Ifonti.com JAKARTA – Gelombang aksi korporasi di antara emiten rumah sakit semakin santer terdengar belakangan ini. Akuisisi dan diakuisisi menjadi strategi utama yang ditempuh sejumlah pemain besar, bukan tanpa alasan. Para analis menilai, langkah ini berpotensi meredakan ketatnya persaingan, sekaligus menawarkan efisiensi biaya dan waktu yang signifikan dalam upaya ekspansi jaringan kesehatan yang agresif.
Salah satu nama yang menjadi sorotan adalah PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO). Emiten ini dikabarkan tengah mendekati kesepakatan untuk mengakuisisi 14 aset rumah sakit di bawah First REIT Management Ltd. Sucor Sekuritas, dalam risetnya tanggal 5 Februari 2025, menaksir nilai transaksi tersebut mencapai angka fantastis, yakni Rp 8,5 triliun. Sayangnya, hingga berita ini ditulis, manajemen SILO masih bungkam dan belum memberikan tanggapan resmi mengenai detail aksi korporasi strategis ini kepada Kontan.
Tidak hanya SILO, pergerakan signifikan juga terjadi pada PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL). Pada tanggal 25 Juni 2025, Grup Djarum melalui PT Dwimuria Investama Andalan berhasil mencaplok 559.185.300 lembar saham, setara dengan 3,63% kepemilikan di HEAL. Konglomerasi Hartono bersaudara ini memborong saham HEAL dengan harga Rp 1.875 per saham, yang notabene berada di atas harga pasar saat itu yang berkisar Rp 1.375-Rp 1.500. Dari transaksi ini, HEAL berhasil meraup dana segar sebesar Rp 1,05 triliun.
Ke depan, HEAL tampaknya akan terus agresif. Yulisar Khiat, Director Finance and Strategic Development HEAL, dalam paparan publik daring pada Rabu (10/9/2025), mengungkapkan bahwa manajemen membuka peluang akuisisi rumah sakit lain pada tahun mendatang. Meskipun objek akuisisi belum disebutkan secara spesifik, opsi ini muncul seiring dengan rencana pembangunan tiga rumah sakit baru. “Kami merencanakan sekitar tiga rumah sakit dan kemungkinan satu akuisisi, tergantung dari visibilitas mana yang lebih baik untuk HEAL,” jelas Yulisar.
Senada dengan HEAL, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) juga tak ketinggalan dalam upaya ekspansi. Aditya Widjaja, Head of Investor Relations MIKA, dalam paparan publik daring Kamis (11/9/2025), membocorkan bahwa akuisisi juga menjadi salah satu strategi yang dipertimbangkan untuk ekspansi tahun depan. “Saat ini kami berfokus untuk pertumbuhan menambah rumah sakit, dan akuisisi juga merupakan salah satu dari strategi kami,” ungkap Aditya. Pilihan ini mengemuka di tengah progres pembangunan tiga rumah sakit MIKA yang dijadwalkan dibuka pada kuartal III tahun 2026, berlokasi di Sidoarjo, Jakarta, dan sebuah kota di Jawa Timur. Progres pembangunan masing-masing kini telah mencapai 93%, 29%, dan 25%. Untuk mendukung gelombang ekspansi tersebut, MIKA telah mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 1 triliun untuk tahun ini.
Alfamidi Tetap Ekspansi di Tengah Tekanan Ekonomi RI, Saham MIDI Layak Dicermati?
Prospek dan Rekomendasi Saham
Menanggapi fenomena akuisisi yang gencar ini, Abdul Azis Setyo Wibowo, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, melihat bahwa serangkaian aksi korporasi emiten rumah sakit bukan sekadar strategi memperluas jangkauan. Lebih dari itu, langkah ini merupakan strategi cerdas yang berpotensi signifikan dalam mengurangi tingkat persaingan yang ketat di sektor ini. Menurut Aziz, akuisisi jauh lebih efisien dibandingkan harus memulai pembangunan rumah sakit baru dari nol. Dengan mengakuisisi, emiten langsung mendapatkan basis pasien yang solid, tim medis yang sudah terlatih, serta jaringan fasilitas kesehatan yang sudah berjalan, sehingga “bisa menghemat biaya dan waktu,” tegas Aziz kepada Kontan pada Jumat (12/9/2025). Kondisi ini secara otomatis dapat meredam kompetisi agresif akibat ekspansi ke wilayah baru, menggeser fokus emiten pada peningkatan kualitas layanan dan efisiensi manajemen.
Dari sisi prospek, Aziz memandang sektor rumah sakit dengan optimisme tinggi ke depan. Sentimen positif ini didukung oleh alokasi anggaran kesehatan sebesar Rp 244 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026. Anggaran jumbo ini, menurut Aziz, akan diarahkan untuk memperluas akses layanan kesehatan masyarakat, mengoptimalkan operasional fasilitas kesehatan, serta merevitalisasi rumah sakit dan puskesmas di berbagai daerah. Dengan dukungan pemerintah yang masif ini, potensi pertumbuhan permintaan layanan rumah sakit diyakini Aziz akan tetap solid dalam beberapa tahun mendatang.
Berangkat dari sentimen positif tersebut, Aziz merekomendasikan saham HEAL untuk trading buy, dengan target harga Rp 1.900 per saham.
IHSG Berpeluang Menguat pada Senin (15/9), Cek Rekomendasi Saham Ini