Begini proyeksi kinerja Surya Permata Andalan (NATO) pasca berganti pengendali

Ifonti.com JAKARTA. PT Surya Permata Andalan Tbk (NATO) punya pengendali baru. Pemegang saham pengendali NATO telah berganti dari PT Karunia Berkah Jayasejahtera (KBJ) menjadi PT Mercury Strategic Indonesia (MSI).

Direktur NATO Dessy Christian mengungkapkan pada 12 Desember 2025 telah terjadi transaksi antara KBJ dan MSI yang dilakukan melalui Pasar Negosiasi. Saham NATO yang dimiliki oleh KBJ telah dijual kepada MSI dengan jumlah 2,15 miliar saham, yang mewakili 26,87% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor NATO.

Dengan harga transaksi Rp 183 per saham, maka total nilai transaksi melalui Pasar Negosiasi tercatat sebesar Rp 393,45 miliar. Terakhir harga saham NATO ada di level Rp 316 per saham. Melalui transaksi pengambilalihan ini, PT Mercury Strategic Indonesia menjadi pengendali baru NATO.

Grab Indonesia Kembangkan UMKM di Kudus Digitalisasi Lebih Dari 200.000 UMKM

“Pengendali baru diharapkan akan memberikan dukungan yang lebih besar bagi Perseroan dalam pengembangan kegiatan usahanya,” kata Dessy dalam paparan publik insidentil pada Jumat (19/12/2025).

Sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.9/2018, pengendali baru wajib melakukan Penawaran Tender Wajib (Mandatory Tender Offer) atas saham yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas. Dessy bilang, pengendali baru menyatakan niatnya melaksanakan Penawaran Tender Wajib untuk membeli hingga sebanyak-banyaknya 4.997.448.105 saham atau sekitar 62,45% saham NATO. 

Rencana pelaksanaan Penawaran Tender Wajib ini akan berlangsung pada 2 Februari – 3 Maret 2026. Aksi ini akan dilakukan dengan harga pengambilalihan sebesar Rp 183 per saham.

Direktur Utama Surya Permata Andalan, Gede Putu Adnawa menyampaikan bahwa pengambilalihan oleh MSI selaku pengendali baru dilatarbelakangi strategi bisnis jangka panjang untuk berinvestasi dalam pengembangan usaha NATO. “Pengambilalihan ini diharapkan memberikan nilai tambah berupa dukungan strategis, permodalan, serta akses terhadap jaringan bisnis dan sumber daya yang dimiliki oleh MSI, sehingga dapat meningkatkan kinerja operasional Perseroan,” ungkap Gede dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Jumat (19/12/2025).

Meski begitu, hingga saat ini MSI belum memiliki rencana sinergi bisnis yang bersifat material atau perubahan signifikan terhadap kegiatan usaha utama NATO. Oleh sebab itu, Dessy pun menegaskan NATO masih akan mengoptimalkan operasional bisnisnya sesuai dengan portofolio aset yang ada, serta recana bisnis yang telah dicanangkan sebelumnya.

Dessy menyoroti industri perhotelan atau hospitality sedang berhadapan dengan sejumlah tantangan, termasuk bencana alam yang menjadi kendala bagi sektor pariwisata. “Sejauh ini dengan pengendali baru belum ada perubahan visi maupun misi. Sejauh ini belum ada rencana ekspansi dan strategi bisnsi baru. Jadi masih sama, kami memaksimalkan dengan segala kendala yang ada,” kata Dessy. 

Jasa Armada Indonesia (IPCM) tebar dividen interim Rp 23,25 miliar

Secara bisnis, NATO memiliki sejumlah portofolio dan rencana pengembangan aset berupa hotel, villa dan resort. Saat ini, Bali menjadi tumpuan bisnis NATO melalui Chill Hotel Seminyak, Chandi Hotel Ubud, dan Alami Luxury Villa Seminyak.

Namun, performa bisnis NATO hingga kuartal III-2025 sedang lesu. Pendapatan NATO turun 10,12% secara tahunan atau year on year (yoy) dari Rp 13,92 miliar menjadi Rp 12,51 miliar. NATO pun berbalik menanggung kerugian Rp 687,85 juta dibandingkan laba bersih Rp 915,64 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Dessy meyakini, NATO bakal memperbaiki kinerja di periode akhir tahun ini. Seiring momentum libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru), tingkat keterisian kamar (okupansi) hotel NATO meningkat cukup signifikan, hingga hampir mencapai 100%.

Dessy memproyeksikan, lonjakan okupansi pada masa Nataru akan memperbaiki perolehan laba NATO. Pada akhir tahun 2025, laba NATO diproyeksikan bisa menembus Rp 1 miliar – Rp 2 miliar, atau dengan level pertumbuhan moderat sekitar 5% – 7% (yoy).

“Kami estimasi okupansi akan mengalami peningkatan cukup signifikan pada libur Nataru, okupansi hotel mendekati 100%. Pendapatan memang turun, tapi kami maksimalkan untuk laba naik sekitar 5%-7%,” tandas Dessy.