Suku Bunga BI Turun, Begini Dampaknya ke Kinerja Investasi Asuransi Umum

Ifonti.com JAKARTA – Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) baru-baru ini menyoroti bagaimana penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) atau BI Rate ke level 4,75% memengaruhi kinerja investasi asuransi umum. Analisis ini memberikan gambaran penting bagi pelaku industri.

Menurut Ketua Umum AAUI, Budi Herawan, keputusan penurunan suku bunga BI tersebut secara langsung memengaruhi imbal hasil deposito serta dinamika yield Surat Berharga Negara (SBN). Akibatnya, penurunan suku bunga BI cenderung menekan imbal hasil deposito, namun di sisi lain, berpotensi mendongkrak valuasi portofolio obligasi atau SBN yang telah dimiliki, menciptakan peluang capital gain.

Budi Herawan menjelaskan lebih lanjut kepada Kontan pada Selasa (23/9/2025) bahwa fenomena ini membawa dampak positif bagi kinerja investasi jangka pendek karena adanya capital gain. Namun, ia juga mengingatkan akan adanya tantangan signifikan ketika perusahaan harus melakukan re-investasi pada instrumen baru yang menawarkan yield lebih rendah.

AAUI Ungkap Penyebab Aset Industri Asuransi Umum Meningkat 8,8% per Juni 2025

Menyikapi penurunan suku bunga BI, Budi Herawan mengungkapkan bahwa perusahaan asuransi umum dituntut untuk menyeimbangkan secara cermat antara kebutuhan likuiditas dan pencapaian hasil investasi yang optimal. Ia menegaskan bahwa penempatan di SBN merupakan kewajiban dan tetap menjadi instrumen utama dalam portofolio investasi asuransi umum. Oleh karena itu, strategi krusial yang ditempuh adalah mengoptimalkan tenor dan jenis SBN yang dipilih.

Untuk mencapai yield yang lebih kompetitif, Budi menyarankan penempatan pada surat utang negara dengan jangka menengah atau panjang. Selain itu, ia juga memproyeksikan bahwa porsi penempatan pada instrumen deposito akan berkurang signifikan. Hal ini disebabkan suku bunga yang lebih rendah membuat deposito menjadi kurang atraktif sebagai pilihan investasi. Sebagai alternatif, sebagian perusahaan asuransi umum mulai mempertimbangkan untuk melirik instrumen obligasi korporasi berperingkat tinggi.

Di samping itu, Budi Herawan turut mengomentari relevansi pencapaian rekor tertinggi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap kinerja investasi asuransi umum. Ia menjelaskan bahwa meskipun IHSG mencatat rekor puncak, dampaknya bagi investasi asuransi umum tergolong relatif terbatas. Hal ini terutama disebabkan oleh porsi alokasi saham yang memang tidak terlalu besar dalam total portofolio investasi mereka.

Sebagai gambaran komprehensif, data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2025 menunjukkan bahwa total investasi asuransi umum mencapai angka Rp 125,03 triliun.

Dominasi penempatan investasi terlihat pada instrumen Surat Berharga Negara (SBN), dengan nilai fantastis Rp 47,02 triliun. Angka ini merepresentasikan porsi signifikan sebesar 37,6% dari keseluruhan total investasi hingga Juni 2025.

Posisi selanjutnya ditempati oleh deposito, dengan nilai Rp 24,67 triliun atau sekitar 19,7% dari total investasi. Menariknya, penempatan investasi asuransi umum pada instrumen saham relatif jauh lebih kecil, hanya sebesar Rp 4,55 triliun. Angka ini hanya menyumbang 3,6% dari total investasi hingga periode Juni 2025, mengonfirmasi pernyataan Budi Herawan sebelumnya.

AAUI Menilai Seluruh Aset Milik Negara Perlu Diasuransikan, Ini Pertimbangannya