JAKARTA. Nilai tukar rupiah di pasar spot membuka perdagangan Selasa (19/8/2025) pagi dengan tren melemah. Pada pukul 09.15 WIB, kurs rupiah tercatat berada di level Rp 16.235 per dolar Amerika Serikat (AS), menunjukkan penurunan 0,23% dibandingkan posisi penutupan sehari sebelumnya di Rp 16.198 per dolar AS. Pelemahan ini mengindikasikan tekanan awal pada mata uang Garuda.
Tekanan terhadap rupiah ini selaras dengan pergerakan mayoritas mata uang Asia lainnya yang juga melemah terhadap dolar AS pada pagi hari ini. Namun, di antara deretan mata uang yang tertekan, rupiah mencatat pelemahan terdalam dengan persentase 0,23%. Diikuti oleh peso Filipina yang terkoreksi 0,16%, ringgit Malaysia 0,14%, dolar Taiwan 0,14%, won Korea 0,09%, baht Thailand 0,09%, yuan Tiongkok 0,02%, dan dolar Singapura 0,02% terhadap dolar AS.
Di sisi lain, tidak semua mata uang di kawasan Asia mengikuti tren pelemahan. Dolar Hong Kong berhasil menguat tipis 0,020% terhadap dolar AS, sementara yen Jepang mencatatkan penguatan yang lebih signifikan sebesar 0,12%. Keduanya menjadi pengecualian di tengah dominasi pelemahan regional.
Rupiah Diproyeksi Tertekan Data Ekonomi pada Selasa (19/8)
Pergerakan nilai tukar mata uang di Asia ini juga dipengaruhi oleh penguatan indeks dolar. Indeks yang mencerminkan kekuatan dolar AS terhadap keranjang mata uang utama dunia tersebut terpantau naik ke level 98,22, dari posisi 98,16 pada penutupan hari sebelumnya. Kenaikan indeks dolar ini secara umum memberikan tekanan tambahan pada mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.