Adam Back, seorang kriptografer terkemuka dan tokoh penting dalam gerakan *cypherpunk* yang namanya tercantum dalam *whitepaper* Bitcoin, baru-baru ini memberikan pandangannya mengenai ancaman komputer kuantum terhadap Bitcoin. Ia meyakinkan bahwa Bitcoin tidak akan menghadapi ancaman signifikan dari komputasi kuantum setidaknya dalam 20 hingga 40 tahun mendatang.
Lebih lanjut, Back menjelaskan bahwa standar enkripsi pasca-kuantum telah disetujui oleh National Institute of Standards and Technology (NIST). Hal ini memungkinkan Bitcoin untuk mengadopsi solusi keamanan baru jauh sebelum komputer kuantum memiliki kemampuan untuk membobol kriptografi modern yang digunakan saat ini.
Pernyataan ini muncul sebagai respons terhadap pertanyaan dari seorang pengguna platform X pada tanggal 15 November, yang menanyakan tentang potensi risiko yang dihadapi Bitcoin (BTC) akibat kemajuan teknologi kuantum. “Kemungkinan tidak dalam 20–40 tahun,” tulis Back, seperti yang dilansir dari *Cointelegraph* pada Senin, 17 November 2025. Ia menambahkan bahwa transisi menuju algoritma pasca-kuantum dapat dilakukan jauh sebelum komputer kuantum yang mumpuni secara kriptografis benar-benar terwujud.
Diskusi ini dipicu oleh video yang diunggah oleh Chamath Palihapitiya, seorang kapitalis ventura Kanada-Amerika, yang memprediksi bahwa ancaman kuantum terhadap Bitcoin dapat terjadi dalam kurun waktu dua hingga lima tahun ke depan. Palihapitiya berpendapat bahwa sekitar 8.000 qubit diperlukan untuk memecahkan SHA-256, standar enkripsi utama yang digunakan oleh Bitcoin.
Menariknya, dalam sebuah wawancara dengan Cointelegraph pada pertengahan April, Back juga menyinggung tentang bagaimana tekanan dari komputasi kuantum di masa depan dapat mengungkap keberadaan Satoshi Nakamoto, pencipta Bitcoin yang misterius. Jika komputer kuantum mampu meretas kunci privat lama, aset Bitcoin milik Satoshi bisa menjadi target. Untuk menjaga keamanannya, Satoshi harus memindahkan BTC miliknya ke alamat baru.
Lantas, bagaimana kondisi komputasi kuantum saat ini? Saat ini, komputer kuantum masih jauh dari mampu memecahkan standar kriptografi yang kompleks seperti RSA-2048 atau SHA-256. Tantangan utamanya adalah jumlah qubit yang masih terbatas dan tingkat kesalahan yang tinggi.
Sebagai gambaran, *Caltech neutral-atom array* memegang rekor dengan sekitar 6.100 qubit fisik. Namun, sistem ini masih terlalu “berisik” untuk memecahkan RSA-2048, meskipun secara teoretis hanya membutuhkan 4.000 qubit logis. Sementara itu, sistem *trapped-ion* seperti Quantinuum Helios memiliki 98 qubit fisik yang dikonversi menjadi 48 qubit logis. Komputer kuantum berbasis *universal gate* baru mencapai 1.180 qubit fisik melalui Atom Computing pada akhir tahun 2023.
Perbedaan signifikan antara qubit fisik dan logis menjadi hambatan utama. Perhitungan teoretis yang menyebutkan kebutuhan 4.000 qubit logis mengasumsikan qubit yang sempurna tanpa gangguan, yang belum dapat direalisasikan dalam dunia nyata.
Para ahli masih berbeda pendapat mengenai kecepatan perkembangan teknologi ini. Beberapa memperkirakan kemajuan linear, sementara yang lain memprediksi lompatan pesat karena investasi riset yang terus meningkat.
Meskipun ancaman langsung terhadap Bitcoin dinilai kecil, komunitas keamanan data tetap mewaspadai serangan “panen sekarang, dekripsi nanti” (*harvest now, decrypt later*). Dalam skema ini, penyerang menyimpan data terenkripsi saat ini untuk didekripsi di masa depan ketika teknologi memungkinkan.
Serangan semacam ini tidak memengaruhi Bitcoin secara langsung karena sistemnya bergantung pada kepemilikan kunci privat, bukan kerahasiaan komunikasi terenkripsi. Namun, pelaku industri tetap menekankan bahwa Bitcoin harus mengadopsi standar pasca-kuantum sebelum ancaman tersebut menjadi nyata.
Di sisi lain, risiko ini lebih relevan bagi individu atau kelompok yang membutuhkan keamanan data jangka panjang, seperti aktivis atau pihak yang hidup di negara dengan rezim represif.
Gianluca Di Bella, seorang peneliti *smart contract* sekaligus ahli *zero-knowledge proofs*, berpendapat bahwa migrasi ke sistem pasca-kuantum seharusnya sudah dimulai sekarang. Menurutnya, komputer kuantum komersial mungkin baru hadir dalam 10–15 tahun mendatang, tetapi institusi teknologi besar seperti Microsoft atau Google bisa saja memiliki versi yang lebih canggih dalam beberapa tahun ke depan.
Ringkasan
Adam Back, seorang ahli kriptografi, meyakinkan bahwa Bitcoin tidak akan terancam oleh komputer kuantum dalam 20 hingga 40 tahun ke depan. Standar enkripsi pasca-kuantum yang telah disetujui oleh NIST memungkinkan Bitcoin untuk mengadopsi solusi keamanan baru sebelum komputer kuantum mampu membobol kriptografi modern yang digunakan saat ini.
Saat ini, komputer kuantum masih memiliki keterbatasan dalam jumlah qubit dan tingkat kesalahan yang tinggi sehingga belum mampu memecahkan standar kriptografi kompleks seperti RSA-2048 atau SHA-256. Meskipun ancaman langsung kecil, komunitas keamanan data mewaspadai serangan “panen sekarang, dekripsi nanti” dan menekankan pentingnya adopsi standar pasca-kuantum untuk Bitcoin sebelum ancaman tersebut menjadi nyata.