Reshuffle Kabinet: Dampak Pergantian Bendahara Negara pada Pasar

Ifonti.com – JAKARTA. Perombakan kabinet Presiden Prabowo Subianto, yang salah satunya mencakup pergantian Menteri Keuangan Sri Mulyani, telah memicu reaksi beragam di pasar keuangan. Pergantian bendahara negara ini diperkirakan berdampak signifikan terhadap nilai tukar rupiah dan arus modal asing.

Respon pasar terhadap reshuffle kabinet ini, menurut Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Fadhil Hasan, langsung terlihat negatif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 1,28% atau turun 100,49 poin ke level 7.766,84. Nilai tukar rupiah di pasar offshore (non-deliverable forward/NDF) pun turut melemah.

“Dampak selanjutnya bergantung pada langkah-langkah yang diambil menteri keuangan baru dalam mengelola ekonomi, terutama terkait kebijakan fiskal,” jelas Fadhil kepada Kontan, Senin (8/9/2025). Ia menekankan bahwa siapapun pengganti Sri Mulyani akan menghadapi tantangan berat, mengingat adanya persoalan struktural dalam sektor fiskal, seperti pajak yang stagnan, peningkatan hutang, dan pengeluaran yang membesar akibat banyaknya program populis. Ditambah lagi, dinamika perekonomian global yang tidak kondusif semakin membatasi pilihan kebijakan dan menimbulkan dilema.

Presiden Komisioner HFX Internasional Berjangka, Sutopo Widodo, turut menyoroti potensi dampak terhadap arus modal asing. Pergerakan investor di pasar obligasi dan saham akan dipantau ketat. “Jika investor asing mulai menarik dananya, tekanan terhadap rupiah akan meningkat,” tegas Sutopo. Ia mencatat bahwa penggantian Sri Mulyani telah menyebabkan rupiah di pasar offshore (NDF) anjlok tajam, dari sekitar Rp 16.310 hingga mencapai Rp 16.600 per dolar AS. “Pergerakan ini menunjukkan kekhawatiran investor asing terhadap ketidakpastian politik dan fiskal,” tambahnya.

Senada dengan Sutopo, Pengamat Mata Uang, Ibrahim Assuaibi, memprediksi dampak negatif terhadap nilai tukar rupiah dalam jangka pendek, meskipun ia memperkirakan pelemahannya tidak akan terlalu tajam. Ibrahim memproyeksikan rupiah akan bergerak melemah di kisaran Rp 16.300 – Rp 16.350 per dolar AS pada hari berikutnya. Ia juga menyoroti program pemerintah seperti perumahan rakyat, koperasi desa merah putih, dan program makan bergizi gratis (MBG) yang membutuhkan dana cukup besar, menimbulkan kekhawatiran terhadap kemungkinan rendahnya daya serap lelang obligasi dan potensi intervensi Bank Indonesia (BI). “Ada kekhawatiran kalau seandainya lelang obligasi dilempar ke pasar, ini tidak begitu laku. Sehingga BI melakukan kontak dengan Kementerian Keuangan, dan mereka yang membeli,” ungkap Ibrahim.

Ringkasan

Perombakan kabinet Presiden Prabowo Subianto, khususnya pergantian Menteri Keuangan Sri Mulyani, berdampak negatif pada pasar keuangan. IHSG terkoreksi 1,28%, nilai tukar rupiah di pasar offshore melemah, dan para ekonom memprediksi dampak signifikan terhadap arus modal asing. Tantangan bagi menteri keuangan baru meliputi masalah struktural fiskal seperti pajak stagnan, peningkatan hutang, dan pengeluaran besar akibat program populis, ditambah dinamika ekonomi global yang tidak kondusif.

Potensi penarikan dana investor asing dikhawatirkan akan meningkatkan tekanan terhadap rupiah. Pelemahan rupiah diprediksi terjadi dalam jangka pendek, meskipun tidak terlalu tajam. Kekhawatiran juga muncul terkait daya serap lelang obligasi dan potensi intervensi Bank Indonesia akibat program-program pemerintah yang membutuhkan dana besar.