Reli harga emas ke rekor tertinggi yang terjadi secara beruntun diprediksi akan terus berlanjut, didorong oleh serangkaian faktor fundamental yang kuat. Ekspektasi pelonggaran moneter oleh Federal Reserve AS (The Fed), ketegangan geopolitik yang semakin memanas, hingga kekhawatiran yang timbul mengenai independensi The Fed, semuanya berkontribusi menciptakan momentum bullish bagi logam mulia ini.
“Kenaikan harga emas jangka panjang tampaknya masih akan terus berlanjut, mengingat permintaan yang datang, terutama dari bank sentral dan Exchange Traded Funds (ETF), terus meningkat dengan laju yang lebih cepat,” ujar Renisha Chainani, kepala penelitian di perusahaan penyulingan Augmont yang berbasis di Mumbai, seperti dikutip dari Reuters, menegaskan pandangan optimisnya terhadap prospek pasar emas.
Namun demikian, Chainani juga memberikan catatan penting bahwa emas saat ini berada dalam wilayah jenuh beli, yang mengindikasikan potensi koreksi harga sebesar 5-6 persen dalam jangka pendek. Meskipun demikian, setelah fase konsolidasi, ia memproyeksikan harga emas akan kembali melesat naik hingga mencapai level tertinggi baru di atas USD 4.200 per ons pada tahun 2026, menunjukkan bahwa koreksi sesaat hanyalah bagian dari tren kenaikan yang lebih besar.
Pada hari Selasa lalu, harga emas spot diperdagangkan di sekitar USD 3.680 per ons setelah sebelumnya sempat menembus rekor USD 3.689,27 di awal sesi. Kinerja ini menandai kenaikan signifikan sekitar 40 persen sepanjang tahun ini, menyusul lonjakan sebesar 27 persen pada tahun 2024, memperlihatkan momentum pertumbuhan harga emas yang sangat kuat dan konsisten.
Nicholas Frappell, kepala pasar institusional global di ABC Refinery, menambahkan bahwa para analis sebelumnya telah melakukan lindung nilai harga untuk mencapai USD 4.000 pada tahun 2026. “Namun, sangat sulit untuk memastikannya, karena setiap proyeksi yang kami lihat menunjukkan harga telah mencapai level tersebut jauh lebih cepat dari yang kami perkirakan,” kata Nicholas, menyoroti bahwa pergerakan harga emas telah melampaui ekspektasi awal.
Peran Federal Reserve AS menjadi salah satu penentu utama bagi harga emas. Bank sentral AS tersebut secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga pada akhir pertemuan kebijakan moneter mereka yang dijadwalkan pada 17 September. Ekspektasi pelonggaran moneter ini juga didukung oleh tekanan politik, seperti desakan Donald Trump yang berulang kali mengkritik Ketua Federal Reserve Jerome Powell karena dianggap terlalu lambat dalam menurunkan suku bunga.
Secara historis, emas dikenal luas sebagai aset lindung nilai yang paling disukai terhadap risiko geopolitik dan ketidakpastian ekonomi. Keistimewaan investasi emas ini semakin menonjol dalam lingkungan suku bunga rendah, di mana biaya peluang untuk memegang aset non-penghasil bunga seperti emas menjadi lebih minim, sehingga meningkatkan daya tariknya sebagai pilihan investasi yang aman dan menguntungkan.
Ringkasan
Harga emas diperkirakan terus meningkat didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, ketegangan geopolitik, dan kekhawatiran independensi The Fed. Permintaan emas, terutama dari bank sentral dan ETF, terus meningkat pesat, meskipun emas saat ini berada di wilayah jenuh beli dan berpotensi mengalami koreksi jangka pendek.
The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga pada 17 September, didorong juga oleh tekanan politik. Emas secara historis menjadi aset lindung nilai yang populer terhadap risiko geopolitik dan ekonomi, terutama dalam lingkungan suku bunga rendah yang meningkatkan daya tariknya sebagai investasi.