Demo Ganggu Operasional, Bagaimana Prospek Saham Resto?

Ifonti.com Aksi demonstrasi yang telah berlangsung sejak pekan lalu mulai menunjukkan dampak signifikan pada kinerja operasional sejumlah emiten restoran. Situasi ini diperparah dengan pembatasan jam operasional di beberapa pusat perbelanjaan di kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya selama akhir pekan, serta penerapan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan work from home (WFH) oleh berbagai sekolah dan instansi.

Kondisi yang kurang kondusif ini secara langsung mengakibatkan penurunan drastis trafik kunjungan ke restoran. PT Champ Resto Indonesia Tbk (ENAK), sebagai salah satu pemain besar di sektor ini, mengakui adanya kemerosotan aktivitas di sejumlah gerai yang terletak di pusat-pusat keramaian. Langkah antisipatif pun diambil perusahaan.

Eric Leong, CEO sekaligus Vice President ENAK, menjelaskan kepada Kontan pada Senin (1/9) bahwa pihaknya telah mengambil kebijakan untuk menutup sementara beberapa gerai di area dengan eskalasi tinggi. Namun, Eric menegaskan bahwa tindakan ini bersifat sementara dan situasional, serta tidak ada satu pun karyawan yang dirumahkan sebagai dampak dari penutupan tersebut, menunjukkan komitmen perusahaan terhadap tenaga kerjanya.

Menyikapi situasi serupa, PT Lima Dua Lima Tiga Tbk (LUCY), pengelola resto & bar Lucy In The Sky, juga melakukan penyesuaian operasional dengan membatasi jam kerja. Ratna Sari, Sekretaris Perusahaan LUCY, menyatakan bahwa strategi perusahaan saat ini lebih berfokus pada pemantauan dan menunggu perkembangan situasi hingga kembali stabil.

Untuk meredakan tekanan dan mempertahankan pendapatan di tengah penurunan mobilitas, ENAK memperkuat kanal penjualan digitalnya. Perusahaan memaksimalkan layanan delivery dan take away, serta mengoptimalkan aplikasi internal mereka, CRI Super App. Emiten ini menaruh harapan besar agar situasi dapat segera kondusif sehingga aktivitas masyarakat dapat kembali normal.

Dari sudut pandang analis pasar, Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menilai bahwa dampak aksi demonstrasi terhadap emiten restoran cenderung bersifat jangka pendek. Ia menyoroti pentingnya kanal distribusi digital sebagai penopang utama pendapatan. “Emiten yang memiliki kanal distribusi digital kuat, seperti layanan pesan antar melalui platform GoFood, GrabFood, atau aplikasi internal, masih dapat menjaga pendapatan lewat model delivery dan take away,” jelas Ekky.

Lebih lanjut, Ekky Topan juga memberikan pandangan terhadap potensi saham di sektor ini. Menurutnya, saham PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) berpotensi menguji level Rp 390–Rp 410 jika berhasil bertahan di atas Rp 300, dengan target berikutnya di Rp 440–Rp 450. Sementara itu, PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) dikatakannya sedang berada dalam tren bullish, dengan target jangka pendek Rp 240–Rp 250 dan target jangka panjang di Rp 300, didukung level support kuat di Rp 180. Panduan ini dapat menjadi pertimbangan bagi investor untuk perdagangan Selasa (2/9/2025).

Senada dengan pandangan tersebut, Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia, Fath Aliansyah Budiman, menambahkan bahwa PZZA dan FAST memang mungkin terdampak oleh penurunan mobilitas masyarakat. Namun, ia memperkirakan bahwa tekanan tersebut tidak akan signifikan jika situasi politik dan keamanan mereda, mengindikasikan prospek pemulihan yang cukup cepat bagi kedua emiten tersebut.