KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Mata uang rupiah menunjukkan potensi penguatan signifikan, didorong oleh langkah proaktif Bank Indonesia (BI) yang gencar melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
Komitmen tersebut ditegaskan oleh Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Erwin Gunawan Hutapea. Ia menyatakan bahwa Bank Indonesia akan senantiasa menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental ekonominya. Berbagai strategi intervensi telah disiapkan dan diimplementasikan untuk mencapai tujuan tersebut.
Langkah-langkah intervensi BI mencakup intervensi di pasar off-shore melalui transaksi Non-Deliverable Forward (NDF), serta intervensi di pasar domestik melalui transaksi spot. Selain itu, BI juga memanfaatkan intervensi melalui Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder untuk mendukung stabilitas kurs. Demikian disampaikan Erwin dalam keterangan resmi pada Senin (1/9/2025).
Tak hanya fokus pada stabilitas kurs, Bank Indonesia juga secara aktif memastikan kecukupan likuiditas rupiah dalam sistem keuangan nasional. Upaya ini dilakukan dengan membuka akses likuiditas bagi perbankan melalui sejumlah instrumen, seperti transaksi repo, transaksi FX swap, pembelian SBN di pasar sekunder, serta fasilitas lending/financing.
Efektivitas dari serangkaian intervensi ini tercermin dari pergerakan rupiah terkini. Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (1/9/2025) hingga pukul 12.50 WIB, rupiah berhasil menguat 0,12% dibandingkan akhir pekan lalu, kini berada di level Rp 16.479 per dolar Amerika Serikat (AS).
Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, menyoroti penguatan ini sebagai indikasi langkah sigap dan tepat waktu dari Bank Indonesia dalam melindungi nilai tukar rupiah. Sebelumnya, Ibrahim sempat memprediksi rupiah akan terus tertekan, terutama mengingat eskalasi aksi demonstrasi yang terjadi belakangan ini, ditambah dengan insiden penjarahan terhadap rumah sejumlah pejabat politik Indonesia pada akhir pekan lalu.
Namun, kondisi terkini menunjukkan adanya faktor penyeimbang yang kuat. “Di samping intervensi BI, presiden pun secara terbuka menyatakan komitmen untuk menjaga kedamaian,” ujar Ibrahim kepada Kontan, Senin (1/9/2025). Kombinasi upaya dari Bank Indonesia dan komitmen kepemimpinan nasional ini memberikan optimisme.
Oleh karena itu, Ibrahim Assuaibi menaksir bahwa pelemahan rupiah selama gejolak politik ini kemungkinan hanya akan bersifat tipis, dengan batas atas di level Rp 16.550 per dolar AS, menunjukkan ketahanan yang lebih baik dari perkiraan sebelumnya.
Ringkasan
Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Intervensi tersebut meliputi transaksi NDF, DNDF, pembelian SBN di pasar sekunder, serta menjaga likuiditas perbankan melalui berbagai instrumen. Hasilnya, rupiah menguat 0,12% pada Senin (1/9/2025) hingga pukul 12.50 WIB, mencapai Rp 16.479 per dolar AS.
Penguatan rupiah ini dinilai sebagai dampak positif dari intervensi BI yang sigap dan tepat waktu. Meskipun ada tekanan akibat demonstrasi dan insiden penjarahan, kombinasi intervensi BI dan komitmen pemerintah untuk menjaga kedamaian mampu membatasi pelemahan rupiah. Prediksi pelemahan rupiah kini direvisi, dengan batas atas di Rp 16.550 per dolar AS.