
Ifonti.com JAKARTA. Nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,16% ke Rp 16.750 dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (19/12/2025). Dalam sepekan, rupiah melemah 0,62% dari posisi Rp 16.646 per dolar AS pada Jumat (12/12/2025).
Sedangkan berdasarkan Jisdor Bank Indonesia (BI), rupiah melemah 0,07% secara harian ke Rp 16.735 per dolar AS. Dalam sepekan, rupiah jisdor melemah 0,49% dari posisi Rp 16.652 per dolar AS pada Jumat (12/12/2025).
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, pergerakan rupiah yang melemah terhadap dolar AS pada Jumat kemarin dipengaruhi oleh keraguan investor pada angka inflasi AS yang mana merupakan rilis yang tertunda.
IHSG Berpeluang Menguat Terbatas pada Senin (22/12), Cek Rekomendasi Analis
Selain itu, rupiah juga masih terus tertekan oleh prospek pemangkasan suku bunga The The Fed. Seperti diketahui, The Fed telah memutuskan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi kisaran 3,50%–3,75% pada Rabu 10 Desember 2025 lalu.
Mengenai proyeksi pergerakan rupiah pada Senin (22/12/2025), Lukman bilang rupiah masih akan melanjutkan tekanan. Hal ini sebab belum ada data ekonomi penting menjelang penghujung tahun dan pergerakan rupiah hanya dapat bertahan oleh intervensi BI.
“Dengan absennya data ekonomi penting, sentimen RI pasar ekuitas akan mendikte pergerakan rupiah, namun secara umum rupiah masih cenderung tertekan oleh sentimen domestik,” terang Lukman kepada Kontan, Jumat (19/12/2025).
Di sisi lain, Pengamat Ekonomi, Mata Uang & Komoditas Ibrahim Assuaibi menyatakan bahwa pergerakan rupiah esok hari juga akan dipengaruhi sentimen domestik, yakni oleh kesehatan fiskal Indonesia.
Terkoreksi 2,48% Dalam Sepekan, Harga Bitcoin di Level US$ 88.000
Dalam jangka menengah, terdapat proyeksi defisit APBN akan melebar secara konsisten hingga batas psikologis 3% hingga 2027, seiring dengan penurunan rasio pendapatan negara dan peningkatan beban utang. Defisit keseimbangan fiskal akan berada di level 2,8% terhadap PDB pada 2025 dan bertahan pada 2026.
Pelebaran defisit tersebut tidak lepas dari tekanan berat pada sisi pendapatan negara. Bank Dunia mencatat rasio pendapatan negara terhadap PDB diproyeksikan terjun bebas dari realisasi 13,5% pada 2022 menjadi hanya 11,6% pada 2025, sebelum sedikit membaik ke level 11.8% pada 2026. Konsekuensi dari seretnya pendapatan dan melebarnya defisit ialah kenaikan rasio utang Pemerintah.
Pun Bank Dunia mencatat rasio pembayaran bunga utang terhadap pendapatan tercatat mencapai 20,5% hingga Oktober 2025. Artinya, seperlima pendapatan negara digunakan hanya untuk membayar kewajiban bunga utang pemerintah. Hal ni mengindikasikan sempitnya ruang gerak belanja pemerintah untuk sektor-sektor produktif lainnya.
“Oleh sebab itu, risiko fiskal dari sisi domestik cukup nyata. Pendapatan lebih rendah dan perencanaan dapat menguji kepatuhan pemerintah terhadap disiplin fiskal dan berpotensi membatasi belanja negara,” jelas Ibrahim.
Dengan berbagai sentimen di atas, Ibrahim memprediksi untuk perdagangan Senin (22/12/2025), rupiah akan bergerak di rentang Rp 16.750 – Rp 16.780 per dolar AS. Sementara Lukman membidik rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.650 – Rp 16.750 per dolar AS.