Yen Jepang melemah tajam usai kenaikan suku bunga Bank of Japan

Ifonti.com  SINGAPURA. Nilai tukar yen Jepang melemah tajam pada Jumat setelah pelaku pasar mendorong mata uang tersebut mendekati level yang berpotensi memicu intervensi pemerintah. Pelemahan terjadi meskipun Bank of Japan (BOJ) menaikkan suku bunga, karena bank sentral tidak memberikan sinyal jelas mengenai arah kenaikan selanjutnya.

Yen tertekan terhadap dolar AS setelah BOJ menaikkan suku bunga acuan menjadi 0,75% dari sebelumnya 0,5%, sebuah langkah yang sudah banyak diperkirakan pasar. Tekanan jual semakin besar setelah Gubernur BOJ Kazuo Ueda dalam konferensi pers pascakeputusan tetap samar mengenai waktu dan kecepatan kenaikan suku bunga berikutnya.

Dolar AS sempat melonjak hingga 1,2% ke level tertinggi harian di 157,365 yen, mencatatkan kenaikan harian terbesar sejak awal Oktober dan level terkuat dalam satu bulan. Terakhir, dolar diperdagangkan naik sekitar 1,1% di 157,22 yen. Euro mencetak rekor tertinggi di 183,25 yen, sementara pound sterling naik hingga 1,22% ke 210,58 yen, level tertinggi sejak 2008.

Ini Tiga Faktor Pendorong Industri Kripto Indonesia pada 2026

Dalam pernyataan resminya, BOJ mempertahankan pandangan bahwa inflasi inti akan bergerak menuju target 2% pada paruh kedua periode proyeksi tiga tahunnya hingga tahun fiskal 2027. BOJ juga menegaskan bahwa suku bunga riil masih berada pada level yang “sangat rendah” meskipun telah dinaikkan, serta berjanji akan melanjutkan pengetatan kebijakan jika ekonomi dan inflasi berkembang sesuai perkiraan.

Namun, pernyataan tersebut belum cukup untuk menghentikan pelemahan yen.

Sejak yen menembus level 155 per dolar AS pada November, para pelaku pasar mulai memperhitungkan kemungkinan intervensi resmi untuk menopang mata uang Jepang. Terakhir kali otoritas Tokyo melakukan intervensi pasar adalah pada Juli 2024, ketika dolar AS melonjak hingga 161,96 yen, level tertinggi sejak pertengahan 1980-an.

Dengan aktivitas perdagangan yang diperkirakan menipis menjelang libur Natal, volatilitas yen berpotensi meningkat. Pejabat Jepang sebelumnya menegaskan bahwa fluktuasi tajam nilai tukar menjadi perhatian utama, bukan semata level kurs itu sendiri.

“Kenaikan suku bunga kali ini tidak cukup kuat untuk menghentikan aksi jual yen,” kata Derek Halpenny, Kepala Riset Pasar Global EMEA di bank Jepang MUFG. Menurutnya, yen membutuhkan suku bunga jangka pendek yang lebih tinggi agar mendapat dukungan, sementara pernyataan Ueda tidak memberikan dorongan ke arah tersebut. Ia menambahkan risiko intervensi selama periode libur Natal kini menjadi semakin realistis.

Pergerakan Mata Uang Lain

Sementara itu, dolar AS sempat melemah semalam setelah data inflasi AS menunjukkan penurunan tajam yang tidak terduga. Namun, pelaku pasar meragukan keandalan data tersebut karena pengumpulannya terganggu oleh penutupan sebagian pemerintahan AS, sehingga pelemahan dolar tidak bertahan lama.

Investor Bersiap! Pasar Saham Bakal Melaju Kencang Tahun 2026 Didorong Sentimen AS

Pound sterling bergerak fluktuatif dan terakhir berada di US$ 1,3378 setelah Bank of England memangkas suku bunga menjadi 3,75%, sesuai ekspektasi. Namun, keputusan yang diambil melalui pemungutan suara ketat dinilai dapat membatasi ruang pelonggaran lanjutan. Euro relatif stabil di US$ 1,1714 setelah Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde menyatakan semua opsi kebijakan masih terbuka dan menahan sikap hawkish.

Di kawasan Asia-Pasifik, dolar Australia melemah 0,1% ke US$ 0,6608, sementara dolar Selandia Baru turun 0,5% ke US$ 0,5745. Yuan China bertahan stabil di kisaran 7,041 per dolar AS dalam perdagangan domestik, mendekati level tertinggi dalam lebih dari satu tahun yang dicapai sehari sebelumnya.