Baru listing, saham Abadi Lestari (RLCO) masuk radar UMA di BEI

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai memantau pergerakan saham PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO).

Emiten yang baru debut di BEI pada Senin (8/12/2025) lalu itu dinilai mengalami peningkatan harga saham di luar kebiasaan alias unusual market activity (UMA).

“Pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal,” tulis BEI dalam pengumumannya, Senin (15/12/2025).

Pada akhir perdagangan Jumat (12/12/2025) lalu, pergerakan harga saham ini menguat 25% ke level Rp 550 per saham atau melonjak 143,36% sejak awal melantai perdana di BEI.

BEI Suspensi Saham FOLK, KIOS, PTDU dan CTTH Mulai Hari Ini (15/12)

Sehubungan dengan terjadinya UMA atas saham RLCO tersebut, BEI saat ini sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham ini.  

BEI berharap agar investor memperhatikan jawaban perusahaan tercatat atas permintaan konfirmasi bursa, mencermati kinerja perusahaan tercatat dan keterbukaan informasinya. 

Selain itu, investor juga diharapkan mengkaji kembali rencana corporate action perusahaan tercatat apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.

Dalam pemberitaan Kontan sebelumnya, Direktur Keuangan RLCO, Dwiadi Prastian Hadi menyampaikan bahwa perusahaan membidik laba bersih sekitar Rp 40 miliar pada tahun 2026. Target tersebut lebih tinggi dibandingkan perkiraan laba tahun 2025 yang berada di kisaran Rp 30 miliar.

RLCO juga menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga Rp 700 miliar pada 2026, naik dari estimasi pendapatan tahun 2025 yang berada di kisaran Rp 600 miliar.

Kenaikan target kinerja fundamental tersebut juga sejalan dengan kenaikan tingkat utilitas pabrik milik perusahaan usai IPO.

  RLCO Chart by TradingView  

“Kalau utilisasi saat ini belum sampai 50%. Diharapkan nanti dengan penambahan dana IPO kita bisa meningkatkan produksi di atas 60%, sehingga kemampuan laba kita bisa meningkat,” kata Dwiadi di gedung BEI, Senin (8/12/2025).