BBTN Terbang Tinggi! Saham BBTN Melesat 8% Lampaui Bank BUMN Lain

Ifonti.com JAKARTA – Perdagangan awal pekan Senin (11/8) menjadi momentum positif bagi saham-saham bank pelat merah di Bursa Efek Indonesia. Kinerja cemerlang ini turut mengangkat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berhasil menguat signifikan 0,96% ke level 7.605. Di antara deretan bank BUMN tersebut, saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mencuri perhatian dengan performa paling impresif.

Saham BBTN ditutup melesat tajam 8,07% mencapai harga Rp 1.205 per saham, sekaligus menjadi salah satu top gainers LQ45. Nilai transaksi saham BBTN pada hari itu mencapai Rp 84 miliar, menunjukkan minat investor yang tinggi. Kinerja ini jauh melampaui saham bank BUMN lainnya; PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 2,97% ke Rp 3.810 dengan transaksi Rp 534 miliar, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menguat 1,07% menjadi Rp 4.720, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 3,19% ke Rp 4.200, dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) menguat tipis 1,11% menjadi Rp 2.730.

Kenaikan harga saham BBTN yang luar biasa ini tak lepas dari antisipasi pasar menjelang rencana spin-off unit usaha syariah BTN atau BTN Syariah. Manajemen BTN berencana menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk Bank Victoria Syariah pada akhir Agustus 2025, sebuah langkah krusial dalam upaya memperkuat posisi BTN di industri keuangan syariah nasional. Proses RUPSLB ini akan menjadi bagian integral dari strategi besar BTN untuk menciptakan entitas perbankan syariah yang lebih besar dan efisien.

Menjelang aksi korporasi penting tersebut, sejumlah analis terkemuka kompak mempertahankan rekomendasi beli untuk saham BBTN, memproyeksikan potensi penguatan lebih lanjut dalam waktu dekat. Analis BRI Danareksa Sekuritas, Victor Stefano dan Naura Reyhan Muchlis, bahkan merevisi naik target harga saham BBTN dari Rp 1.100 menjadi Rp 1.400. Revisi ini didasari optimisme terhadap potensi pengembalian ekuitas (ROE) BBTN yang lebih tinggi tahun ini.

Pandangan positif serupa juga disampaikan oleh tim riset Mandiri Sekuritas, Kresna Hutabarat dan Boby Kristanto Chandra. Mereka mempertahankan rekomendasi beli saham BBTN dengan target harga yang lebih ambisius, yakni Rp 1.500. Kresna menjelaskan, “Perseroan berhasil mencatatkan pertumbuhan laba sebanyak 5% pada kuartal I-2025, didukung penyesuaian pengakuan pendapatan bunga yang menghasilkan tambahan pendapatan Rp 600-700 miliar.” Ini menunjukkan fundamental perusahaan yang solid di tengah persiapan strategis.

Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, menegaskan bahwa pihaknya berharap RUPSLB Bank Victoria Syariah dapat dituntaskan sebelum akhir Agustus 2025. Beberapa kandidat pengurus baru telah diusulkan dan kini menanti keputusan dari pemegang saham Bank Victoria Syariah, termasuk Danantara. RUPSLB tersebut mengusung tiga agenda utama yang sangat penting: perubahan nama Bank Victoria Syariah, penyesuaian anggaran dasar agar selaras dengan standar bank BUMN, serta potensi perubahan jajaran pengurus baru. Pengumuman nama baru bank hasil spin-off BTN Syariah akan dilakukan setelah RUPSLB tersebut terlaksana. Sementara itu, aksi korporasi berupa rights issue juga direncanakan berlangsung bersamaan dengan proses spin-off, namun ditegaskan bahwa rights issue tersebut bukan dilakukan oleh BTN induk.

Berbagai tahapan perizinan dan persetujuan dari regulator kunci seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), Kementerian BUMN, hingga Danantara, telah berhasil dilaksanakan. Seluruh proses ini dilaporkan berjalan sesuai rencana, menandakan keseriusan dan komitmen BTN dalam mewujudkan entitas bank syariah yang lebih besar dan efisien di Indonesia. Target proses spin-off BTN Syariah ini direncanakan akan rampung sekitar bulan Oktober hingga November 2025. Langkah strategis ini sejalan dengan amanat OJK yang mewajibkan spin-off Unit Usaha Syariah selambatnya pada 26 Februari 2026.

Dengan mengambil alih kepemilikan penuh saham Bank Victoria Syariah (BVIS), BTN optimis dapat mempercepat pencapaian misinya: menjadikan BTN Syariah sebagai bank syariah nomor dua terbesar di Indonesia. Ambisi ini diharapkan akan turut memperkuat ekosistem keuangan syariah nasional secara keseluruhan. Secara finansial, proyeksi aset bank syariah gabungan ini diperkirakan akan mencapai sekitar Rp 65-67 triliun pada Oktober 2025, memposisikan entitas baru ini sebagai pemain yang sangat signifikan di pasar perbankan syariah domestik. Pembentukan entitas bank syariah baru ini juga kemungkinan akan disertai dengan perubahan susunan pengurus, menyesuaikan dengan struktur organisasi yang lebih besar dan kompleks.

Ringkasan

Saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mencatat kenaikan signifikan sebesar 8,07%, menjadi salah satu top gainers LQ45, melampaui kinerja bank BUMN lainnya. Lonjakan ini didorong oleh antisipasi pasar terhadap rencana spin-off unit usaha syariah BTN atau BTN Syariah. Manajemen BTN berencana menggelar RUPSLB untuk Bank Victoria Syariah pada akhir Agustus 2025.

Sejumlah analis mempertahankan rekomendasi beli untuk saham BBTN, dengan BRI Danareksa Sekuritas merevisi target harga menjadi Rp 1.400 dan Mandiri Sekuritas menargetkan Rp 1.500. Proses spin-off BTN Syariah ditargetkan selesai Oktober-November 2025, dengan tujuan menjadikan BTN Syariah sebagai bank syariah nomor dua terbesar di Indonesia dengan proyeksi aset Rp 65-67 triliun.