnya sempat menguat pada awal perdagangan di level Rp 4.380 per saham namun kembali lesu menjelang penutupan. Selama sepekan sahamnya juga menguat 2,36%. 

Kemudian, saham PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) ditutup turun tipis 0.26% ke level Rp 3.770 per saham. Pada pembukaan perdagangan sahamnya sempat menguat di level Rp 3.800 per saham. Selama sepekan sahamnya juga terlihat naik 3,86%.

BTN Targetkan Transaksi Digital Naik 30% pada Momen Libur Nataru

Berbeda dengan saham PT Bank Mandiri (BMRI) yang terlihat  menguat pada penutupan perdagangan hari ini 0,49% ke level Rp 5.175 per saham.  Sahamnya juga dibuka menguat. Hal ini dipicu aksi korporasi yang dilakukan BMRI hari ini. Perseroan diketahui akan membagikan dividen interim 2025 sebesar Rp 100 kepada pemegang saham. 

Total pembagian dividen interim 2025 itu sebesar Rp 9,3 triliun sesuai dengan jumlah saham beredar perseroan sebesar 93,33 miliar dan memperhatikan jumlah saham treasury perseroan atas realisasi pelaksanaan pembelian kembali saham perseroan pada saat recording date.

Selama sepekan terakhir sahamnya juga terlihat melonjak 7,37%.

Analis CGS Sekuritas Adrian Alamsyah Saputra juga memperkirakan, prospek kinerja fundamental sektor bank jumbo akan membaik pada 2026.

Menurutnya, pemulihan akan mulai terlihat sejak kuartal keempat tahun ini, seiring menguatnya pertumbuhan kredit.

“Terutama dari sisi manual sales, sejalan dengan percepatan belanja fiskal dan semakin jelasnya arah kebijakan pemerintah yang sebelumnya sempat menjadi kekhawatiran pelaku pasar,” ujar Adrian dalam siaran pers, Jumat (19/12).

Ia juga memproyeksikan pertumbuhan kredit bank-bank besar mencapai sekitar 9% pada 2026, lebih tinggi dibandingkan perkiraan tahun 2025. Dari sisi biaya dana atau cost of funds, kondisi tersebut juga dinilai membaik berkat penempatan dan injeksi likuiditas pemerintah ke bank-bank anggota Himpunan Bank Milik Negara atau Himbara, serta tren suku bunga acuan yang cenderung melandai.

Kombinasi penempatan likuiditas dan arah suku bunga yang lebih stabil tersebut diperkirakan akan menahan tekanan terhadap margin bunga bersih atau net interest margin (NIM). Dengan begitu, kinerja perbankan pada 2026 berpotensi lebih baik dibandingkan tahun ini.

Lebih lanjut Ardian menjelaskan, bahwa belakangan ini, investor asing terpantau ramai membeli saham-saham bank jumbo.

“Misalnya pada perdagangan kemarin, saham BMRI ramai dibeli oleh investor asing dengan nilai mencapai Rp 472,7 miliar, kemudian disusul oleh BBCA yang diborong sebesar Rp 173 miliar,” kata Ardian.

Selain itu, saham bank besar lainnya yang diborong asing adalah BBNI sebesar Rp 32,5 miliar. Sementara itu, investor asing terpantau melepas saham BBRI dengan nilai sebesar Rp 25,5 miliar.

“Investor asing belakangan telah kembali memborong saham-saham perbankan, setelah sebelumnya mengoleksi saham-saham konglomerasi. Kondisi ini akan membuka peluang besar masuknya kembali dana asing di tahun depan, mengingat saham perbankan berkapitalisasi besar selama ini menjadi salah satu favorit investor global,” jelasnya.

Bank bjb Syariah Tetap Optimistis Menjaga Kinerja hingga Akhir 2025

Ke depan, dengan ekspektasi laba 2025 yang telah banyak disesuaikan serta meningkatnya kejelasan program pemerintah, sektor perbankan dinilai kembali menarik bagi investor asing. Arus dana masuk tersebut berpotensi menjadi katalis bagi pergerakan harga saham bank-bank besar.

CGS Sekuritas pun merekomendasikan saham BMRI dan BBCA. Keduanya dinilai memiliki eksposur kuat di segmen wholesale yang diuntungkan oleh membaiknya sentimen bisnis, sekaligus berpeluang menjadi penerima manfaat utama dari potensi masuknya dana asing.

CGS Sekuritas memberikan rekomendasi add atau beli untuk saham-saham big banks. Target harga yang dipatok masing-masing adalah BBCA di Rp 10.700, BMRI Rp 5.600, BBRI Rp 4.900, dan BBNI Rp 5.300.

Sementara Head of Research PT Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi menilai, penguatan saham BBCA merupakan respons yang wajar. Menurutnya, sebelum rilis kinerja, pergerakan saham BBCA sempat tertinggal dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

“Market merespons positif. BBCA sebelumnya sempat lagging dari IHSG, sehingga penguatan selama sepekan bisa dilihat sebagai proses re-pricing yang wajar,” ujarnya.

Ke depan, Wafi menilai saham BBCA masih memiliki prospek yang solid, meskipun potensi kenaikannya tidak seagresif saham perbankan berkapitalisasi menengah maupun kecil. Namun demikian, BBCA tetap menjadi saham perbankan dengan profil risiko paling rendah di sektor ini.

“BBCA tetap defensif. Upside mungkin tidak agresif, tetapi risikonya paling rendah di sektor perbankan,” katanya.

Ia merekomendasikan buy untuk saham BBCA dengan target harga di level Rp 10.000 per saham.

Dari sisi fundamental, Wafi menilai kinerja BBCA hingga sisa tahun 2025 masih akan terjaga kuat. Pertumbuhan kredit dinilai sehat, ditopang struktur dana murah atau current account saving account (CASA) yang dominan, biaya kredit (cost of credit/CoC) yang rendah, serta net interest margin (NIM) yang relatif stabil.

Menurutnya, strategi BBCA ke depan tidak akan berfokus pada akselerasi pertumbuhan yang agresif, melainkan pada konsistensi kinerja dan kualitas pertumbuhan.

“Di sisa 2025, fokus BBCA adalah menjaga konsistensi laba dan quality growth, bukan ekspansi agresif,” tutup Wafi.

Asuransi Bintang Proyeksikan Premi Bakal Tumbuh 3% pada 2026