Ifonti.com JAKARTA. Sektor perbankan di pasar modal Indonesia menunjukkan kinerja impresif, melonjak signifikan setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk kembali memangkas suku bunga acuan atau BI rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5% pada Agustus 2025. Keputusan ini sontak memicu optimisme investor, yang tercermin dari kompaknya penguatan saham-saham perbankan, sekaligus mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk meroket pada penutupan perdagangan Rabu (20/8).
Berdasarkan data RTI, saham-saham perbankan berkapitalisasi besar atau yang dikenal sebagai ‘Big Banks’ tampil perkasa. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memimpin penguatan dengan melesat 150 poin atau 3,12%, menutup perdagangan di level Rp 4.950 per saham, setelah sempat dibuka susut di level Rp 4.790. Tak kalah cemerlang, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) juga mencatat peningkatan sebesar 110 poin atau 2,72%, mencapai level Rp 4.150. Saham BBRI bahkan sudah dibuka menguat sejak awal perdagangan di Rp 4.050.
Kinerja positif juga merambah ke bank-bank pelat merah lainnya. Saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) ditutup menguat solid di level Rp 4.430, setelah pada pembukaan sempat menunjukkan tren memerah di Rp 4.290. Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), salah satu bank dengan kapitalisasi pasar terbesar, juga terlihat mengalami peningkatan 25 poin atau 0,29% menuju level Rp 8.525 per saham, meskipun sempat dibuka memerah di angka Rp 8.375.
Tidak hanya bank-bank berkapitalisasi besar, saham-saham perbankan lapis kedua atau ‘second liner’ juga turut menikmati sentimen positif dari penurunan suku bunga acuan ini. PT Bank Syariah Indonesia (BRIS) berhasil naik 30 poin atau 1,09% ke level Rp 2.790 per saham, meskipun sempat dibuka susut di Rp 2.750. PT Bank Tabungan Negara (BBTN) bahkan “terbang” paling tinggi, melonjak 5,18% atau 65 poin ke level Rp 1.320 per saham, dengan pembukaan yang sudah positif di Rp 1.280.
Selanjutnya, PT Bank CIMB Niaga (BNGA) juga menunjukkan kinerja yang stabil dengan kenaikan 20 poin atau 1,16% ke level Rp 1.740, di mana sahamnya dibuka menguat pada level yang sama. Demikian pula PT Bank OCBC NISP (NISP) yang ditutup menguat 20 poin atau 1,44% ke level Rp 1.405 per saham, meskipun sempat dibuka stagnan di Rp 1.385. Kinerja kolektif ini menegaskan dampak luas dari kebijakan moneter BI terhadap sektor keuangan.
Menanggapi geliat pasar ini, Head Online Trading BCA Sekuritas, Achmad Yaki, memberikan pandangannya. Menurut Yaki, penurunan suku bunga acuan ini berpotensi menurunkan Cost of Fund perbankan, yang pada gilirannya dapat menjadi pendorong utama untuk meningkatkan penyaluran kredit (loan disbursement) dan menekan saldo kredit menganggur. “Harapannya prospek bisa lebih baik karena penyaluran kredit perbankan bisa tumbuh lebih tinggi dari target OJK di range 9%-11% dengan penurunan suku bunga ini,” jelas Yaki.
Dalam analisisnya, Yaki merekomendasikan untuk mempertahankan (hold) dan mengakumulasi pembelian (akumulasi buy) saham bank-bank KBMI IV seperti BBCA, BMRI, BBNI, BBRI, serta bank BTN, mengindikasikan prospek jangka panjang yang menjanjikan. Namun, ia juga menyarankan strategi jual saat kekuatan (sell on strength) atau mengambil keuntungan (profit taking) untuk saham-saham bank digital, meskipun tren bullishnya masih terjaga. Lebih lanjut, Yaki juga menetapkan target harga spesifik: BBCA dengan target profit Rp 9.100 (trading buy), BBNI Rp 6.075 (buy), BBRI Rp 4.400 (hold), BBTN Rp 1.700 (buy), dan BMRI Rp 7.250 per saham.