
Ifonti.com, MALANG — Kota Malang berhasil menjaga stabilitas harga, dengan tingkat inflasi bulanan pada Oktober 2025 tercatat sebesar 0,31%. Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan bulan sebelumnya dan berada dalam rentang sasaran yang terkendali.
Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang, Febrina, keberhasilan ini adalah buah dari koordinasi dan sinergi kolaboratif Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang intensif. Berbagai langkah strategis telah diimplementasikan sepanjang Oktober 2025, termasuk pengecekan harga beras di pasar tradisional dan ritel modern pada 23 Oktober, penyusunan laporan monitoring mingguan pengendalian inflasi daerah, serta pemantauan panen padi melalui kegiatan ubinan pada 28 Oktober. Selain itu, pemantauan harga dan stok bahan pangan pokok juga dilakukan secara berkelanjutan.
“Koordinasi ini juga diperkuat dengan rapat koordinasi rutin mingguan pengendalian inflasi bersama Kementerian Dalam Negeri sepanjang bulan Oktober 2025,” tambah Febrina pada Selasa (4/11/2025). Febrina juga menegaskan bahwa secara keseluruhan, inflasi tahunan Kota Malang pada Oktober 2025 tetap terkendali.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengonfirmasi bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang pada bulan Oktober 2025 menunjukkan inflasi sebesar 0,31% (month-to-month/mtm). Angka ini lebih rendah dibanding September 2025 yang tercatat 0,39% (mtm). Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi Kota Malang pada periode tersebut mencapai 2,79%. Pendorong utama inflasi IHK di Oktober 2025 berasal dari kenaikan harga pada kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya, yang memberikan andil sebesar 0,24% (mtm).
Lebih lanjut, analisis menunjukkan bahwa inflasi Kota Malang secara spesifik dipicu oleh kenaikan harga sejumlah komoditas esensial. Emas perhiasan menjadi kontributor terbesar dengan andil 0,24% (mtm), disusul oleh telur ayam ras dengan 0,07%, cabai merah 0,04%, dan daging ayam ras 0,01%.
Kenaikan harga emas perhiasan tidak terlepas dari tren peningkatan harga komoditas emas global yang terus berlanjut hingga Oktober 2025. Sementara itu, lonjakan harga telur ayam ras diakibatkan oleh kombinasi tingginya permintaan pasar dan peningkatan biaya pakan, khususnya jagung, yang menekan margin peternak. Pada komoditas daging ayam ras, kenaikan harga didorong oleh menipisnya stok di tingkat peternak, yang berimbas pada penurunan pasokan di pedagang. Adapun cabai merah mengalami kenaikan harga karena penurunan produksi yang tidak sejalan dengan tingginya permintaan dari masyarakat.
Meskipun demikian, tekanan inflasi yang lebih tinggi berhasil diredam berkat deflasi pada beberapa komoditas strategis. Komoditas seperti pisang, beras, tomat, dan kol putih masing-masing menyumbang andil deflasi sebesar -0,01% (mtm). Penurunan harga ini, menurut Febrina, sejalan dengan peningkatan pasokan dan hasil panen yang melimpah di pasaran.