Ifonti.com NEW YORK. Memulai pekan dengan nada hati-hati, indeks-indeks utama Wall Street menunjukkan pelemahan pada Senin (18/8/2025). Para investor mengalihkan perhatian mereka pada serangkaian laporan pendapatan penting dari peritel besar serta simposium tahunan Federal Reserve di Jackson Hole, Wyoming, yang menjadi sorotan utama pasar.
Hingga pukul 09.55 waktu setempat, Dow Jones Industrial Average tercatat melemah tipis 2,15 poin ke level 44.943,97. Senada, S&P 500 merosot 3,83 poin atau 0,06% menjadi 6.445,97, sementara Nasdaq Composite juga terkoreksi 28,59 poin atau 0,13% ke angka 21.594,39.
Meskipun pasar secara keseluruhan melemah, tujuh dari sebelas sektor di indeks S&P 500 berhasil mencatat kenaikan ringan. Sektor perawatan kesehatan tampil memimpin penguatan dengan kenaikan 0,5%, didorong oleh performa cemerlang saham UnitedHealth yang melonjak 2,3%. Kenaikan ini melanjutkan momentum positif dari sesi sebelumnya, di mana UnitedHealth telah melonjak hampir 12%.
Di sisi lain, kewaspadaan investor juga terpantau meningkat menjelang pertemuan penting antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Pertemuan ini diharapkan membahas lebih lanjut konflik yang sedang berlangsung antara Kyiv dan Moskow.
Wall Street Melemah Jelang Pertemuan The Fed, Fokus Tertuju pada Efek Tarif Trump
Terkait konflik tersebut, Presiden Trump diketahui telah mendesak Ukraina untuk melepaskan klaim atas Krimea yang dianeksasi serta mempertimbangkan kembali rencana bergabung dengan NATO. Hal ini dilakukan Trump sebagai bagian dari upaya untuk mendorong tercapainya kesepakatan damai antara Ukraina dan Rusia.
Pelemahan ini kontras dengan kondisi pasar dalam dua minggu terakhir, di mana indeks-indeks utama Wall Street justru menunjukkan penguatan signifikan. Bahkan, saham unggulan Dow Jones sempat mencetak rekor tertinggi intraday pada Jumat lalu. Penguatan tersebut didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve dan musim laporan pendapatan yang melampaui perkiraan, meskipun di tengah kondisi perdagangan yang masih diwarnai ketidakpastian.
Kini, perhatian investor beralih pada laporan keuangan yang akan dirilis minggu ini oleh sejumlah raksasa ritel seperti Walmart, Home Depot, dan Target. Laporan ini akan menjadi barometer penting untuk mengukur dampak ketidakpastian perdagangan dan ekspektasi inflasi terhadap daya beli dan perilaku konsumen di Amerika Serikat.
Meskipun data terbaru menunjukkan peningkatan penjualan ritel sesuai prediksi pasar, sentimen konsumen secara keseluruhan justru terpantau menurun. Hal ini diakibatkan oleh kekhawatiran yang kian mendalam terkait tekanan inflasi yang berkelanjutan.
Michael Matousek, Kepala Pedagang di U.S. Global Investors, mengamati adanya penarikan pesanan dari berbagai peritel dan produsen. Ia berpendapat, “Dari sisi pendapatan, kemungkinan besar mereka akan sesuai target, dan jika ada kenaikan, hanya sedikit saja.”
Di tengah dinamika pasar, investor tetap menaruh harapan besar terhadap penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh Federal Reserve pada bulan depan. Kendati demikian, ekspektasi pasar terhadap besaran dan frekuensi penurunan suku bunga sepanjang tahun ini telah sedikit melunak, berdasarkan data terbaru dari LSEG.
Wall Street Menguat Jelang Pengumuman Kesepakatan Potensial AS-Inggris
Adapun data ekonomi terkini mengindikasikan bahwa tarif yang diberlakukan AS belum memberikan dampak signifikan terhadap harga-harga konsumen. Namun demikian, pelemahan yang mulai terlihat di pasar tenaga kerja berpotensi mendorong bank sentral untuk mengadopsi sikap kebijakan moneter yang lebih dovish atau akomodatif.
Oleh karena itu, pasar menantikan dengan cermat simposium Federal Reserve di Jackson Hole, yang akan berlangsung antara 21 hingga 23 Agustus mendatang. Dalam forum ini, Ketua Jerome Powell diperkirakan akan menyampaikan pidato penting yang diharapkan dapat memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai prospek ekonomi global dan arah kebijakan moneter bank sentral ke depan.
Dalam ranah kebijakan perdagangan, pemerintahan Trump telah mengambil langkah lebih jauh dengan memperluas cakupan tarif 50% yang sebelumnya hanya berlaku untuk impor baja dan aluminium. Kini, ratusan produk turunan terkait juga telah dimasukkan ke dalam daftar barang yang dikenakan bea masuk tinggi ini, menandakan peningkatan tensi proteksionisme.
Di tengah gejolak pasar, saham Dayforce menjadi sorotan utama dengan mencatat lonjakan tertinggi di indeks S&P 500, melonjak impresif sebesar 25,4%. Kenaikan dramatis ini dipicu oleh laporan yang menyebutkan bahwa perusahaan ekuitas swasta terkemuka, Thoma Bravo, sedang dalam tahap negosiasi untuk mengakuisisi perusahaan perangkat lunak manajemen SDM tersebut.
Tak hanya itu, saham-saham di sektor energi surya juga menunjukkan performa yang kuat. SunRun melonjak 7,2% dan First Solar naik 6,2%, menyusul pengumuman Departemen Keuangan AS mengenai aturan subsidi pajak federal terbaru yang dirancang untuk mendukung proyek-proyek energi surya dan angin.
Wall Street Lower with Fed Meeting, Trump-Putin Call in Focus
Melihat gambaran pasar secara keseluruhan, jumlah saham yang mengalami kenaikan masih lebih banyak dibandingkan yang menurun. Di Bursa Efek New York (NYSE), rasio saham naik terhadap turun mencapai 1,41 banding 1, sementara di Nasdaq tercatat 1,4 banding 1. Indeks S&P 500 berhasil mencetak lima titik tertinggi baru dalam 52 minggu terakhir, meskipun diiringi oleh dua titik terendah baru. Sementara itu, Nasdaq Composite menunjukkan volatilitas lebih tinggi dengan 54 titik tertinggi baru dan 35 titik terendah baru.
Ringkasan
Wall Street memulai pekan dengan hati-hati, dengan indeks utama melemah. Investor fokus pada laporan pendapatan dari peritel besar dan simposium Federal Reserve di Jackson Hole. Pelemahan ini terjadi setelah penguatan signifikan dalam dua minggu terakhir, didorong ekspektasi penurunan suku bunga dan laporan pendapatan yang baik.
Perhatian investor tertuju pada laporan keuangan dari raksasa ritel untuk mengukur dampak ketidakpastian perdagangan dan inflasi. Pasar juga menantikan simposium Federal Reserve di Jackson Hole untuk mendapatkan kejelasan mengenai prospek ekonomi global dan arah kebijakan moneter. Saham Dayforce melonjak signifikan karena potensi akuisisi oleh Thoma Bravo, sementara saham energi surya juga menunjukkan kinerja positif.