Ifonti.com JAKARTA. Pasar saham Indonesia kembali dihadapkan pada sentimen beragam. Setelah menguat tipis pada perdagangan Kamis (2/10/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan berpotensi mengalami koreksi pada sesi perdagangan Jumat (3/10/2025). Pada penutupan Kamis, IHSG berhasil mendaki 0,34% dan bertengger di level 8.071,08, sebuah capaian yang sejalan dengan pergerakan positif di bursa Asia.
Kenaikan IHSG pada hari Kamis tidak lepas dari optimisme di pasar regional. Indeks Hang Seng Hong Kong melonjak signifikan sebesar 1,61%, sementara Nikkei225 Jepang juga ditutup lebih tinggi 0,87%. Namun, di balik penguatan tersebut, IHSG juga mencatat adanya net sell asing dengan total Rp 1,42 triliun, bahkan ketika beberapa saham unggulan seperti AMRT, MBMA, dan MDKA masuk daftar top gainers LQ45, membantu IHSG rebound.
Menurut Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, penguatan bursa saham di Indonesia dan Asia pada Kamis sebagian besar dipicu oleh sikap investor yang cenderung mengabaikan isu government shutdown di Amerika Serikat. Lebih lanjut, indeks dolar AS (DXY) terpantau melemah, didorong oleh keputusan Mahkamah Agung AS yang menjadwalkan sidang pada Januari 2025. Sidang tersebut akan membahas upaya kontroversial mantan Presiden AS Donald Trump untuk memberhentikan Gubernur Federal Reserve, Lisa Cook.
Kekhawatiran akan independensi bank sentral AS semakin menguat, terutama setelah Trump menuduh Cook melakukan penipuan hipotek dan mendesak The Fed untuk lebih agresif dalam memangkas suku bunga. Kondisi ini, bersamaan dengan tekanan dari government shutdown—yang menjadi kali pertama dalam tujuh tahun terakhir akibat kegagalan parlemen mencapai kesepakatan pendanaan sementara—turut menekan pergerakan dolar AS. Sentimen negatif terhadap dolar ini berpotensi memberikan ruang gerak bagi mata uang lain.
Di tengah dinamika global tersebut, mata uang domestik menunjukkan ketangguhan. Pada penutupan perdagangan Kamis (2/10/2025), nilai tukar rupiah spot berhasil menguat 0,22% secara harian, bertengger di Rp 16.598 per dolar AS. Bahkan, rupiah berdasarkan Jisdor BI juga mencatatkan penguatan 0,41% menjadi Rp 16.612 per dolar AS. Alrich Paskalis, Investment Advisor Phintraco Sekuritas, menegaskan bahwa performa impresif rupiah inilah yang turut menjadi motor pendorong penguatan IHSG, selaras dengan tren positif di bursa Asia.
Secara teknikal, Alrich Paskalis memaparkan bahwa terbentuknya histogram negatif MACD yang berkelanjutan serta posisi indikator Stochastic RSI di area pivot mengindikasikan tekanan. Ditambah lagi, pada perdagangan Kamis (2/10/2025), IHSG ditutup di bawah level Moving Average (MA) yang krusial. Oleh karena itu, diperkirakan pergerakan IHSG pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (3/10/2025), akan berada dalam rentang konsolidasi yang cukup lebar, yakni antara level 8.020 hingga 8.150.
Senada, Herditya Wicaksana, Head of Retail MNC Sekuritas, juga memproyeksikan IHSG cenderung bergerak dalam fase konsolidasi jangka pendek. Dengan level support kuat di 8.062 dan resistance di 8.086, pergerakan indeks akan sangat bergantung pada sentimen pasar. Investor diimbau untuk mencermati rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat, khususnya Non-Farm Payroll, yang kerap menjadi penggerak pasar global. Untuk perdagangan Jumat (3/10/2025), Herditya merekomendasikan beberapa saham pilihan. Saham PANI dapat dicermati pada rentang harga Rp 15.225–Rp 15.675, ISAT di area Rp 1.825–Rp 1.955, dan BBRI di kisaran Rp 3.820–Rp 3.910.