JAKARTA – Aksi pembelian kembali saham atau buyback yang dilancarkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) segera memicu sentimen positif di kalangan investor. Kebijakan ini dinilai menjadi katalis kuat yang tidak hanya menegaskan fundamental perusahaan BMRI yang kokoh, tetapi juga memperkuat prospek sektor perbankan di tengah tren penurunan suku bunga acuan.
Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, menegaskan bahwa buyback saham merupakan salah satu langkah korporasi yang paling dinantikan pelaku pasar. Kebijakan strategis ini krusial untuk memperkuat kepercayaan investor dan memastikan valuasi saham BMRI merefleksikan secara akurat kinerja keuangan perseroan. “Buyback ini menjadi aksi korporasi yang menarik dan memang paling ditunggu investor. Saat pengumuman dilakukan, saham BMRI langsung menunjukkan tren bullish. Jadi wajar jika hal itu mencerminkan respons positif terhadap rencana buyback,” jelasnya pada Jumat (14/11/2025).
Lebih lanjut, Nafan menjelaskan bahwa tujuan utama buyback Bank Mandiri adalah mengembalikan performa harga saham agar selaras dengan fundamental perusahaan. Langkah ini juga diyakini mampu meningkatkan likuiditas serta kapitalisasi pasar (market cap) BMRI, sekaligus mendorong partisipasi aktif investor untuk kembali mengakumulasi saham BMRI.
Sebelumnya, Bank Mandiri telah mengumumkan rencana buyback saham senilai Rp 1,17 triliun. Keputusan ini disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar di Plaza Mandiri, Jakarta, pada 25 Maret 2025. Sumber dana buyback akan berasal dari kas internal perseroan dan pelaksanaannya dapat dilakukan secara bertahap atau sekaligus dalam jangka waktu maksimal 12 bulan setelah persetujuan RUPS.
Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen Bank Mandiri merinci bahwa aksi buyback ini bertujuan meningkatkan kepercayaan investor terhadap nilai jangka panjang saham BMRI, sekaligus mencerminkan optimisme manajemen terhadap prospek bisnis perusahaan. Selain buyback, RUPST juga menyetujui pembagian dividen tunai yang fantastis, mencapai Rp 43,5 triliun. Angka ini setara dengan 78 persen dari total laba bersih tahun buku 2024 yang tercatat Rp 55,78 triliun.
Besaran dividen tunai tersebut menunjukkan kenaikan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sekitar 60 persen atau Rp 33,03 triliun. Dengan demikian, dividen Bank Mandiri untuk tahun buku 2024 setara Rp 466,18 per saham, menjadikannya salah satu rasio pembagian dividen tertinggi di sektor perbankan nasional. Kebijakan ini menegaskan komitmen Bank Mandiri untuk memberikan nilai tambah maksimal kepada pemegang sahamnya.
Nafan juga menambahkan bahwa prospek saham BMRI tetap cerah, didukung oleh kondisi makroekonomi yang kondusif. Penurunan suku bunga acuan diperkirakan akan mendorong pertumbuhan kredit dari level satu digit menjadi dua digit dalam waktu dekat. “Prospek emiten perbankan masih positif. Target pertumbuhan kredit tahun ini memang masih single digit, tetapi ada peluang meningkat menjadi double digit seiring tren suku bunga acuan yang turun. Ini akan memperbesar margin keuntungan perbankan,” terangnya, menggarisbawahi potensi peningkatan kinerja keuangan bank.
Stabilitas dividen menjadi faktor krusial yang diperhatikan oleh investor. Dengan kinerja keuangan yang solid dan kebijakan dividen yang sangat atraktif, BMRI dinilai berpotensi kuat menjadi saham unggulan di sektor perbankan untuk jangka menengah. “Investor tentu memperhatikan dividen. Dengan adanya buyback dan potensi kenaikan margin, BMRI semakin menarik untuk jangka menengah,” tutup Nafan.
Berdasarkan analisis teknikal dan fundamental, Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan “akumulasi beli” untuk saham BMRI, dengan target harga saham di kisaran Rp 4.640 hingga Rp 4.770 per saham. Pada penutupan perdagangan akhir pekan, saham BMRI tercatat menguat 50 poin, mencapai level Rp 4.750 per saham.
Ringkasan
Bank Mandiri (BMRI) akan melakukan buyback saham senilai Rp 1,17 triliun, yang diharapkan memicu sentimen positif di kalangan investor dan memperkuat fundamental perusahaan. Aksi korporasi ini bertujuan mengembalikan performa harga saham agar selaras dengan fundamental, meningkatkan likuiditas, dan mendorong partisipasi investor. RUPST juga menyetujui pembagian dividen tunai sebesar Rp 43,5 triliun, setara 78% dari laba bersih tahun 2024.
Prospek saham BMRI dinilai cerah, didukung oleh kondisi makroekonomi yang kondusif dan potensi pertumbuhan kredit seiring penurunan suku bunga acuan. Dengan kebijakan dividen yang atraktif dan potensi kenaikan margin, BMRI semakin menarik bagi investor jangka menengah. Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan “akumulasi beli” untuk saham BMRI dengan target harga di kisaran Rp 4.640 hingga Rp 4.770 per saham.