IHSG Dibuka Menguat ke 8.099, Pasar Abaikan Shutdown AS

Ifonti.com – , JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Jumat (3/10/2025) menunjukkan performa yang solid, berhasil menguat di tengah sentimen negatif akibat penutupan (shutdown) pemerintah Amerika Serikat (AS). Pelaku pasar tampak memilih untuk mengabaikan gejolak di Negeri Paman Sam tersebut. IHSG dibuka dengan kenaikan signifikan 28,57 poin atau 0,35 persen, mencapai level 8.099,65. Tak ketinggalan, kelompok 45 saham unggulan yang tergabung dalam indeks LQ45 juga turut melonjak 2,05 poin atau 0,26 persen, bertengger di posisi 785,34.

Menanggapi pergerakan pasar yang dinamis ini, Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman, dalam keterangannya di Jakarta pada Jumat, memproyeksikan IHSG berpotensi bergerak sideways atau mendatar. Menurut analisisnya, pergerakan indeks akan berkisar di level 8.050 hingga 8.100, menunjukkan fase konsolidasi setelah pembukaan yang kuat.

Di kancah global, isu penutupan pemerintah AS masih menjadi perhatian utama, meskipun pasar domestik cenderung mengabaikannya. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, telah mengeluarkan peringatan serius bahwa produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat dapat menerima pukulan telak akibat penutupan ini. Bessent menegaskan, “Semakin lama berlangsung, semakin besar pukulan bagi kinerja ekonomi.” Diperkirakan, shutdown ini akan berlanjut setidaknya selama tiga hari, mengingat Senat AS tengah meliburkan diri untuk memperingati Yom Kippur pada Kamis (2/10) dan baru akan bersidang kembali pada Jumat (3/10).

Lebih jauh lagi, efek domino dari shutdown pemerintah AS ini telah memicu ‘blackout‘ data ekonomi krusial. Salah satunya, laporan ketenagakerjaan non-farm payrolls (NFP) September 2025, yang sedianya dirilis Jumat (3/10), dipastikan batal karena penghentian aktivitas Departemen Tenaga Kerja AS. Situasi genting ini bermula dari kegagalan kesepakatan anggaran antara Partai Demokrat dan Partai Republik di Kongres, yang menciptakan kebuntuan politik dan berdampak langsung pada operasional pemerintahan.

Terlepas dari ketidakpastian politik di AS, pasar global juga mencermati prospek kebijakan moneter The Fed. Bank sentral Amerika Serikat, The Fed, diperkirakan akan tetap melanjutkan rencana pemangkasan suku bunga pada pertemuan Oktober 2025. Proyeksi ini menguat setelah rilis data ADP pada Rabu (1/10) yang menunjukkan adanya penurunan jumlah tenaga kerja di sektor swasta, mengindikasikan perlambatan ekonomi yang mungkin memerlukan stimulus moneter.

Beralih ke ranah domestik, terdapat kabar penting yang berpotensi membentuk arah ekonomi nasional. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI telah mengesahkan revisi keempat Undang-Undang (UU) BUMN. Perubahan fundamental ini akan mentransformasi status Kementerian BUMN menjadi Badan Pengaturan BUMN (BP BUMN). Revisi ini meliputi 84 pasal dengan beberapa poin krusial, seperti penataan ulang kepemilikan dan komposisi saham holding, implementasi larangan rangkap jabatan, penguatan transparansi melalui peran Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), serta penekanan pada pengisian posisi komisaris oleh kalangan profesional. Selain itu, revisi ini juga mendorong kesetaraan gender dan mengatur mekanisme peralihan kepegawaian dari Kementerian ke BP BUMN, menandai langkah besar dalam tata kelola perusahaan negara.

Melihat performa bursa saham global pada perdagangan Kamis (2/10), pasar Eropa mayoritas ditutup menguat. Indeks Euro Stoxx 50 melonjak 1,13 persen, indeks DAX Jerman naik 1,28 persen, dan indeks CAC Prancis menguat 1,13 persen. Meskipun demikian, indeks FTSE 100 Inggris sedikit melemah 0,20 persen. Di seberang Atlantik, bursa saham AS di Wall Street juga mencatatkan penguatan. Indeks Dow Jones Industrial Average naik 79,05 poin atau 0,17 persen ke level 46.520,19, indeks S&P 500 menguat 0,06 persen ke 6.715,38, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 0,39 persen ke level 24.892,76.

Sementara itu, pada pembukaan perdagangan pagi ini, bursa saham regional Asia menunjukkan pergerakan yang bervariasi. Indeks Nikkei Jepang memimpin penguatan dengan melonjak 736,77 poin atau 1,62 persen, mencapai level 45.682,00, diikuti oleh indeks Shanghai yang naik 20,25 poin atau 0,52 persen ke 3.882,78. Namun, sentimen negatif terlihat di beberapa pasar lain, dengan indeks Hang Seng Hong Kong melemah 218,68 poin atau 0,64 persen ke 27.069,50, serta indeks Strait Times Singapura yang terkoreksi 16,19 poin atau 0,36 persen ke 4.379,39.