Ifonti.com, MATARAM – Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) berhasil mencatatkan deflasi sebesar 0,41% pada Agustus 2025. Data yang dirilis oleh Bank Indonesia ini menunjukkan penurunan harga pada sejumlah komoditas strategis, memberikan gambaran menarik tentang dinamika ekonomi regional.
Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), penurunan harga secara bulanan (mtm) ini dipicu oleh beragam komoditas. Di sektor pangan, sejumlah bahan pokok seperti tomat, cabai rawit, ikan layang/benggol, cumi-cumi, udang basah, kacang panjang, ikan tongkol/ambu-ambu, cabai merah, terong, timun, anggur, kol putih/kubis, dan sawi hijau mengalami koreksi harga signifikan. Selain itu, deflasi juga turut didorong oleh turunnya harga pada bensin, bahan bakar rumah tangga, serta obat dengan resep.
Fenomena deflasi, meskipun dalam jangka pendek dapat menjadi kabar baik bagi konsumen karena daya beli meningkat, menyimpan potensi risiko jika berlanjut. Kondisi ini dapat memberikan dampak negatif jangka panjang pada ekonomi secara keseluruhan, berpotensi menurunkan gairah berbisnis, memicu peningkatan pengangguran, dan pada akhirnya, memperlambat pertumbuhan ekonomi regional.
: Jadi Tujuan Pariwisata, Bali dan Nusa Tenggara Harus Tetap Kondusif
Menanggapi kondisi ini, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Hario K Pamungkas, menjelaskan bahwa deflasi yang terjadi pada Agustus 2025 ini utamanya bersumber dari kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau. Pemicunya adalah masuknya panen raya sejumlah komoditas hortikultura strategis seperti tomat dan cabai rawit, yang secara langsung meningkatkan pasokan di pasar.
Selain itu, lanjut Hario, kondisi cuaca yang membaik turut berperan penting. Cuaca kondusif ini secara signifikan mendorong peningkatan pasokan komoditas perikanan, termasuk ikan layang/benggol, cumi-cumi, dan udang basah, yang pada gilirannya menyebabkan penurunan harga yang signifikan di pasar.
: : Investor Pasar Modal di Bali dan Nusa Tenggara Tumbuh 25%
Meskipun demikian, Hario menegaskan bahwa penurunan harga ini bukanlah indikasi melemahnya daya beli masyarakat di NTB. Justru sebaliknya, daya beli masyarakat disebut tetap terjaga dengan baik dan tidak menjadi faktor pendorong deflasi. “Daya beli masyarakat tetap terjaga,” ungkap Hario saat dikonfirmasi Bisnis pada Rabu (3/9/2025). Ia menambahkan, hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mencapai 113,33 pada survei konsumen Agustus 2025. Angka yang lebih besar dari 100 ini mengindikasikan optimisme kuat masyarakat NTB terhadap kondisi ekonomi saat ini, termasuk kemampuan daya beli mereka.
: : BBM Pertalite di Bali dan Nusa Tenggara, Pertamina Patra Niaga Ungkap Target Penyaluran
Terkait efisiensi anggaran, Hario juga menyatakan bahwa faktor ini tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap deflasi, setidaknya hingga kuartal III/2025. Deflasi yang terjadi lebih dominan dipengaruhi oleh harga kelompok volatile food, sementara komponen administered price dan core inflation tetap terpantau stabil. Secara keseluruhan, kondisi inflasi NTB masih berada dalam koridor aman dan terjaga sesuai dengan rentang target inflasi nasional tahun 2025.