Bursa Asia Melemah di Pagi Ini (26/9), Terseret Pelemahan Saham Perusahaan Farmasi

JAKARTA. Bursa saham Asia pagi ini mayoritas menunjukkan pelemahan, mencerminkan sentimen pasar yang tertekan oleh berbagai faktor global dan domestik. Pada Jumat (26/9/2025), pukul 08.22 WIB, sejumlah indeks utama di kawasan ini kompak bergerak di zona merah. Indeks Nikkei 225 Jepang tercatat melemah 0,34% ke level 45.599,18, sementara Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka lebih rendah 0,8% ke posisi 26.272,3.

Senada dengan tren tersebut, Indeks Taiex Taiwan juga terkoreksi 0,59% menjadi 25.869,26, dan Indeks Kospi Korea Selatan anjlok signifikan sebesar 1,67% ke 3.413,21. Di Australia, Indeks ASX 200 tak luput dari koreksi, turun 0,11% ke level 8.763,7. Namun, tidak semua pasar bergerak lesu; Indeks FTSE Straits Times Singapura justru naik tipis 0,06% ke 4.276,37, meski Indeks FTSE Malay KLCI Malaysia sedikit menurun 0,12% ke 1.596,46.

Pelemahan bursa saham Asia ini sebagian besar dipicu oleh anjloknya saham-saham perusahaan farmasi setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif baru yang agresif. Trump menyatakan akan mengenakan tarif baru untuk furnitur, truk berat, dan khususnya produk farmasi. Melalui unggahan di Truth Social pada Jumat (26/9/2025) pagi, Trump mengumumkan bahwa mulai 1 Oktober, “setiap Produk Farmasi bermerek atau yang dipatenkan” akan dikenakan bea masuk fantastis sebesar 100%, kecuali bagi perusahaan yang bersedia membangun pabrik obat di Amerika Serikat.

Dampak pengumuman tersebut langsung terasa pada sektor farmasi. Indeks Topix Pharma Jepang langsung tergelincir 1,39%. Beberapa perusahaan farmasi terkemuka yang memimpin kerugian termasuk Daiichi Sankyo yang turun 3,34%, Chugai Pharmaceutical yang melemah 2,18%, dan Sumitomo Pharma yang merosot 3,03%. Selain farmasi, Trump juga menegaskan bea masuk 25% untuk impor truk berat, 50% untuk lemari dapur, meja rias kamar mandi, dan produk terkait, serta 30% untuk furnitur berlapis kain, menambah kekhawatiran global terhadap perang dagang.

Di tengah gejolak tarif, Trump juga menandatangani perintah eksekutif yang menyetujui proposal krusial untuk mempertahankan TikTok tetap beroperasi di AS. Berdasarkan Wakil Presiden JD Vance, nilai transaksi untuk kesepakatan ini diperkirakan mencapai $14 miliar. Dengan ketentuan yang masih menunggu persetujuan dari China, sebuah perusahaan patungan baru akan dibentuk untuk mengawasi operasional bisnis TikTok di Amerika Serikat, di mana ByteDance, perusahaan induk TikTok, akan mempertahankan kepemilikan kurang dari 20% saham.

Pelaku pasar di Asia juga menyoroti data inflasi inti Tokyo yang lebih rendah dari perkiraan. Angka inflasi inti tercatat 2,5%, meleset dari ekspektasi ekonom yang disurvei Reuters sebesar 2,8%. Meskipun inflasi umum Tokyo tetap stabil di angka 2,5%, data ini sangat penting karena secara luas dianggap sebagai indikator awal tren inflasi nasional Jepang.

Sementara itu, semalam di Amerika Serikat, Wall Street melanjutkan tren penurunan saham teknologi untuk hari ketiga berturut-turut. Kondisi ini sebagian besar disebabkan oleh kenaikan imbal hasil US Treasury yang signifikan. Imbal hasil US Treasury tenor 10-tahun sempat menyentuh level 4,2% setelah data klaim awal asuransi pengangguran dirilis lebih rendah dari perkiraan. Saham raksasa teknologi seperti Oracle, yang juga terlibat dalam kecerdasan buatan, merosot 5%, sementara Tesla menjadi salah satu saham yang paling terpukul hari itu, anjlok 4%. Mengakhiri perdagangan, Indeks S&P 500 ditutup melemah 0,50% ke level 6.604,72, Indeks Nasdaq Composite juga terkoreksi dan ditutup di level 22.384,70, serta Dow Jones Industrial Average melemah 0,38% ke posisi 45.947,32.