Jadi pemberat IHSG, begini rekomendasi saham BBCA dan BBRI untuk 2026

Ifonti.com JAKARTA. Di tengah penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di sepanjang 2025, sejumlah saham justru menjadi pemberat laju IHSG. Adapun sepanjang tahun ini, IHSG sudah melesat 21,61% per Jumat (19/12/2025). 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi saham paling menggerus IHSG. Sepanjang 2025 berjalan, BBCA sudah terkoreksi 16,80% dan menekan IHSG  sebanyak 99.72 poin. 

Maklum, BBCA merupakan saham dengan kapitalisasi pasar alias market cap terbesar kedua di BEI. Sampai dengan akhir perdagangan Jumat (19/12/2025), market cap BBCA mencapai Rp 982 triliun. 

Kemudian ada saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang turun 21,235 dan menekan IHSG sebanyak 72,68 poin. Lalu masih di sektor energi, ada saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang menggerus IHSG sebanyak 69,05 poin. 

Tinggal 5 Hari Perdagangan, Pergerakan IHSG Bakal Terbatas di Sisa 2025

Dua bank pelat merah, yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga turut menekan IHSG masing-masing sebesar 51,02 poin dan 46,99 poin. Di sepanjang 2025,  saham BMRI tekoreksi 9,21% dan BBRI turun 7,60%. 

Head of Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata menilai meski menjadi pemberat IHSG, saham BBCA dan BBRI menarik untuk dicermati pada 2026. Dalam hitungannya, target harga BBRI untuk 12 bulan ke depan berada di level Rp 4.620 dan harga saham BBCA di Rp 9.100 per saham. 

“BBRI mulai menunjukkan perbaikan di segmen mikro, terutama dari normalisasi NPL dan dukungan stimulus kredit produktif,” jelas Liza saat dihubungi Kontan akhir pekan lalu.

Apalagi, BBRI juga akan membagikan dividen interim sebesar Rp 20,63 triliun atau setara dengan Rp 137 per saham. Jika menggunakan harga penutupan BBRI, Jumat (19/12/2025), di Rp 3.770per saham, dividend yield BBRI mencapai 3,63%. 

“Sementara BBCA masih menjadi bank yang paling menunjukkan kinerja baik di bandingkan dengan big banks lain,” ucap Liza.

Liza menambahkan, saham BBCA juga didukung oleh agenda buyback oleh manajemen, penyaluran kedit yang membaik serta potensi turnover di 2026. Secara valuasi, BBCA masih fair to undervalue. 

Agenda Rights Issue Ramai Jelang Akhir Tahun, Begini Penjelasan Analis