Ifonti.com JAKARTA. PT Pertamina (Persero), melalui entitas anak usahanya PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), secara resmi memulai pembangunan Pilot Plant Green Hydrogen Ulubelu. Acara peletakan batu pertama ini dilaksanakan di Ulubelu, Lampung, pada Selasa (9/9/2025), menandai langkah strategis Pertamina dalam pengembangan energi bersih.
Fasilitas perintis ini menjadi yang pertama di dunia yang berhasil mengintegrasikan teknologi Anion Exchange Membrane (AEM) electrolyzer dengan energi panas bumi sebagai sumber listrik utamanya. Inovasi ini menegaskan komitmen Pertamina dalam mendukung transisi energi, mempercepat bauran energi bersih nasional, sekaligus berkontribusi signifikan terhadap target Net Zero Emission (NZE) 2060.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, menyampaikan apresiasinya atas transformasi bisnis yang dijalankan Pertamina dan Pertamina Geothermal Energy. Menurutnya, integrasi investasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) dengan industri Green Hydrogen adalah langkah visioner. Yuliot menekankan bahwa hidrogen hijau merupakan salah satu energi ramah lingkungan yang minim emisi, sejalan dengan pergeseran global menuju energi terbarukan.
Yuliot menambahkan bahwa cepat atau lambat, energi terbarukan akan mendisrupsi dominasi energi fosil yang saat ini menjadi bisnis inti Pertamina. Pengembangan Green Hydrogen akan memperkaya pilihan energi hijau dan berpotensi saling mempengaruhi satu sama lain. “Pilihan energi terbarukan yang lebih bervariatif akan memberikan keuntungan bagi konsumen dalam memilih kebutuhan sumber energi yang jauh lebih berkualitas namun tidak berdampak negatif terhadap lingkungan,” jelas Yuliot dalam keterbukaan informasi, Rabu (10/9/2025).
Komisaris Utama Pertamina, Mochamad Iriawan, menyatakan bahwa Ulubelu kembali mengukir sejarah penting bagi Indonesia. Ia menegaskan bahwa proyek ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, di mana Pertamina mengemban amanah besar untuk mewujudkan swasembada energi dan berkontribusi dalam transisi energi. Ulubelu, sebagai kawasan energi panas bumi yang telah lama memberi manfaat, kini menjadi pionir melalui Groundbreaking Pilot Plant Green Hydrogen. “Nantinya, Pilot Plant Ulubelu lebih dari persoalan teknologi atau investasi. Ini adalah tentang warisan berharga yang akan kita titipkan kepada generasi mendatang,” ujar Mochamad Iriawan.
Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menuturkan bahwa peletakan batu pertama ini bukan sekadar tonggak sejarah bagi Pertamina, melainkan juga langkah konkret seluruh Pertamina Group untuk merealisasikan visi sebagai perusahaan energi bersih kelas dunia. “Pengembangan green hydrogen selaras dengan dual growth strategy Pertamina Group, yaitu dalam hal mengembangkan portofolio bisnis rendah karbon untuk masa depan berkelanjutan,” kata Simon.
Melalui inisiatif strategis ini, Simon melanjutkan, Pertamina membuktikan bahwa teknologi green hydrogen berbasis panas bumi tidak hanya konseptual, namun dapat diterapkan secara nyata. Proyek ini juga diharapkan menjadi fondasi penting bagi regulasi, standar, dan model bisnis hidrogen di Indonesia, serta menciptakan ekosistem energi baru yang dapat direplikasi di berbagai wilayah lain.
Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, turut memberikan dukungannya, mengatakan bahwa proyek plant green Hydrogen ini menjadi bukti bahwa dari sebuah daerah di Lampung, Indonesia mampu memberikan kontribusi besar bagi bangsa bahkan bagi dunia. “Ulubelu telah membuktikan bahwa transisi energi bukanlah wacana, melainkan kenyataan yang terus berjalan dan berkembang,” tutur dia.
Pilot Plant Green Hydrogen Ulubelu ini diproyeksikan sebagai pusat pembelajaran teknologi dan uji kelayakan komersial, termasuk studi permintaan pasar serta kualitas produk untuk fase-fase berikutnya. Proyek ini dengan cerdas mengintegrasikan energi panas bumi yang melimpah dengan teknologi AEM electrolyzer terbaru, menjadikannya pelopor global dan semakin mempertegas arah transformasi portofolio energi bersih Pertamina.
Pilot Plant Green Hydrogen Ulubelu ditargetkan mulai beroperasi penuh pada tahun 2026, dengan total nilai investasi sekitar US$ 3 juta. Hidrogen hijau yang dihasilkan dari fasilitas ini direncanakan akan dimanfaatkan untuk uji pasar, termasuk penetrasi ke sektor transportasi dan industri, membuka babak baru bagi pemanfaatan energi bersih di Indonesia.