AS Tunda Kesepakatan Tarif dengan China, Rupiah Ditaksir Tertekan ke Level Ini

Ifonti.com – JAKARTA. Kebijakan Amerika Serikat (AS) untuk menunda kesepakatan tarif dagang dengan China telah resmi berlaku sejak Senin, 11 Agustus 2025, dan akan berlangsung selama 90 hari ke depan. Meskipun langkah ini berpotensi meredakan tensi dagang global, sejumlah analis menilai keputusan tersebut justru akan membawa dampak pelemahan bagi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Analis Mata Uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menegaskan bahwa penundaan kesepakatan ini secara langsung berpotensi memperkuat dominasi dolar AS di pasar mata uang. Implikasinya, rupiah diperkirakan akan menghadapi tekanan pelemahan yang signifikan. Menurut Lukman, pergerakan nilai tukar rupiah ke depan akan tetap berfluktuasi, sangat bergantung pada perkembangan lebih lanjut terkait isu tarif dagang serta dampak yang ditimbulkannya pada sentimen pasar global.

Di sisi lain, Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, mengungkapkan bahwa penundaan tarif dagang tersebut sebenarnya sudah menjadi ekspektasi banyak pengamat dan ekonom. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya negosiasi dagang AS dengan berbagai negara lain yang hingga kini masih belum mencapai kesepakatan final. Namun demikian, Ibrahim menyoroti faktor-faktor lain yang ia yakini akan lebih dominan dalam memengaruhi arah pergerakan rupiah ke depan.

Faktor utama yang disebut Ibrahim adalah hasil pertemuan krusial antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Pertemuan tingkat tinggi yang dijadwalkan pada 15 Agustus 2025 di Alaska, Amerika Utara, ini akan membahas kesepakatan terkait perang antara Rusia dan Ukraina. Hasil dari diskusi ini diproyeksikan memiliki bobot yang lebih besar dalam menentukan arah sentimen pasar dan pergerakan rupiah dibandingkan isu tarif dagang semata.

Tak hanya itu, Ibrahim juga menyoroti spekulasi seputar potensi penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika, The Fed. Spekulasi ini muncul pasca pengunduran diri salah satu gubernur The Fed dan masuknya figur yang dinilai dekat dengan lingkaran Presiden Trump. Sebagai informasi, Adriana Kugler memutuskan mundur dari jabatannya sebagai gubernur The Fed pada Jumat, 1 Agustus 2025 lalu, di tengah tekanan kuat dari Trump agar The Fed menurunkan suku bunga. Perkembangan internal The Fed ini menambah ketidakpastian namun sekaligus membuka peluang pergerakan signifikan bagi pasar keuangan global.

Melihat berbagai dinamika tersebut, Ibrahim memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp 16.600 hingga akhir tahun ini. Lebih lanjut, ia juga memperkirakan indeks dolar AS akan bergerak menuju level 103. Apabila skenario indeks dolar ini terwujud, Ibrahim tidak menampik kemungkinan rupiah dapat menyentuh level yang lebih lemah, yakni di kisaran Rp 16.700-an.

Senada dengan pandangan Ibrahim, Lukman Leong juga berbagi estimasi pergerakan rupiah. Ia menaksir bahwa rupiah akan bergerak dalam rentang yang cukup lebar, yakni antara Rp 16.000 hingga Rp 16.600, hingga penutupan tahun ini. Kedua analisis ini menunjukkan bahwa rupiah akan terus menghadapi volatilitas, dipengaruhi oleh kombinasi kompleks dari faktor kebijakan domestik dan global.