Ifonti.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan performa impresif pada Jumat (12/9), melonjak 1,24 persen ke level 7.843,736 pada pukul 10.24 WIB, setelah dibuka di 7.819. Penguatan signifikan ini melanjutkan tren positif sebelumnya, di mana IHSG berhasil menguat 48,90 poin atau 0,64 persen, menutup perdagangan Kamis (11/9) di level 7.747,90.
Kenaikan IHSG didorong oleh meredanya ketidakpastian politik yang sempat memicu aksi jual oleh investor asing. Kini, sentimen positif kembali menguasai pasar, mendorong investor untuk kembali melakukan akumulasi beli secara bertahap, menandakan kepercayaan yang tumbuh terhadap stabilitas pasar domestik.
Tidak hanya faktor domestik, sentimen positif juga mengalir dari arena global, khususnya terkait rencana The Federal Reserve (The Fed). Bank sentral Amerika Serikat ini dijadwalkan akan memangkas suku bunga acuannya untuk kali pertama tahun ini pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 18 September mendatang. “Fokus pasar saat ini tertuju ke arah pemangkasan suku bunga The Fed. Ini bisa menjadi katalis positif bagi IHSG,” ujar Senior Technical Analyst Sucor Sekuritas, Reyhan Pratama. Reyhan menambahkan, langkah tersebut berpotensi mendorong Bank Indonesia (BI) untuk turut menyesuaikan kebijakan moneternya, meskipun akan tetap bergantung pada kondisi inflasi domestik dan stabilitas nilai tukar rupiah.
Di tengah pergerakan makro ekonomi, katalis sektoral turut menyemarakkan bursa. Peluncuran produk terbaru Apple pada 9 September 2025 di AS menjadi sorotan utama. Perusahaan teknologi raksasa tersebut resmi memperkenalkan iPhone 17 Series, termasuk varian ultra-tipis iPhone 17 Air dan iPhone 17 Pro yang dibekali kamera canggih, layar ProMotion 120 Hz, serta chip terbaru A19 Pro. Apple juga meluncurkan AirPods Pro generasi terbaru, aksesori yang diyakini akan menarik minat konsumen dan melengkapi ekosistem produk Apple.
Peluncuran ini membawa angin segar bagi emiten distributor gadget seperti PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), yang merupakan mitra resmi Apple di Indonesia. “Peluncuran iPhone 17 bisa menjadi katalis positif, karena permintaan konsumen untuk produk premium tetap terjaga,” ungkap Reyhan. Data menunjukkan, kontribusi segmen aksesori dan produk lainnya terhadap penjualan ERAA sepanjang semester I 2025 naik dari 11,7 persen menjadi 14,6 persen, sebuah tren yang diperkirakan akan terus tumbuh, mengurangi ketergantungan pada penjualan smartphone semata.
Dalam laporan terbarunya, Sucor Sekuritas merekomendasikan “buy” untuk saham ERAA dengan target harga Rp 700. Rekomendasi ini didasari pada posisi ERAA yang kuat di pasar gadget dan pertumbuhan yang sehat di segmen lain, termasuk kendaraan listrik dan produk gaya hidup. Dari sisi valuasi, harga saham ERAA dinilai masih memiliki ruang untuk tumbuh, menawarkan entry point yang menarik bagi investor. “Ini menunjukkan diversifikasi ERAA mulai berhasil, dengan proyeksi revenue yang memperlihatkan kontribusi aksesori makin besar hingga 2027. Hal ini positif karena pertumbuhan ERAA menjadi lebih beragam dan tidak hanya bergantung pada penjualan handphone. Apalagi, biasanya konsumen membeli iPhone sekaligus dengan aksesori pendukungnya,” tandas Reyhan, menegaskan potensi pertumbuhan jangka panjang ERAA.
Sementara itu, Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, memberikan gambaran kondisi pasar saham AS yang juga ditutup menguat pada Kamis (11/09) waktu setempat. Indeks Dow Jones ditutup naik 1,36 persen ke level 46.108, sementara S&P 500 menguat 0,85% ke 6.587,47. Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun turun 2,48 basis poin (bps) ke level 4,02 persen, menunjukkan penurunan 54,8 bps secara year-to-date (YtD). Pelemahan indeks dolar AS (USD) terhadap mata uang negara maju (DXY) ke sekitar level 97,8 juga terjadi setelah rilis data inflasi AS yang sesuai ekspektasi pasar.
Data inflasi AS pada Agustus 2025 menunjukkan kenaikan 0,4 persen secara bulanan (MtM), meningkat dari kenaikan 0,2 persen di Juli dan melebihi ekspektasi pasar sebesar 0,3 persen. “Ini merupakan kenaikan bulanan terbesar sejak Januari 2025, memicu kekhawatiran bahwa kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump turut menambah tekanan biaya bagi rumah tangga,” kata Asmoro. Kenaikan inflasi ini didorong oleh lonjakan harga sewa tempat tinggal (0,4%), makanan (0,5%), dan energi (0,7%) yang dipicu kenaikan harga bensin sebesar 1,9 persen. Tekanan tambahan juga datang dari tarif penerbangan, mobil bekas dan truk, pakaian, serta kendaraan baru, meskipun penurunan terjadi pada layanan kesehatan, hiburan, dan komunikasi.
Meskipun demikian, inflasi inti AS Agustus 2025 tetap terkendali, naik 0,3 persen MtM dan 3,1 persen secara tahunan. Kondisi ini memberikan ruang bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneternya. “Pasar uang kini hampir sepenuhnya memperkirakan tiga kali pemangkasan suku bunga hingga akhir tahun, dimulai pada September 2025,” ungkap Asmoro, mengakhiri analisisnya dengan prospek positif bagi pasar global yang turut memengaruhi sentimen IHSG. (han)
Ringkasan
IHSG mengalami penguatan signifikan sebesar 1,24 persen ke level 7.843,736 pada Jumat (12/9), didorong oleh meredanya ketidakpastian politik dan sentimen positif dari rencana pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Peluncuran iPhone 17 Series oleh Apple juga menjadi katalis positif, terutama bagi emiten distributor gadget seperti ERAA, yang direkomendasikan “buy” oleh Sucor Sekuritas.
Selain faktor domestik, pasar saham AS juga ditutup menguat, dengan indeks Dow Jones dan S&P 500 mengalami kenaikan. Inflasi AS pada Agustus 2025 menunjukkan kenaikan, namun inflasi inti tetap terkendali, memberikan ruang bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneternya dan berdampak positif bagi IHSG.