Harga Emas Berpotensi Menguat Hingga Akhir 2025, Investor Bisa Manfaatkan Konsolidasi

Membuka pekan ini, harga emas dunia menunjukkan koreksi setelah data harga produsen di Amerika Serikat (AS) melampaui ekspektasi. Kondisi tersebut seketika meredupkan harapan pasar akan potensi pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) pada bulan depan, sehingga menekan pergerakan logam mulia ini.

Terkini, pada Jumat (15/8/2025), harga emas spot tercatat di level US$ 3.336,19 per ons troi. Angka ini sedikit menguat 0,02% dibandingkan posisi sehari sebelumnya yang berada di US$ 3.335,39 per ons troi, meskipun secara keseluruhan pekan ini masih dalam tekanan.

Di tengah gejolak tersebut, analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, memancarkan optimisme. Ia meyakini prospek harga emas tetap positif hingga akhir tahun, bahkan berpotensi menembus level US$ 3.700 per ons troi.

Prospek harga emas hingga penghujung tahun diperkirakan akan tetap berada di kisaran US$ 3.700 per ons troi,” ungkap Lukman kepada Kontan.co.id pada Minggu (17/8/2025). Ia menambahkan bahwa dalam jangka panjang, permintaan emas dari bank sentral yang tinggi menjadi pendorong utama. Selain itu, faktor-faktor makroekonomi seperti tarif perdagangan, dampaknya terhadap ekonomi global, serta dinamika geopolitik, termasuk konflik dan persaingan antara AS-China, akan turut menentukan arah harga logam mulia ini.

Lukman juga menekankan bahwa kebijakan suku bunga The Fed tetap merupakan penentu krusial bagi arah pergerakan harga emas. Kebijakan moneter bank sentral AS ini memiliki dampak langsung pada nilai emas, meskipun dinamikanya dapat bergeser seiring perubahan kondisi ekonomi.

Suku bunga The Fed secara konsisten memengaruhi harga emas secara langsung. Prospek emas dapat berfluktuasi seiring dengan rilis data ekonomi. Namun, apabila ekonomi AS mengalami perlambatan signifikan, korelasi langsung ini berpotensi terputus,” jelas Lukman, menggarisbawahi kompleksitas hubungan antara keduanya.

Lebih lanjut, data ekonomi AS lainnya, seperti tingkat tenaga kerja dan angka inflasi, juga akan menjadi variabel penting yang memengaruhi jalur harga emas di masa mendatang. “Data tenaga kerja dan inflasi merupakan indikator utama yang memandu keputusan suku bunga The Fed, dan pada akhirnya, hal tersebut akan memantul dampaknya ke pasar emas,” tambah Lukman.

Untuk jangka pendek, Lukman melihat harga emas masih dalam fase konsolidasi atau pergerakan yang cenderung datar. Oleh karena itu, ia menyarankan para investor emas untuk bertindak hati-hati dan mengelola strategi kepemilikan emas mereka dengan bijak.

“Dalam jangka pendek ini, ketika harga emas berada dalam fase konsolidasi, investor dapat memanfaatkan momentum dengan membeli saat harga terkoreksi dan merealisasikan keuntungan saat terjadi kenaikan,” pungkas Lukman. Namun, ia kembali menegaskan bahwa untuk perspektif jangka panjang, harga emas masih memiliki potensi kenaikan yang signifikan.

Ringkasan

Harga emas dunia sempat terkoreksi akibat data harga produsen AS yang melampaui ekspektasi, meredupkan harapan pemangkasan suku bunga The Fed. Meski demikian, harga emas spot pada 15 Agustus 2025 tercatat sedikit menguat di level US$ 3.336,19 per ons troi.

Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, optimis prospek harga emas hingga akhir tahun berpotensi menembus US$ 3.700 per ons troi, didorong permintaan bank sentral yang tinggi serta faktor makroekonomi dan geopolitik. Investor disarankan memanfaatkan fase konsolidasi harga emas dengan membeli saat terkoreksi dan menjual saat naik, sambil mempertimbangkan potensi kenaikan jangka panjang.