Peran Ayah dalam kehidupan anak perempuan memegang posisi sentral, menjadi kunci pembentuk karakter dan pandangan hidup sang putri. Kedekatan fisik, seperti menggandeng, menggendong, atau memangku, seringkali menjadi wujud nyata kasih sayang Ayah.
Namun, seiring waktu, ada masanya anak perempuan tumbuh semakin mandiri dan mulai mengenali identitas dirinya. Mereka pun secara alami akan merasa lebih nyaman dengan peran sebagai individu yang berkembang. Di sinilah muncul pertanyaan penting yang seringkali membebani pikiran para Ayah: kapankah sebaiknya bentuk kasih sayang fisik, termasuk memangku, mulai dikurangi?
Kapan Ayah harus berhenti memangku anak perempuan?
Tanpa disadari, keberadaan Ayah memiliki pengaruh mendalam terhadap pembentukan “standar” hidup seorang anak perempuan. Hal ini ditekankan oleh Praktisi Psikologi Anak, Aninda, S.Psi, M.Psi.T, dalam wawancaranya dengan HaiBunda belum lama ini.
Menurut Aninda, dari figur Ayah inilah anak perempuan secara naluriah menetapkan kriteria penting dalam hidupnya. “Standar dalam memilih pasangan yang baik, standar bagaimana seharusnya merasa dicintai, hingga standar bagaimana seharusnya dihargai, biasanya sangat dipengaruhi oleh sosok Ayah dan kualitas hubungan yang terjalin antara Ayah dan anak,” jelasnya. Bahkan, motivasi dalam belajar pun kerap kali memiliki keterkaitan erat dengan peran Ayah.
Baca Juga: Jangan Disepelekan, Ini 5 Batasan Interaksi Ayah dan Anak Perempuannya saat Sudah Memasuki SD
Ekspresi kedekatan Ayah dan anak perempuan memang seringkali diwarnai oleh sentuhan fisik, mulai dari menggendong, menggandeng, mengecup, hingga memangku. Aninda menegaskan bahwa bentuk kasih sayang fisik ini sangat baik untuk dilakukan, terutama saat anak perempuan masih kecil. Namun, seiring pertumbuhan anak, intensitas dan frekuensi sentuhan fisik ini perlu disesuaikan.
“Untuk menunjukkan kasih sayang yang berkaitan dengan fisik (seperti menggandeng, merangkul, atau memeluk, sebenarnya masih tidak masalah), namun memangku memiliki nuansa yang sedikit berbeda,” papar Aninda. Ia menambahkan bahwa bentuk kasih sayang fisik semacam ini cenderung akan berkurang secara alami seiring bertambahnya usia anak.
Pada usia pre-teen, yaitu sekitar 10 tahun ke atas, Aninda menyarankan agar aktivitas seperti memangku mulai dikurangi. Langkah ini bukan berarti mengurangi rasa sayang, melainkan sebuah bentuk adaptasi terhadap perkembangan anak perempuan yang semakin dewasa. Sebagai orang tua, Ayah perlu memahami batasan dan memilih cara-cara kasih sayang yang lebih pantas dan sesuai dengan tahapan usia sang putri. Aninda, yang dikenal aktif membagikan tips parenting melalui akun Instagram pribadinya, menekankan pentingnya kebijaksanaan ini.
Tips Menjaga Hubungan dengan Anak Perempuan Dewasa
Ketika anak perempuan beranjak dewasa, kesibukan seringkali mendominasi, membuat waktu untuk menjalin kedekatan dengan Ayah terasa semakin terbatas. Namun, Aninda memberikan solusi. Menurutnya, ada beberapa cara efektif yang bisa Ayah terapkan untuk menjaga kualitas hubungan baik dengan putrinya:
- Secara rutin mengajak ngobrol tentang kegiatan sehari-hari, menunjukkan minat yang tulus.
- Membantu mengantar anak ke sekolah atau aktivitas lainnya, yang bisa menjadi momen intim berdua.
- Sesekali membawakan camilan favorit sang putri sebagai kejutan manis.
- Berusaha untuk selalu terbuka dan menjadi pendengar yang baik terhadap hal-hal yang disukai atau menjadi perhatian anak.
- Memahami minat anak tanpa menunjukkan sikap skeptis atau meremehkan, mendukung pilihannya dengan lapang dada.
Dampak Anak Perempuan Jauh dari Ayahnya
Kehadiran Ayah yang tidak optimal dalam proses tumbuh kembang anak perempuan dapat menimbulkan konsekuensi jangka panjang. Aninda menjelaskan, “Jika sosok Ayah tidak terpenuhi dengan baik dalam diri anak, ia bisa saja mengalami berbagai isu dalam kehidupan berpasangan di kemudian hari.”
Lebih lanjut, Aninda menambahkan, contohnya termasuk kecenderungan untuk bertahan dalam hubungan yang tidak sehat atau memilih pasangan dengan karakteristik ‘red flag‘. Fenomena ini seringkali berakar dari kekosongan figur Ayah yang seharusnya menjadi panutan dan penjaga standar dalam hubungan.
Jika kondisi tidak memungkinkan kehadiran Ayah secara fisik, misalnya karena meninggal dunia atau perceraian orang tua, Aninda menawarkan dua solusi untuk mencegah dampak “fatherless” pada anak perempuan:
- Mencari Sosok Pengganti dalam Keluarga: Bunda dapat membantu anak menemukan figur Ayah pada laki-laki dewasa lain yang masih memiliki ikatan keluarga, seperti kakek atau paman.
- Ibu Menjadi Sosok Ganda: Bunda mengambil peran ganda, tidak hanya sebagai Ibu tetapi juga Ayah. Aninda mengakui bahwa pilihan kedua ini memang “cukup challenging” bagi Bunda. Namun, dari perspektif psikologis anak, solusi ini dinilai “lebih aman” karena anak tidak perlu mencari figur Ayah dari luar lingkup keluarga inti, yang dapat memberikan stabilitas emosional lebih baik.
Pilihan Redaksi
5 Hal Tak Boleh Dilakukan Ayah saat Anak Perempuan Usia 5 Tahun
7 Tanda Anak Sulung Punya “Eldest Daughter Syndrome”
Anak Pertama Perempuan Cenderung Jadi Anak Kesayangan Orang Tua, Ini Alasannya
Bagi Bunda yang ingin berbagi pengalaman seputar parenting dan berkesempatan memenangkan beragam giveaway menarik, mari bergabung dengan komunitas HaiBunda Squad. Klik SINI untuk mendaftar secara gratis!
Ringkasan
Artikel ini membahas mengenai peran ayah dalam kehidupan anak perempuan dan kapan sebaiknya kedekatan fisik, seperti memangku, mulai dikurangi. Menurut Praktisi Psikologi Anak, Aninda, anak perempuan menetapkan standar hidupnya, termasuk dalam memilih pasangan, berdasarkan figur ayah. Sentuhan fisik, termasuk memangku, baik dilakukan saat anak kecil, namun sebaiknya dikurangi saat anak memasuki usia pra-remaja, sekitar 10 tahun ke atas, sebagai bentuk adaptasi terhadap perkembangan anak.
Artikel ini juga memberikan tips menjaga hubungan dengan anak perempuan yang beranjak dewasa, seperti rutin mengajak ngobrol dan memahami minat anak. Ketidakoptimalan peran ayah dapat menimbulkan konsekuensi jangka panjang, seperti kesulitan dalam hubungan. Jika kehadiran ayah tidak memungkinkan, disarankan mencari sosok pengganti dalam keluarga atau ibu mengambil peran ganda untuk mencegah dampak “fatherless” pada anak perempuan.